Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Lepra general_alomedika 2022-04-28T13:39:02+07:00 2022-04-28T13:39:02+07:00
Lepra
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Lepra

Oleh :
Yelvi Levani
Share To Social Media:

Patofisiologi lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus Hansen, adalah melalui infeksi Mycobacterium leprae yang merupakan bakteri basil tahan asam. Lepra dapat bermanifestasi secara berbeda tergantung pada respon imun masing-masing pasien. Pasien dengan respon imun seluler yang banyak akan memiliki manifestasi bentuk tuberkuloid. Sedangkan pasien dengan respon imun seluler minimal akan memiliki manifestasi bentuk lepromatous. [2]

Transmisi Mycobacterium Leprae

Bakteri Mycobacterium leprae ditularkan dengan kontak dekat dan lama antara individu yang rentan dengan pasien yang terinfeksi melalui sekresi nasal atau droplet. Rute transmisi utama adalah sekresi nasal. Selain itu, transmisi juga dapat terjadi melalui erosi kulit. [3,4] Rute transmisi lain seperti darah, transmisi vertikal, ASI dan gigitan serangga, juga mungkin terjadi walaupun jarang. [3]

Individu yang tinggal di daerah endemis dapat terinfeksi Mycobacterium leprae walaupun tidak menderita penyakit lepra. Hal ini ditandai dengan adanya DNA Mycobacterium leprae di biopsi hidung dan seropositif terhadap antigen bakteri pada individu yang sehat yang tinggal di daerah endemis. [5]

Peran Faktor Genetik

Faktor genetik diduga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit lepra. Studi genetik mengidentifikasi mutasi pada regio kromosom 6p21, 17q22, 20p13 dan 10p13 berhubungan dengan lepra. [6] Oleh karena itu, hanya sekitar 5 – 10% populasi yang diestimasi rentan terhadap infeksi.

Peran Imunitas Seluler

Manifestasi klinis lepra dipengaruhi oleh sistem imunitas seluler pasien terhadap Mycobacterium leprae. Pertahanan pertama pada saat infeksi Mycobacterium leprae adalah imunitas alamiah yang diwakili oleh integritas epitel, sekresi IgA, sel NK (natural killer), dan makrofag yang teraktivasi. Sitokin dan kemokin inflamasi dapat mengarahkan proliferasi menjadi limfosit Th1 atau Th2. Respon ini akan menentukan perjalanan penyakit menjadi tuberkuloid atau lepromatous.

Pada lesi tuberkuloid ditemukan dominasi limfosit T CD4+, sedangkan pada lesi lepromatous ditemukan dominasi limfosit T CD8+.[7] Tingkat TNF-α ditemukan lebih tinggi  pada serum pasien tuberkuloid, menandakan adanya destruksi Mycobacterium leprae dan pembentukan granuloma. TNF-α berkontribusi terhadap kerusakan jaringan dan gejala eritema nodosum leprosum (ENL). Pada tipe lepromatous terdapat peningkatan sitokin TGF-β, sitokin ini dapat menghambat aktivasi makrofag. [3]

Manifestasi klinis lebih bergantung pada sistem imunitas seluler pasien dibandingkan penetrasi dan kemampuan replikasi bakteri. Manifestasi klinis dapat terjadi setelah masa inkubasi yang lama yaitu 6 bulan sampai 20 tahun. Seropositif terhadap antigen Mycobacterium leprae dapat ditemukan 9 tahun sebelum terdapat gejala klinis. Masa inkubasi Mycobacterium leprae yang lama disebabkan oleh proliferasi yang lambat, antigenisitas yang rendah serta limitasi metabolik. [8]

Reaksi Lepra

Selain manifestasi klinis, infeksi bakteri Mycobacterium leprae juga dapat menyebabkan reaksi lepra. Reaksi lepra dibagi menjadi 2 yaitu reaksi tipe 1 dan reaksi tipe 2.

Reaksi tipe 1 ditandai dengan kemerahan di kulit dan lesi baru yang muncul tiba-tiba. Reaksi tipe 2 dikenal juga dengan Eritema Nodosum Leprosum (ENL) yang ditandai dengan banyak nodul kulit, demam, mata merah, nyeri otot dan nyeri sendi.

Pada reaksi tipe 1, terdapat peningkatan respon imun seluler Th1 seperti sitokin IL-1, TNF-α, IL-2 dan IFN-γ. Sedangkan pada reaksi tipe 2, terdapat peningkatan respon imun Th2 yang ditandai dengan peningkatan IL-6, IL-8 dan IL-10. [7]

Referensi

2. Smith, Darvin S. Leprosy. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/220455-overview
3. Lastoria JC. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects. An Bras Dermatol. 2014;89(2):205-18.
4. Ghorpade A. Inoculation (tattoo) leprosy: a report of 31 cases. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2002;16:494-9.
5. Job CK, Jayakumar J, Kearney M, Gillis TP. Transmission of leprosy: a study of skin and nasal secretions of household contacts of leprosy patients using PCR. Am J Trop Med Hyg. 2008;78:518-21.
6. Prevedello FC, Mira MT. Leprosy: a genetic disease? An Bras Dermatol. 2007;82:451-9.
7. Mendonça VA, Costa RD, Melo GEBA, Antunes CM, Teixeira AL. Immunology of leprosy. An Bras Dermatol. 2008;83:343-50.
8. Douglas JT, Cellona RV, Fajardo TT Jr, Abalos RM, Balagon MV, Klatser PR. Prospective study of serological conversion as a risk factor for development of leprosy among household contacts. Clin Diagn Lab Immunol. 2004;11:897-900

Pendahuluan Lepra
Etiologi Lepra

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
    Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
  • Peran Kortikosteroid dalam Manajemen Lepra
    Peran Kortikosteroid dalam Manajemen Lepra
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Januari 2025, 19:08
Keluhan di kulit kemerahan di punggung, perut, dan lengan yang tidak terasa gatal dan nyeri
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Izin konsul dokter, pasien pria usia 37 tahun datang dengan keluhan muncul kemerehan berbentuk bulat dan timbul di punggung, perut, dan lengan tidak terasa...
dr. Nabilah salsabila
Dibalas 18 Desember 2024, 07:13
Reaksi kusta
Oleh: dr. Nabilah salsabila
2 Balasan
Alodok, izin berdiskusi dok. Pada pasien reaksi kusta yang telah selesai mendapat prednison, apabila keluhan peradangannya muncul kembali setelah lepas...
dr.Feby Diana Rutman
Dibalas 18 Agustus 2024, 16:37
Pengobatan reaksi kusta
Oleh: dr.Feby Diana Rutman
5 Balasan
Alo.dokter saya dokter puskesmas, saya mempunyai pasien Kusta sdh RFT tp setelah RFT muncul rekasi lalu sudah sya berikan pengobatan reaksi prednison...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.