Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Kaki Gajah general_alomedika 2023-02-27T09:35:48+07:00 2023-02-27T09:35:48+07:00
Kaki Gajah
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan Pasien

Penatalaksanaan Kaki Gajah

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, yang utama adalah antelmintik dan manajemen morbiditas penyakit.[1,3,4]

Tatalaksana Monoinfeksi Filariasis Limfatik (Tanpa Koinfeksi)

Diethylcarbamazine (DEC) oral merupakan terapi pilihan untuk monoinfeksi filariasis limfatik karena bersifat mikrofilarisida dan dapat membunuh cacing dewasa. DEC juga dapat diberikan pada pasien asimtomatik dengan mikrofilaremia positif. Dosis DEC sebagai monoterapi filariasis limfatik untuk dewasa dan anak usia di atas 18 tahun yaitu 6 mg/kg/hari per oral selama 12 hari.[1,3,4]

Alternatif terapi monoinfeksi filariasis limfatik lain yang dapat digunakan yaitu kombinasi DEC 6 mg/kg/hari selama 12 hari dengan doxycycline 200 mg sekali sehari selama 6 minggu. Pilihan lain adalah doxycycline 200 mg sekali sehari selama 23 hari dilanjutkan kombinasi doxycycline 200 mg sekali sehari dengan albendazole 200 mg 2 kali sehari selama 7 hari.[3]

DEC biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang muncul tergantung jumlah mikrofilaria dalam darah dan biasanya ringan seperti pusing, mual, demam, nyeri kepala, dan nyeri otot atau sendi.[4]

Koinfeksi Dengan Onchocerciasis

Pada pasien filariasis limfatik dengan koinfeksi onchocerciasis, terapi yang direkomendasikan adalah ivermectin 150 µm/kg sebagai dosis tunggal, kemudian dilanjutkan dengan terapi DEC 1 bulan setelah pemberian ivermectin. Alternatif lain dapat diberikan doxycycline 200 mg sekali sehari selama 6 minggu dilanjutkan ivermectin 150 µm/kg sebagai dosis tunggal.

DEC tidak boleh diberikan sebagai terapi tunggal pada pasien filariasis limfatik dengan koinfeksi onchocerciasis karena dapat meningkatkan risiko eksaserbasi berat reaksi Mazzotti di mata dan kulit.[1,3,4]

Koinfeksi Dengan Loiasis

Pada pasien filariasis limfatik dengan koinfeksi Loiasis yang memiliki kadar mikrofilaria >2500/mm3, terapi yang direkomendasikan adalah albendazole 200 mg 2 kali sehari selama 3 minggu. DEC tidak digunakan pada pasien ini karena dapat menyebabkan ensefalopati, gagal ginjal, hingga kematian.[3,4]

Manajemen Morbiditas

Manajemen morbiditas dan pencegahan disabilitas penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah komplikasi.[2,3]

Filariasis Kronik

Pada filariasis kronik sudah terjadi fibrosis irreversible yang merusak jaringan limfatik, sehingga terapi pada filariasis kronik hanya bertujuan untuk memperlambat progresi penyakit saja. Terapi yang dapat diberikan antara lain antihistamin, steroid, analgesik, dan antibiotik intravena jika terjadi infeksi sekunder. Meski demikian, manfaat pemberian terapi pada filariasis kronik belum terbukti secara jelas.[3]

Limfedema

Tata laksana limfedema terutama bersifat suportif seperti mencuci ekstremitas yang terinfeksi dengan sabun dan air mengalir secara rutin, istirahat cukup, dan elevasi ekstremitas. Hal lain yang dapat dilakukan adalah latihan untuk meningkatkan aliran limfatik pada ekstremitas yang terinfeksi, menggunakan sepatu yang nyaman, menggunakan balutan (bandage) kompresif, dan kompresi pneumatik.[1-4,6]

Manfaat terapi DEC pada kasus dimana sudah terjadi limfedema ataupun elephantiasis diragukan, karena pada limfedema sudah tidak terjadi infeksi aktif oleh cacing filaria dan hasil laboratorium umumnya negatif. Steroid dapat diberikan untuk melunakkan dan mengurangi pembengkakan jaringan limfedema.

Coumarin dan flavonoids topikal dapat digunakan untuk mereduksi limfedema dengan mekanisme peningkatan aktivitas makrofag yang menyebabkan ambilan kembali (reuptake) materi protein. Antibiotik dan antijamur topikal dapat diberikan untuk mencegah munculnya limfangitis.[1,3,4,6]

Pembedahan

Bedah eksisi atau hidrokelektomi dilakukan pada kasus hidrokel besar dan elephantiasis skrotum. Pembedahan ini bertujuan untuk mereduksi nodul kulit dan membuat anastomosis limfo-vena untuk meningkatkan drainase. Sedangkan pada kasus elephantiasis ekstremitas, rekonstruksi jarang berhasil, juga membutuhkan prosedur yang lebih kompleks serta skin grafting.[1-4]

Follow-up

Follow-up dapat dilakukan dalam 12 bulan setelah mendapat terapi. Follow-up yang dilakukan yaitu pemeriksaan mikrofilaria di darah tepi dan monitor kepatuhan minum obat.[3]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Newman TE, Juergens AL. Filariasis. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556012/.
2. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2022. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/lymphatic-filariasis
3. Lich BF. Filariasis. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/217776-overview
4. Centers For Disease Control And Prevention. Lymphatic Filariasis. 2018. https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/
5. World Health Organization. Lymphatic Filariasis (Elephantiasis). 2023. https://www.who.int/health-topics/lymphatic-filariasis#tab=tab_1
6. Zulfiqar H, Malik A. Bancroftian Filariasis. [Updated 2022 Aug 1]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547682/

Diagnosis Kaki Gajah
Prognosis Kaki Gajah
Diskusi Terbaru
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 8 jam yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Points Bonanza Bidang Dermatologi (14-20 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Ayo, segera ikuti ALOPALOOZA minggu ini untuk menambah Alomedika Point Anda!Tema minggu...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 5 jam yang lalu
CONGRATULATION! SELAMAT KEPADA PEMENANG ALOPALOOZA 2025 BIDANG RADIOLOGI!
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Alomedika dengan bangga mengumumkan pemenang ALOPALOOZA 2025 bidang Radiologi yang telah memposting kasus radiologi menarik di minggu...
Anonymous
Dibalas 2 jam yang lalu
Apakah praktek dokter umum boleh dispensing obat untuk pasien?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya baru buka praktek mandiri dokter umum, saat visitasi dengan puskesmas disarankan harus ada obat emergency, Selain obat emergency apakah di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.