Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Taeniasis general_alomedika 2023-01-02T12:00:12+07:00 2023-01-02T12:00:12+07:00
Taeniasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Taeniasis

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Diagnosis taeniasis patut dicurigai pada pasien dengan keluhan gastrointestinal dan rasa tidak nyaman di regio perianal. Namun, taeniasis juga bisa asimptomatik. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan feses dapat menemukan adanya telur dan proglotid Taenia sp.

Anamnesis

Pasien yang mengalami taeniasis dapat asimptomatik. Gejala awal yang timbul bisa berupa gejala saluran pencernaan dan rasa tidak nyaman di daerah perianal. Rasa tidak nyaman ini dapat disertai dengan gatal dan iritasi. Hal ini disebabkan oleh pergerakan proglotid yang keluar bersamaan dengan feses.

Gejala terkait saluran pencernaan yang dapat ditemukan pada pasien adalah nyeri perut, mual, kembung, flatulens, diare, dan penurunan nafsu makan. Gejala ini lebih berat pada anak-anak dan nyeri perut dapat bersifat kolik pada anak. Pada beberapa kasus, nyeri perut dan mual dapat berkurang setelah pasien makan. Gejala sistemik yang muncul biasanya adalah fatigue dan penurunan berat badan. [3-5]

Gejala-gejala di atas umumnya bersifat ringan karena cacing Taenia sp. hanya menimbulkan respon inflamasi minimal di mukosa saluran pencernaan. [18]

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien yang asimptomatik, hasil pemeriksaan fisik tidak ada yang khas. Pada pasien yang menunjukkan gejala, pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya proglotid yang keluar dari anus atau gambaran anus yang mengalami iritasi (misalnya kemerahan dan terdapat bekas garukan). Gejala saluran pencernaan yang terjadi jarang mencapai kondisi yang berat, sehingga jarang ditemukan tanda-tanda dehidrasi. [3,4,18]

Pasien anak dapat mengalami kondisi anemia dan malnutrisi, sehingga adanya kondisi gagal tumbuh atau berat badan yang tidak naik perlu diperhatikan. Tanda-tanda anemia seperti pucat dan lemas juga perlu diperhatikan. [1,3,18]

Diagnosis Banding

Infeksi taeniasis harus didiagnosis banding dengan infeksi spesies cacing pita lain dan gejala diare harus dibedakan dengan gastroenteritis.

Infeksi Cacing Pita Lain

Infeksi akibat spesies cacing pita lain juga dapat menunjukkan gejala serupa. Untuk membedakannya, diperlukan pemeriksaan feses.

  • Taenia asiatica : Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya rostelum di skoleks dan protuberens posterior di proglotid yang sedang bertelur

  • Diphyllobothrium latum : Cacing pita yang terdapat pada ikan. Pada bagian skoleks tidak terdapat penghisap atau kait

  • Hymenolepis nana : Skoleks berlapis, telur berbentuk oval, dan panjang cacing hanya 1 – 5 cm [19]

Gastroenteritis

Gejala diare dapat muncul pada taeniasis. Diare juga dapat disebabkan oleh gastroenteritis akibat infeksi virus, bakteri, dan parasit lainnya. Patogen ini dapat dibedakan melalui pemeriksaan feses. Pada gastroenteritis, gejala diare biasanya lebih berat dibandingkan taeniasis dan dapat menimbulkan dehidrasi.[19]

Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis, yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, dan pemeriksaan biomolekular.

Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan karena dapat mengidentifikasi jenis parasit. Diagnosis taeniasis ditegakkan dengan menemukan telur atau proglotid pada feses. Telur atau proglotid in dapat ditemukan ketika cacing dewasa di dalam tubuh telah dapat menghasilkan telur, yaitu sekitar 2–3 bulan pasca infeksi. Untuk meningkatkan kemungkinan penemuan telur atau proglotid, sampel feses disarankan diambil tiga kali pada hari yang berbeda-beda. [3-5,19,20]

Pada kasus infeksi Taenia saginata, pemeriksaan dengan pengambilan feses langsung memiliki efikasi yang lebih rendah karena proglotid yang sudah siap bertelur dapat keluar secara spontan melalui anus sehingga telur akan melekat di daerah perianal dan perineal. Pada kondisi tersebut, pengambilan sampel melalui swab anus lebih direkomendasikan. [18]

Pembersihan usus dengan glikol elektrolit-polietilen sebelum pemberian antiparasit dinilai dapat meningkatkan kemungkinan keluarnya skoleks atau proglotid. Selain itu, pemberian minyak kastor atau magnesium sulfat 2 jam pasca diberikan antiparasit juga dapat membantu mengeluarkan cacing dewasa dalam bentuk utuh atau fragmentasi dalam 6–12 jam. [19]

Bentuk telur Taenia sagiata dan Taenia solium sangat serupa, sehingga membedakan antar spesies sulit dilakukan jika hanya ditemukan telur di dalam feses. Evaluasi proglotid dilakukan dengan menginjeksi tinta India untuk memperlihatkan cabang uterin di dalam proglotid. Taenia saginata memiliki 12–30 cabang, sedangkan Taenia solium memiliki 7–13 cabang.

Bentuk skoleks Taenia saginata dan Taenia solium juga berbeda. Pada skoleks Taenia saginata terdapat 4 penghisap besar, namun tidak ditemukan rostelum atau kait rostelar. Sedangkan pada skoleks Taenia solium dapat ditemukan 4 penghisap besar, rostelum, dan 2 kait. [1,3-5,18]

Pemeriksaan feses memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan pemeriksaan biomolekular. Oleh karena itu, pasien dengan hasil pemeriksaan feses yang negatif tidak dapat langsung dieksklusi. Pemeriksaan dapat diulang atau pasien diberikan terapi empirik. [18]

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi parasit, walaupun tidak spesifik. Pada infeksi oleh parasit, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah eosinofil sekitar 1–15%. Peningkatan kadar IgE juga dapat ditemukan. [18]

Pemeriksaan Biomolekular

Pemeriksaan biomolekular tidak dikerjakan secara rutin sebagai alat diagnostik. Biasanya pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk penelitian. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi antigen Taenia sp. yang terdapat di dalam feses (copro-antigen). [18,19]

Pemeriksaan copro-antigen ELISA dengan sampel feses memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi, yaitu 98% dan 99%. Walaupun demikian, pada pemeriksaan ini masih dapat terjadi reaksi silang dengan parasit lain, seperti Ascaris sp, Trichuris sp, Hymenolepis nana, dan protozoa. [12,21]

Untuk mengetahui diagnosis spesifik masing-masing spesies, pemeriksaan gen dengan metode PCR (polymerase chain reaction) juga dapat dilakukan. Pemeriksaan ini memiliki spesifisitas 100% dan sensitivitas 97-100%. Selain itu, deteksi antibodi untuk antigen solium excretory-secretory (TSES) yang dimiliki oleh Taenia solium dengan metode immunoblot assay juga menunjukkan hasil sensitivitas dan spesifisitas yang baik yaitu 95% dan 100%. [12]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – Taeniasis, Biology. 2013. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
2. Zammarchi, L., Bonati, M., Strohmeyer, M. et al. (2017). Screening, diagnosis and management of human cysticercosis and Taenia solium taeniasis: technical recommendations by the COHEMI project study group. Tropical Medicine & International Health, 22(7), 881–894. doi:10.1111/tmi.12887
3. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Infectious Disease. McGraw Hill. 2010
4. Jong EC, Stevens DL. Netter’s Infectious Diseases. Elsevier. 2012
5. Baker CJ. Red book atlas of pediatric infectious diseases. American Academy of Pediatric. 2013
12. Okello AL, Thomas LF. Human taeniasis: current insights into prevention and management strategies in endemic countries. Risk Manag Healthc Policy. 2017;10:107–116
18. Lesh EJ, Brady MF. Tapeworm (Taenia Solium, Taenia Saginata, Diphyllobothrium, Cysticercosis, Neurocysticercosis). In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537154/
19. Craig P,Ito A. Intestinal cestodes. Curr Opin Infect Dis. 2007;20(%):524-32
20. Li J, Guo E. Images in clinical medicine. Taenia saginata infestation. N Eng J Med. 2016;374(3):263
21. Silva CV, Costa-Cruz JM. A glance at Taenia saginata infection, diagnosis, vaccine, biological control and treatment. Infect Disord Drug Targets. 2010 Oct;10(5):313-21

Epidemiologi Taeniasis
Penatalaksanaan Taeniasis

Artikel Terkait

  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 7 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.