Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Adenoma Pituitari general_alomedika 2023-10-06T18:41:10+07:00 2023-10-06T18:41:10+07:00
Adenoma Pituitari
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Adenoma Pituitari

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Diagnosis adenoma pituitari atau adenoma hipofisis sering secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologi kepala, misalnya CT scan atau MRI otak dengan indikasi pemeriksaan lain. Gejala klinis adenoma pituitari dapat terjadi akibat efek kompresi tumor, serta efek perubahan hormonal. MRI otak merupakan pemeriksaan pilihan untuk mendeteksi dan mengevaluasi terapi.[1,15]

Klasifikasi Adenoma pituitari

Secara anatomis dari temuan pemeriksaan radiologi, adenoma pituitari diklasifikasikan berdasarkan ukuran, yaitu mikroadenoma (<10 mm), makroadenoma (≥10 mm), dan giant tumor (≥40 mm). Sebagian besar adenoma pituitari adalah mikroadenoma.[1,3]

Sementara berdasarkan tipe selnya, adenoma pituitari dibedakan menjadi adenoma pituitari non-fungsional dan fungsional. Adenoma pituitari fungsional terdiri dari sel yang mensekresi satu atau lebih hormon, sehingga gejala dan tanda penyakit dipengaruhi oleh kadar hormon yang meningkat.[1,3]

Anamnesis

Presentasi klinis adenoma pituitari tergantung pada ukuran tumor dan status fungsionalnya. Pasien adenoma pituitari umumnya asimtomatik, kecuali makroadenoma dan giant tumor yang umumnya menunjukkan gejala desakan. Gejala juga terjadi jika timbul kelebihan atau defisiensi hormon.[1,5]

Pemeriksaan Fisik

Umumnya tidak terdapat temuan yang spesifik dari pemeriksaan fisik pasien adenoma pituitari, karena massa tumor tidak dapat teraba ataupun terlihat dari luar. Temuan pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh gangguan mekanik atau hormonal akibat adenoma pituitari.[1,3]

Gejala dan Tanda Akibat Efek Kompresi Tumor

Gejala dan tanda adenoma pituitari tipe non fungsional dapat disebabkan efek kompresi/desakan massa tumor. Secara anatomi, pertumbuhan adenoma pituitari dapat menekan kelenjar pituitarinya sendiri dan dorsum sela. Selain itu, adenoma dapat tumbuh keluar dari sela tursika sehingga menginvasi chiasma opticum dan menekan hipotalamus. Bahkan adenoma dapat meluas ke lobus temporalis, ventrikel tiga, dan fosa posterior.

Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan dilaporkan terjadi pada 40‒60% pasien adenoma pituitari. Perpanjangan suprasellar adenoma pituitari dapat menekan chiasma opticum yang menyebabkan defek lapang pandang. Pada pemeriksaan lapang pandang dapat ditemukan defek bitemporal, atau defek homonim (homonymous hemianopia).[1,5]

Pada area  chiasma opticum, terdapat saraf kranial IV (trochlear motor) dan VI (abduscent motor). Adenoma pituitari yang menekan saraf kranial tersebut akan menyebabkan gangguan okulomotor, seperti diplopia dan strabismus. [1,5]

Nyeri Kepala

Nyeri kepala tidak spesifik adalah gejala yang cukup sering dilaporkan oleh pasien adenoma pituitari. Selain itu, terdapat saraf kranial V (trigeminal sensory) di area  chiasma opticum. Penekanan pada  saraf kranial tersebut dapat menyebabkan trigeminal neuralgia.[1,5]

Defisiensi Hormonal

Makroadenoma pituitari yang mendesak kelenjar pituitari itu sendiri dapat menyebabkan defisiensi satu atau lebih hormon pituitari anterior, yaitu:

  • Defisiensi hormon gonadotropin, menyebabkan amenorrhea pada wanita dan disfungsi ereksi pada pria
  • Defisiensi growth hormone (GH), memicu fatigue dan penambahan berat badan
  • Defisiensi thyroid stimulating hormone (TSH), menyebabkan penambahan berat badan, fatigue, intoleransi dingin, dan konstipasi
  • Defisiensi adrenocorticotropic hormone (ACTH), mengakibatkan gejala fatigue, arthralgia, penurunan berat badan, hipotensi, pusing, mual, muntah, dan nyeri perut[1,5]

Apopleksi Pituitari

Diagnosis apopleksi seringkali tertunda karena 80% pasien tidak menunjukkan gejala yang khas. Gejala baru muncul jika terdapat peningkatan tekanan intrasellar dan adanya tekanan terhadap struktur saraf lainnya. Gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala hebat dengan onset mendadak, mual dan muntah, defisit penglihatan, oftalmoplegia, gangguan kesadaran, dan disfungsi hormonal.[5]

Apopleksi pituitari adalah gangguan suplai darah akut ke kelenjar pituitari. Kondisi ini  merupakan salah satu komplikasi dari adenoma pituitari, dan memerlukan penanganan segera karena termasuk kasus gawat darurat. Sebagian kasus memerlukan terapi hormonal dan tindakan operasi. Apopleksi pituitari tidak memiliki etiologi yang jelas, tetapi salah satu teori menduga akibat desakan dari tumor yang memicu kompresi arteri.[5]

Gejala dan Tanda Akibat Peningkatan Hormon

Adenoma yang disertai peningkatan sekresi hormon pituitari anterior disebut adenoma fungsional. Gejala dan tanda adenoma pituitari fungsional dapat bervariasi, tergantung hormon yang disekresikan oleh tumor.

Adenoma yang Mensekresi Hormon Prolaktin

Adenoma yang mensekresi prolaktin dapat memicu peningkatan level hormon prolaktin yang akan menekan level hormon gonadotropin. Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan infertilitas, penurunan gairah/libido, dan osteoporosis baik pada pasien pria dan wanita. Wanita juga dapat mengalami amenorrhea dan galactorrhea. Sedangkan pada pria mungkin mengalami disfungsi ereksi dan ginekomastia.[1,5]

Adenoma yang Mensekresi GH (Akromegali)

Tanda dan gejala akibat peningkatan growth hormone (GH) antara lain sakit kepala, gangguan penglihatan, peningkatan ukuran cincin dan sepatu, arthritis, carpal tunnel syndrome, dan hiperhidrosis. Secara klinis pasien memiliki fitur wajah yang kasar, frontal bossing, hidung membesar, prognathisme, lidah membesar, dan skin tag. Komorbiditas lain seperti hipertensi, kardiomiopati, obstructive sleep apnea, dan polip kolon multipel mungkin ada pada saat diagnosis.[1,3]

Adenoma yang Mensekresi ACTH (Penyakit Cushing)

Adenoma dengan peningkatan produksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) akan menyebabkan pelepasan kortisol berlebih dari kelenjar adrenal. Kondisi ini merupakan penyebab penyakit Cushing endogen yang paling utama. Beberapa gejala dan tanda adalah penambahan berat badan, kelemahan otot, gangguan mood, mudah memar, dan patah tulang patologis. Gambaran klinis meliputi obesitas, moon face, facial plethora, lemak berlebih di supraklavikula, ekimosis, dan striae ungu pada area perut dan ketiak.[1,16]

Adenoma yang mensekresi TSH

Adenoma yang mensekresi thyroid stimulating hormone (TSH) merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling jarang dijumpai. Insidensinya kurang dari 1% dari semua jenis adenoma pituitari. Beberapa gejala hipertiroid adalah palpitasi, aritmia, dan penurunan berat badan. Pada saat pemeriksaan, pasien mungkin akan menunjukkan gejala tremor dan goiter.[1,17]

Diagnosis Banding

Mengingat penderita adenoma pituitari memiliki gejala dan tanda yang tidak spesifik, maka diagnosis seringkali tertunda. Selain itu, adenoma seringkali asimtomatik sehingga penemuan kasus secara insidental. Diagnosis banding adenoma pituitari di antaranya tumor intrakranial lain, seperti kista arachnoid, craniopharyngioma, dan aneurisma serebral.[1,5]

Kista Arachnoid

Kista arachnoid merupakan kantong berisi cairan yang berkembang di ruang arachnoid. Kemungkinan disebabkan oleh terbelahnya membran arachnoid yang melapisi otak dan sumsum tulang. Efek desakan massa dari kista arachnoid dapat menimbulkan gejala serupa dengan adenoma pituitari.[1,18]

Craniopharyngioma

Craniopharyngioma merupakan tumor yang berkembang di dekat kelenjar pituitari, yaitu di basis cranii. Pembesaran craniopharyngioma dapat menimbulkan efek desakan massa pada kelenjar pituitari.[1,19]

Aneurisma Serebral

Aneurisma serebral/intrakranial adalah pelebaran/dilatasi pembuluh darah serebral. Bentuk yang paling sering dari aneurisma serebral adalah aneurisma arterial sakular, yang merupakan proses degeneratif progresif pada dinding arteri. Aneurisma serebral dapat menimbulkan efek desakan terhadap jaringan otak di dekatnya, atau kompresi saraf kranial yang menyerupai gejala adenoma pituitari.[1,20]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam menegakkan diagnosis dari adenoma pituitari mencakup pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan histopatologi.[3,5]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi berperan penting dalam lokalisasi serta menilai ukuran adenoma pituitari. Pemeriksaan radiologi dapat berupa CT scan kepala dan MRI otak.[1,5]

CT Scan Kepala:

Pemeriksaan computed tomography scanning atau  CT scan kepala cukup spesifik dan dapat mendeteksi adenoma pituitari, terutama gambaran di regio sella. CT scan dapat gagal mendeteksi mikroadenoma pituitari, karena umumnya tidak sedetil MRI. Namun, hasil CT scan dan MRI dapat saling melengkapi.[1,5]

MRI otak:

Brain magnetic resonance imaging (MRI otak) dan regio sella dengan irisan tipis multiplanar (aksial, koronal, sagital) merupakan modalitas pilihan untuk mendiagnosis kelainan pada pituitari, karena memiliki enhancement kontras jaringan lunak yang baik. Mikroadenoma pituitari biasanya dapat dideteksi pada pemeriksaan MRI contrast-enhanced sebagai less-enhanced mass (temuan langsung) dan/atau asymmetric convex configuration dari pituitari dan deviasi batang (temuan tidak langsung).[3,5]

MRI otak juga dapat dengan mudah melihat hubungan antara massa tumor, chiasma opticum, dan jaras penglihatan. Pemeriksaan MRI sebelum dan sesudah pemberian kontras gadolinium direkomendasikan untuk memastikan tidak ada lesi yang terlewat, membedakan massa adenoma pituitari dan aneurisma, serta menilai ada tidaknya perdarahan pada masa.[3,5]

Penggunaan MRI diffusion weighted (DW MRI) dalam memprediksi konsistensi tumor dan keberhasilan reseksi transsphenoidal. DW MRI berguna untuk memprediksi konsistensi tumor dan kandungan kolagen. Selain itu, untuk menilai kemungkinan pengangkatan makroadenoma pituitari melalui operasi transsphenoidal endoskopi, sehingga direkomendasikan untuk pasien sebelum operasi.[21,22]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan penting untuk menentukan adenoma pituitari tipe non-fungsional atau fungsional. Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan kadar prolaktin serum, insulin-like growth factor 1 (IGF-1), tes toleransi glukosa oral (TTGO), pemeriksaan kadar kortisol, dexamethasone suppression test, pemeriksaan TSH dan hormon tiroid, dan pemeriksaan hormon gonadotropin (LH dan FSH).[1,3,5]

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi berguna untuk menilai karakteristik dan jenis tumor. Gambaran histopatologi menunjukkan perbedaan adenoma pituitari yang mensekresi prolaktin, growth hormone (GH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), atau thyroid stimulating hormone (TSH).[1,5,17]

Referensi

1. Russ S, Anastasopoulou C, Shafiq I. Pituitary Adenoma. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554451/
3. Molitch ME. Diagnosis and Treatment of Pituitary Adenomas: A Review. JAMA. 2017 Feb 7;317(5):516-524.
5. Mulinda JR. Pituitary macroadenomas. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/123223-overview#a6
15. Gupta K, Sahni S, Saggar K, Vashisht G. Evaluation of Clinical and Magnetic Resonance Imaging Profile of Pituitary Macroadenoma: A Prospective Study. J Nat Sci Biol Med. 2018 Jan-Jun. 9 (1):34-8.
16. Nishioka H, Yamada S. Cushing's Disease. J Clin Med. 2019;8(11):1951.
17. Beck-Peccoz P, Persani L, et al. Thyrotropin-Secreting Pituitary Adenomas. In: Feingold KR, et al., editors. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278978/
18. Turel MK, Chacko AG. Postoperative arachnoid cyst causing visual deterioration following transsphenoidal excision of a pituitary adenoma. Neurol India. 2015;63(2):274-6
19. Lithgow K, Hamblin R, et al. Craniopharyngiomas. In: Feingold KR, et al., editors. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538819/
20. Adam A. Patobiologi aneurisma intrakranial. 2015. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/patobiologi-aneurisma-intrakranial.pdf
21. Alimohammadi M, Sanjari R, et al. Predictive value of diffusion-weighted MRI for tumor consistency and resection rate of nonfunctional pituitary macroadenomas. Acta Neurochir (Wien). 2014 Dec. 156(12):2245-52.
22. Qian Y, Qiu Y, et al. A novel diagnostic method for pituitary adenoma based on magnetic resonance imaging using a convolutional neural network. Pituitary. 2020 Jun;23(3):246-252.

Epidemiologi Adenoma Pituitari
Penatalaksanaan Adenoma Pituitari

Artikel Terkait

  • Menangani Prolaktinoma Saat Kehamilan
    Menangani Prolaktinoma Saat Kehamilan
  • Luaran Prolaktinoma Setelah Kehamilan dan Laktasi
    Luaran Prolaktinoma Setelah Kehamilan dan Laktasi
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 09 Mei 2025, 22:03
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.