Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Taeniasis general_alomedika 2022-07-20T13:53:36+07:00 2022-07-20T13:53:36+07:00
Taeniasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Taeniasis

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Etiologi taeniasis pada manusia adalah cacing pita Taenia sp. Spesies yang telah teridentifikasi menyebabkan infeksi pada manusia adalah Taenia saginata dan Taenia solium.

Taenia Saginata

Taenia saginata merupakan jenis cacing pita yang ditemukan pada daging sapi yang mentah atau tidak matang. Panjang cacing ini dapat mencapai 8 meter dengan jumlah proglotid mencapai 1-2.000 buah. Proglotid pada Taenia saginata memiliki 15-30 cabang. Pada bagian skoleks terdapat empat buah penghisap yang berfungsi untuk melekatkan cacing dengan jejunum.

Telur Taenia saginata memiliki ukuran antara 30-40 mcm. Telur ini mengandung onkosfer dan dikelilingi oleh dinding tebal bergaris coklat. Telur yang keluar bersama feses ini dapat hidup selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun di lingkungan. Telur yang termakan oleh sapi akan pecah dan menginvasi dinding saluran intestinal dan masuk ke otot. Sampai di otot, telur akan berubah menjadi larva sistiserkus yang dapat menginfeksi manusia. Antibodi anti sistiserkus diperlukan untuk pemeriksaan serologis pada abses otak.

Saat di tubuh manusia, larva membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menjadi cacing dewasa dan menghasilkan telur. [1,3]

Taenia Solium

Taenia solium merupakan jenis cacing pita yang terdapat pada daging babi. Babi berperan sebagai pejamu perantara, sedangkan manusia dapat berperan sebagai pejamu sementara atau pejamu definitif.

Cacing ini dapat menginfeksi manusia melalui dua cara. Jika seorang individu menelan larva sistiserkus, maka individu tersebut akan mengalami taeniasis. Namun, apabila seorang individu menelan telur Taenia solium, maka individu tersebut akan mengalami sistiserkosis.

Cacing Taenia solium memiliki mulut penghisap dan kait di bagian skoleksnya sehingga proses perlekatan lebih kencang. Panjang cacing ini dapat mencapai 3 meter dengan jumlah proglotid mencapai 1.000 buah.

Telur dan proglotid yang mengandung telur akan keluar bersama dengan feses. Telur dapat bertahan hingga beberapa bulan. Ketika telur tertelan oleh hewan, maka larva yang berada di dalam telur akan keluar dan menembus dinding intestinal dan menetap di berbagai jaringan, namun paling sering ditemukan di jaringan otot lurik yang terdapat di leher dan batang tubuh. Larva ini akan mengalami enkistasi dalam waktu 60–90 hari. Ketika larva tertelan oleh manusia yang mengonsumsi daging babi yang tidak matang, larva akan tinggal di saluran intestinal sampai menjadi cacing dewasa. [1,2]

Faktor Risiko

Faktor risiko infeksi Taenia sp. akan meningkat pada populasi yang banyak mengonsumsi daging sapi atau daging babi mentah atau tidak dimasak matang. Selain konsumsi daging yang tidak matang, beberapa perilaku yang diketahui meningkatkan risiko taeniasis adalah:

  • Higienitas dan sanitasi yang buruk
  • Kurangnya fasilitas jamban
  • Kurangnya akses terhadap air bersih
  • Kurangnya pengetahuan mengenai transmisi parasit
  • Adanya pemberian sampah rumah tangga sebagai makanan untuk hewan ternak
  • Kurangnya pengawasan pada rumah potong hewan [7-10]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – Taeniasis, Biology. 2013. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
2. Zammarchi, L., Bonati, M., Strohmeyer, M. et al. (2017). Screening, diagnosis and management of human cysticercosis and Taenia solium taeniasis: technical recommendations by the COHEMI project study group. Tropical Medicine & International Health, 22(7), 881–894. doi:10.1111/tmi.12887
3. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Infectious Disease. McGraw Hill. 2010
7. Willingham AL, Wu HW, Conlan J, Satrija F. Combating Taenia solium cysticercosis in southeast Asia: an opportunity for improving human health and livestock production. Adv Parasitol. 2010;72:235–266
8. Wandra T, Ito A, Swastika K, Dharmawan NS, Sako Y, Okamoto M. Taeniases and cysticercosis in Indonesia: past and present situations. Parasitology. 2013;140:1608–1616
9. Bardosh K, Inthavong P, Xayaheuang S, Okello AL. Controlling parasites, understanding practices: the biosocial complexity of a One Health intervention for neglected zoonotic helminths in northern Lao PDR. Soc Sci Med. 2014;120:215–223
10. Burniston S, Okello AL, Khamlome B, Inthavong P, Gilbert J, Blacksell SD, Allen J, Welburn SC. Cultural drivers and health-seeking behaviours that impact on the transmission of pig-associated zoonoses in Lao People's Democratic Republic. Infect Dis Poverty. 2015;4:11

Patofisiologi Taeniasis
Epidemiologi Taeniasis

Artikel Terkait

  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 09 Mei 2025, 22:03
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.