Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Endometriosis general_alomedika 2024-12-30T15:16:06+07:00 2024-12-30T15:16:06+07:00
Endometriosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Endometriosis

Oleh :
dr. Agnes Tjakrapawira
Share To Social Media:

Penatalaksanaan endometriosis bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah infertilitas. Terapi jangka panjang direkomendasikan karena tergolong terjangkau dan memiliki efek samping yang minimal. Perlu diketahui bahwa rekurensi endometriosis sering terjadi, oleh sebab itu terapi medis tidak boleh sembarangan dihentikan. Tidak ada obat khusus untuk endometriosis, tata laksana hanya menargetkan pada gejala dan tidak pada penyakit yang mendasarinya.[1,2,4,8-10,21]

Penatalaksanaan endometriosis dapat berupa medikamentosa, pembedahan, dan kombinasi keduanya. Laparoskopi dapat langsung dilakukan untuk tata laksana endometriosis. 50-80% gejala dirasakan berkurang setelah operasi. Terapi hormonal dapat dilakukan untuk menekan dan menunda kekambuhan setelah pembedahan serta mencegah perkembangan penyakit pada pasien yang tidak menjalani pembedahan.

Supresi nyeri dengan medikamentosa biasanya digunakan dalam jangka panjang. Penatalaksanaan medis dilakukan berdasarkan gejala pasien, efek samping obat, biaya terapi, dan preferensi pasien, khususnya wanita yang masih ingin untuk hamil. [1-4,8-12,19-21]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri kronis pada wanita dengan endometriosis dan memperkecil kemungkinan kambuhnya endometriosis. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dan pil kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah diberikan sebagai lini pertama. Jika gejala tidak membaik selama 3 bulan, terapi berikutnya adalah dengan pemberian progestin atau hormon gonadotropin (GnRH). Terapi ini diberikan untuk yang mengurangi nyeri dan perkembangan lesi endometriosis.[30-38]

Analgesik

Penggunaan analgesik diberikan pada pasien yang mengeluh nyeri. Pemberian OAINS, dapat berupa ibuprofen dengan dosis 3 x 400 mg atau asam mefenamat dengan dosis 3 x 500mg. Penggunaan OAINS dapat dikonsumsi beberapa hari sebelum dan saat menstruasi.[1,4,8]

Pil Kontrasepsi Kombinasi

Terapi hormonal ini mengandung estrogen dan progesteron. Pil KB yang mengandung kombinasi ini dapat digunakan untuk tata laksana endometriosis. Terapi hormonal ini dapat disarankan untuk wanita yang tidak berencana untuk hamil. Pil kontrasepsi kombinasi (PKK) diberikan selama 3 bulan dan cenderung berkelanjutan.[2,4,8,21]

Hormon Progestin

Progestin bekerja sebagai antimitotik sel endometrium sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan dinding endometrium. Hormon progestin yang dapat diberikan adalah:

  • Medroxyprogesterone acetate diberikan 104 mg/mL melalui injeksi subkutan setiap 3 bulan (12-14 minggu). Terapi dilakukan selama <2 tahun, dan pastikan pasien tidak sedang hamil.

  • Dydrogesterone 10 mg diberikan 1-3 kali sehari, setiap hari mulai hari ke-5 hingga ke-25 siklus menstruasi. Direkomendasikan untuk memulai terapi dengan dosis tertinggi.

  • Dienogest 2 mg diberikan 1 kali/hari, setiap hari di waktu yang sama. Obat ini harus mulai diminum saat pasien menstruasi dan dilanjutkan setiap hari selama 28 hari walaupun timbul perdarahan pervaginam.[4,8,13-18,24]

Gonadotropin-Releasing Hormone Agonist (GnRH Agonist)

Agonis GnRH bekerja pada reseptor di hipofisis anterior. Agonis GnRH bekerja berdasarkan prinsip umpan balik negatif. Agonis GnRH yang bekerja pada reseptor hipofisis anterior memicu produksi hormon gonadotropin FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) dan menyebabkan tingginya produksi hormon estrogen dalam tubuh. Tubuh akan menyadari keadaan ini dan menghentikan produksi GnRH endogen yang menyebabkan hipoestrogen dalam tubuh.[10-16,19-21,35-38]

Agonis GnRH dapat mengurangi rasa nyeri yang diakibatkan oleh endometriosis, menghasilkan amenorea dan keadaan hipoestrogen, sehingga mengakibatkan atrofi endometrium ektopik.  Agonis GnRH dapat diberikan dalam berbagai cara. Leuprolide acetate dengan dosis 3,75 mg diinjeksikan secara intramuskular setiap 1−3 bulan sekali.  Buserelin acetate 1 mg/hari dapat diinjeksi serta nafarelin asetat 200 µg 2 kali sehari secara intranasal.[8-10,19-24,30]

Pemberian agonis GnRH dikondisikan agar wanita dengan endometriosis tidak selalu pada keadaan hipoestrogenik. Terapi add-back, yaitu pengurangan estrogen, dilakukan untuk mencegah dan mengatasi gejala yang disebabkan oleh keadaan hipoestrogen, serta melindung tulang wanita dengan endometriosis. Terapi ini biasanya dilakukan selama 3-6 bulan. Agonis GnRH juga tersedia dalam kombinasi estrogen, progesteron, dan norethindrone asetat.[8,21]

Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Antagonists

Antagonis GnRH bersifat kompetitif di hipofisis. Antagonis GnRH bekerja dengan langsung  menekan produksi GnRH sehingga kondisi hipoestrogen segera terjadi. Studi yang dilakukan oleh Taylor et al menyatakan bahwa elagolix dengan dosis 200 mg 2 kali sehari dan dosis 150 mg sekali sehari sama-sama efektif dalam menurunkan dismenorea dan nyeri radang panggul nonmenstrual selama periode terapi 6 bulan pada pasien endometriosis. Responsnya sehubungan dengan dua dosis elagolix tersebut dikaitkan dengan efek samping hipoestrogenik. Beberapa wanita mengalami gejala hot flushes ringan sampai sedang dan penurunan kepadatan mineral tulang jika dibandingkan dengan kelompok pasebo.[8,25,31,32]

Danazol

Danazol adalah derivat 17-etiniltestosteron yang bekerja pada kelenjar hipofisis anterior. Danazol memiliki efek antigonadotropik yang menghambat peningkatan hormon FSH dan LH sehingga produksi estrogen berkurang.

Szuberd et al melaporkan pengaruh danazol terhadap nyeri yang disebabkan oleh endometriosis. Setelah pengobatan danazol selama 3-6 bulan, pasien melaporkan penurunan VAS (visual analog scale) dan konsentrasi CA-125. Terapi danazol 2  x 200 mg yang diberikan secara oral selama 3-6 bulan dinyatakan efektif dalam menghilangkan nyeri dan mengurangi konsentrasi CA-125 dalam plasma. Namun, konsentrasi VEGF (vascular endothelial growth factor) plasma ditemukan lebih tinggi setelah terapi.

Pembedahan

Pembedahan merupakan baku emas untuk diagnosis definitif. See and treat merupakan cara yang disarankan untuk tata laksana endometriosis. Pembedahan dinyatakan efektif mengurangi gejala pada endometriosis yang ditemukan dengan prosedur laparoskopi. Namun, risiko morbiditas akibat pembedahan dan potensi terganggunya ovarium, terutama dalam kasus endometrioma, perlu dipertimbangkan.[1,2,4,5]

Pembedahan diindikasikan pada wanita dengan nyeri panggul yang tidak merespons terhadap terapi medikamentosa atau pada pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap obat-obatan tersebut. Adanya massa pada adneksa juga merupakan indikasi pembedahan.[4,5,21]

Pasien dengan endometrioma lebih dari 4 cm harus menjalani pembedahan. Manajemen bedah konservatif dapat diperuntukkan pada wanita dengan usia produktif yang masih menginginkan kehamilan. Ablasi dapat dilakukan pada wanita dengan endometriosis untuk memulihkan anatomi serta menghilangkan nyeri. Terapi definitif diperuntukkan bagi wanita yang tidak ingin hamil lagi, salpingo-ooforektomi bilateral merupakan prosedur yang dapat dipilih untuk terapi definitif.[4,5,21]

Referensi

1. Yong PJ, Matwani S, Brace C, et al. 2019. Endometriosis and ectopic pregnancy: A meta-analysis. Journal of Minimally Invasive Gynecology. doi:10.1016/j.jmig.2019.09.778
2. Greene AD, Lang SA, Kendziorski JA, et al. 2016. Endometriosis: where are we and where are we going? Reproduction, 152(3), R63–R78. doi:10.1530/rep-16-0052
3. Liu, Z. 2016. Inflammation and endometriosis. Frontiers in Bioscience, 21(5), 941–948. doi:10.2741/4431
4. Falcone T, Flyckt R. 2018. Clinical Management of Endometriosis. Obstetrics & Gynecology, 131(3), 557–571. doi:10.1097/aog.0000000000002469
5. Tanbo T, Fedorcsak P. 2017. Endometriosis-associated infertility: aspects of pathophysiological mechanisms and treatment options. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 96(6), 659–667. doi:10.1111/aogs.13082
8. Bulun SE, Yilmaz BD, Sison C, et al. 2019. Endometriosis. Endocrine Reviews, 40(4), 1048–1079. doi:10.1210/er.2018-00242
9. Donnellan N, Sanfilippo J, Stuparich M. 2016. Endometriosis in the Adolescent Patient. Seminars in Reproductive Medicine, 35(01), 102–109. doi:10.1055/s-0036-1597121
10. Tomassetti C, D’Hooghe T. 2018. Endometriosis and infertility: Insights into the causal link and management strategies. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology. doi:10.1016/j.bpobgyn.2018.06.002
11. Chen SQ, Li JB, Jiang HY, et al. 2012. Expression of human β-defensin-2 in the eutopic and ectopic endometrial tissues in patients with endometriosis. Archives of Gynecology and Obstetrics, 287(6), 1151–1157. doi:10.1007/s00404-012-2686-7
12. Fassbender A, Vodolazkaia A, Saunders P, et al. 2013. Biomarkers of endometriosis. Fertility and Sterility, 99(4), 1135–1145. doi:10.1016/j.fertnstert.2013.01.097
13. Kong S, Zhang Y, Liu C, et al. 2014. The Complementary and Alternative Medicine for Endometriosis: A Review of Utilization and Mechanism. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2014, 1–16. doi:10.1155/2014/146383
14. Schorge JO, Modesitt SC, Coleman RL, et al. 2010. SGO White Paper on Ovarian Cancer: Etiology, Screening and Surveillance. Gynecologic Oncology, 119(1), 7–17. doi:10.1016/j.ygyno.2010.06.003
15. Gadducci A, Lanfredini N, Tana R. 2014. Novel insights on the malignant transformation of endometriosis into ovarian carcinoma. Gynecological Endocrinology, 30(9), 612–617. doi:10.3109/09513590.2014.926325
16. Sutrisno S, Wulandari RCL, Sulistyowati DWW, et al. 2015. Effect of genistein on proinflammatory cytokines and estrogen receptor–β in mice model of endometriosis. Asian Pacific Journal of Reproduction, 4(2), 96–99. doi:10.1016/s2305-0500(15)30003-8
17. Bonocher CM, Montenegro ML, Rosa e Silva JC, et al. 2014. Endometriosis and physical exercises: a systematic review. Reproductive Biology and Endocrinology, 12(1), 4. doi:10.1186/1477-7827-12-4
18. Hansen SO, Knudsen UB. 2013. Endometriosis, dysmenorrhoea and diet. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 169(2), 162–171. doi:10.1016/j.ejogrb.2013.03.028
19. Jerman LF, Hey-Cunningham AJ. 2015. The Role of the Lymphatic System in Endometriosis: A Comprehensive Review of the Literature1. Biology of Reproduction, 92(3). doi:10.1095/biolreprod.114.124313
20. Visser NCM, Werner HMJ, Krakstad C, et al. 2017. Type of vascular invasion in association with progress of endometrial cancer. APMIS, 125(12), 1084–1091. doi:10.1111/apm.12774
21. Kimyon CG, Basaran D, Ergin AH, et al. 2018. Blood Vessel Invasion in Endometrial Cancer Is One of the Mechanisms of Spread to the Cervix. Pathology & Oncology Research. doi:10.1007/s12253-018-0498-1
22. Rahmawati DS. Gambaran Karakteristik dan Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada Penderita Endometriosis di Klinik Fertilitas Graha Amerta RSUD DR. Soetomo Surabaya. 2019
23. Saavalainen L, But A, Tiitinen A, et al. Mortality of midlife women with surgically verified endometriosis—a cohort study including 2.5 million person-years of observation. Reproductive epidemiology. Human Reproduction, pp. 1–11, 2019. doi:10.1093/humrep/dez074.
24. Davila GW. Endometriosis. Medscape. 2018. Available from: https://www.medscape.com/answers/271899-6225/what-is-the-prognosis-of-endometriosis
25. Szubert M, Suzin J, Duechler M, et al. 2014. Evaluation of selected angiogenic and inflammatory markers in endometriosis before and after danazol treatment. Reproduction, Fertility and Development, 26(3), 414. doi:10.1071/rd12258
30. Green AE. Ovarian Cancer. 2019. Mesdcape. https://emedicine.medscape.com/article/255771-overview
31. Taylor HS, Giudice LC, Lessey BA, et al. 2017. Treatment of Endometriosis-Associated Pain with Elagolix, an Oral GnRH Antagonist. New England Journal of Medicine, 377(1), 28–40. doi:10.1056/nejmoa1700089
32. Carr B, Dmowski WP, O’Brien C. 2014. Elagolix, an Oral GnRH Antagonist, Versus Subcutaneous Depot Medroxyprogesterone Acetate for the Treatment of Endometriosis. Reproductive Sciences, 21(11), 1341–1351. doi:10.1177/1933719114549848
33. Hirsch M, Duffy JMN, Deguara CS, et al. 2017. Diagnostic accuracy of Cancer Antigen 125 (CA125) for endometriosis in symptomatic women: A multi-center study. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 210, 102–107. doi:10.1016/j.ejogrb.2016.12.002
34. Hjordt MV, Dalsgaard T, Hartwell D, et al. 2014. Reproductive prognosis in endometriosis. A national cohort study. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 93(5), 483–489. doi:10.1111/aogs.12373
35. Rolla E. 2019. Endometriosis Endometriosis: Advances and Controversies in Classification, Pathogenesis, Diagnosis and Treatment [version 1; peer review: 4 approved]. F1000Research. DOI: 10.12688/f1000research.14817.1
36. Parasar P, Ozcan P, Terry KL. 2017. Endometriosis: Epidemiology, Diagnosis and Clinical Management. Current Obstetrics and Gynecology Reports, 6(1), 34–41. doi:10.1007/s13669-017-0187-1
37. Yang Y, Wang Y, Yang J, et al. 2012. Adolescent Endometriosis in China: A Retrospective Analysis of 63 Cases. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 25(5), 295–299. doi:10.1016/j.jpag.2012.03.002
38. Konsensus Tata laksana Nyeri Endometriosis. Perhimpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI). Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) 2017.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kemal.harzif/publication/konsensus_endometriosis.pdf

Diagnosis Endometriosis
Prognosis Endometriosis

Artikel Terkait

  • Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
    Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 05 Mei 2023, 14:32
Peran Dienogest untuk Terapi Endometriosis Jangka Panjang - Artikel SKP Alomedik
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Hampir 10% dari populasi wanita di dunia mengalami endometriosis, yaitu kondisi dimana sel endometrium berproliferasi di luar uterus. Proliferasi...
Anonymous
Dibalas 22 Desember 2022, 16:17
Massa berwarna hitam pada pusar
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Pasien wanita berusia 21 tahun belum menikah, mengeluhkan ada massa sebesar biji jagung di dalam pusarnya. Keluhan ini baru...
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2022, 09:17
Endometriosis dan anovulasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, bagaimana kah gambaran lesi endometriosis pada pemeriksaan USG transvaginal jika pasien tidak bisa melakukan laparoskopi? Jika endometriosis...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.