Edukasi dan Promosi Kesehatan Alcohol Use Disorder
Edukasi dan promosi kesehatan pada alcohol use disorder atau alkoholisme difokuskan agar abstinensia tercapai. Pencegahan penyalahgunaan alkohol perlu dimulai sejak usia remaja, dengan cara mengajarkan cara menolak alkohol, mengidentifikasi faktor yang menyebabkan minum alkohol, serta manajemen stres.
Edukasi Pasien
Pada edukasi bagi pasien alcohol use disorder (AUD), dokter perlu menjelaskan bahwa kondisi ini bersifat jangka panjang, yang dapat dikontrol meskipun tidak dapat disembuhkan total. Setelah gejala fisik akibat withdrawal membaik, sebaiknya pasien mengikuti support group, misalnya alcoholics anonymous (AA).
Bergabung dengan AA terbukti efektif dalam tata laksana AUD. Bila memungkinkan, ajak anggota keluarga pasien untuk mengikuti AA bersama. Edukasi juga dapat diberikan mengenai alkohol sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah. Mengonsumsi alkohol berkaitan dengan peningkatan risiko jatuh pada pasien lanjut usia, kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, dan tenggelam.
AUD juga sering terjadi bersama gangguan psikiatrik lain, misalnya ansietas, depresi, atau gangguan kepribadian. AUD yang terjadi kronis dapat menyebabkan gangguan hepar, seperti sirosis hepatis, dan dapat mengakibatkan kematian. Konsumsi alkohol berkepanjangan juga berhubungan dengan gagal jantung dan demensia.
Pasien yang sudah mengalami ketergantungan alkohol sebaiknya tidak mencoba menghentikan konsumsi alkohol tanpa bantuan tenaga kesehatan. Menghentikan konsumsi alkohol dengan mendadak dapat menyebabkan gejala withdrawal berat yang bisa berakibat fatal.[2,4,5]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan alcohol use disorder yang paling efektif adalah dengan abstinensia. Umumnya, paparan konsumsi alkohol berasal dari peer group atau lingkungan keluarga. Untuk itu lingkungan keluarga merupakan tempat paling tepat untuk tindakan pencegahan, terutama melalui pengawasan orang tua. Lingkungan kedua adalah lingkungan sekolah dalam bentuk monitoring dan edukasi mengenai bahaya alkohol.
Kelompok yang rentan mengonsumsi alkohol, biasanya dimulai dari usia remaja, dapat diajarkan untuk memantau kebiasaan minum alkohol masing-masing. Pantauan dilakukan terhadap seberapa banyak alkohol yang dikonsumsi dan menentukan jumlah maksimal alkohol yang dikonsumsi per minggu.
Untuk mencegah konsumsi alkohol berlebihan, minumlah alkohol perlahan dan hindari mengonsumsi lebih dari 1 minuman beralkohol per jam. Sebaiknya, saat minum alkohol diselingi dengan konsumsi minuman lain yang nonalkoholik, seperti air, soda, atau jus. Selain itu, dapat juga diajarkan untuk mengidentifikasi hal-hal yang memicu keinginan konsumsi alkohol, cara-cara menghindarinya, serta cara menolak alkohol.
Untuk pasien dengan riwayat penyalahgunaan, maka selain abstinensia juga perlu dilakukan modifikasi pola hidup sehat untuk mencegah relaps. Pola hidup sehat penting untuk proses detoksifikasi alkohol, dan juga penting untuk mencegah timbulnya stress. Umumnya, pemicu relaps alcohol use disorder adalah stres.
Pola hidup sehat yang dapat dilakukan adalah cukup minum air putih, diet gizi seimbang, suplementasi vitamin, berolahraga, aktif secara sosial, dan manajemen stres. Selain itu, untuk menghindari pasien dari godaan, sebaiknya buang semua minuman beralkohol di lingkungan rumah.[2,7,33]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra