Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Dakriostenosis general_alomedika 2024-01-03T10:22:08+07:00 2024-01-03T10:22:08+07:00
Dakriostenosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Dakriostenosis

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Patofisiologi dakriostenosis secara garis besar meliputi segala proses yang dapat menyebabkan obstruksi di duktus nasolakrimalis. Dakriostenosis kongenital disebabkan oleh proses kanalisasi duktus nasolakrimalis yang tidak sempurna, sedangkan penyebab dakriostenosis didapat (acquired) bisa primer atau sekunder.

Pembentukan Sistem Nasolakrimalis

Sistem nasolakrimalis terbentuk sebagai lipatan antara prosesus frontonasal dan maksila yang disebut nasolacrimal groove pada usia kandungan 5 minggu. Bagian dari jaringan ektodermal masuk ke lipatan tersebut, dan terjadi proses kanalisasi yang membentuk sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Proses kanalisasi terjadi di usia kandungan 8 minggu hingga bayi lahir.[3]

Dakriostenosis Kongenital

Proses kanalisasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital. Kelainan yang ditemukan biasanya pada ujung inferior kaudal duktus, berupa membran Hasner’s valve yang imperforata.[3,5]

Air mata yang diproduksi oleh kelenjar lakrimalis akan masuk melalui pungtum lakrimalis, kemudian melalui kanalikuli ke sakus lakrimalis, dan diteruskan oleh duktus nasolakrimalis menuju rongga hidung. Bila terdapat sumbatan pada duktus, maka akan terjadi gangguan fisiologi drainase air mata sehingga timbul keluhan epifora, yaitu produksi air mata yang berlebihan hingga membasahi wajah.[3,5]

Dakriostenosis Didapat Primer

Dakriostenosis didapat (acquired) primer terjadi akibat proses inflamasi dan fibrosis pada duktus nasolakrimalis yang tidak jelas penyebabnya, sehingga menimbulkan obstruksi parsial atau total.[4,6,7]

Pada sebuah penelitian menggunakan computed tomography-scan didapatkan perempuan memiliki ukuran duktus nasolakrimalis bagian tengah dan fosa nasolakrimalis bawah yang signifikan lebih kecil dibandingkan laki-laki. Hal ini yang mungkin menyebabkan dakriostenosis didapat primer lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.[4,6,7]

Fluktuasi hormon juga berpengaruh terhadap kejadian dakriostenosis didapat primer. Fluktuasi hormon mengubah proses epitelisasi, termasuk di duktus nasolakrimalis. Akibatnya terjadi penumpukan debris pada duktus. Pada wanita, karena ukuran duktusnya lebih kecil, akan lebih mudah terjadi obstruksi.[4,6,7]

Hipotesis lain mengenai patofisiologi dakriostenosis didapat primer adalah proses alergi di rongga nasal, atau rhinitis alergi. Pada sebuah penelitian, 35 dari 44 pasien dengan hasil skin prick positif didiagnosis dengan dakriostenosis. Selain itu, terdapat pula hubungan antara hipertrofi turbinasi inferior, concha bullosa, penyakit osteomeatal kompleks, dan sinusitis maksilaris terhadap kejadian dakriostenosis didapat primer.[7]

Dakriostenosis Didapat Sekunder

Dakriostenosis didapat sekunder dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, neoplasma, trauma, dan faktor mekanik.

Infeksi

Penyebab infeksi yang dapat ditemukan adalah virus, bakteri, jamur atau parasit. Infeksi menyebabkan disfungsi sel goblet, kerusakan sel epitel, dan juga pembuluh darah. Perubahan tersebut dapat mengganggu fisiologi aliran air mata dan bila terjadi secara kronis dapat menimbulkan fibrosis. Infeksi jamur dapat membentuk dakriolit, batu yang menyumbat duktus nasolakrimalis. Parasit seperti cacing dapat menyumbat sistem nasolakrimalis setelah masuk melalui Hasner’s valve dari rongga hidung.[4,8]

Inflamasi

Inflamasi menyebabkan edema membran mukosa dan menimbulkan obstruksi sementara duktus nasolakrimalis. Akibat sumbatan tersebut, infeksi dapat lebih mudah terjadi. Penyebab inflamasi dapat timbul dari endogen atau eksogen. Patofisiologi pada masing-masing penyebab tersebut berbeda-beda.[4,8]

Penyebab endogen misalnya sarkoidosis, granulomatosis Wegener, penyakit Kawasaki, dan skleroderma. Pada sarkoidosis dan granulomatosis, inflamasi dapat menimbulkan perubahan struktur sistem nasolakrimalis. Inflamasi dapat bermula dari sinus paranasal atau nasofaring baru kemudian menyebar ke daerah mata. Namun, vaskulitis dapat juga terjadi fokal di duktus nasolakrimalis.[4,8]

Penyebab eksogen dapat karena penggunaan obat tetes mata, radiasi, dan kemoterapi sistemik dengan obat tertentu (docetaxel, fluorourasil, imatinib). Misalnya pada paparan iodine radioaktif, bahan iodine dapat masuk ke sel epitel melalui simporter sodium dan menyebabkan kerusakan sel berupa inflamasi dan fibrosis. Obat kemoterapi diduga disekresikan ke dalam air mata, kemudian merusak mukosa sistem nasolakrimalis dan menimbulkan fibrosis.[4,8]

Neoplasma

Neoplasma menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimalis akibat pertumbuhan primer. Neoplasma dapat akibat penyebaran dari tumor di jaringan yang dekat dengan duktus, atau akibat metastasis tumor lain.[4,8]

Trauma

Trauma pada duktus nasolakrimalis dapat bersifat iatrogenik, misalnya akibat tindakan probing yang salah, sehingga timbul infeksi dan jaringan parut dan obstruksi. Trauma non-iatrogenik bisa karena trauma tumpul ataupun tajam, seperti fraktur naso-orbito-etmoidal yang menimbulkan reaksi inflamasi dan pembentukan jaringan parut. Dakriostenosis dapat timbul beberapa saat setelah kejadian ataupun beberapa tahun kemudian.[4,8]

Faktor Mekanik

Faktor mekanik yang dapat menimbulkan obstruksi duktus nasolakrimalis adalah dakriolitiasis, yaitu endapan yang disebabkan oleh infeksi atau penggunaan obat topikal mata jangka panjang. Faktor mekanik lain yang dapat mengakibatkan penekanan area duktus adalah rhinolithiasis, mukokel, dan benda asing pada rongga hidung.[4,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

3. Pezzoli M, Patel BC. Dacryostenosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. PMID: 33085279.
4. Worak SR. Nasolacrimal duct obstruction and epiphora. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview#a5
5. Grover AK. Management of nasolacrimal duct obstruction in children: How is it changing? Indian J Ophthalmol. 2017;65(10):910-911. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5678323/
6. Kashkouli MB, Sadeghipour A, et al. Pathogenesis of primary acquired nasolacrimal duct obstruction. Orbit. 2010;29(1):11-15. doi:10.3109/01676830903207828
7. Passali D, Politi L, et al. Nasolacrimal duct obstruction: the relationship with nasal allergy. Romanion Journal of Rhinology. 2017;7(27):163-167. DOI: 10.1515/rjr-2017-0018
8. American Academy of Ophthalmology. Abnormalities of the Lacrimal Secretory and Drainage Systems. In Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. 2014-2015. p. 249-273

Pendahuluan Dakriostenosis
Etiologi Dakriostenosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Perawatan Luka KLL yang telah diberi betadine
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter Izin konsul dok, ada pasien kll dengan luka pada dengkul seperti ini, luka sudah diberi betadin cina. Untuk selanjutnya hanya di debri aja atau...
Anonymous
Dibalas 15 jam yang lalu
Peresepan obat Puyer pada anak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dok, jika ada anak usia 6 atau 7 tahun mengalami demam batuk pilek, apakah saat ini masih diperbolehkan menggunakan obat Puyer ? Dan apakah...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 29 Mei 2025, 12:52
Sakit mata sampai ke belakang kepala - ALOPALOOZA MATA
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
3 Balasan
Ada yg konsul, wanita muda seorang mahasiswa tk akhir mengeluh bangun pagi mata kiri nyut2an, berair, tidak merah, disertai sakit kepala menjalar ke belakang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.