Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Opioid Use Disorder general_alomedika 2023-09-08T17:29:29+07:00 2023-09-08T17:29:29+07:00
Opioid Use Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Opioid Use Disorder

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan
Share To Social Media:

Penegakan diagnosis opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid sangat bergantung pada kondisi penyalahgunaan, apakah tahap ketergantungan, withdrawal, atau intoksikasi. Pemeriksaan menyeluruh dapat dilakukan setelah kondisi kegawatdaruratan pada pasien sudah teratasi. Pada saat penegakan diagnosis perlu juga dilakukan penggalian terhadap kondisi medis dan psikiatris lain yang dialami pasien yang mungkin akan mempengaruhi pengobatan.

Anamnesis

Pada anamnesis pada pasien dengan opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid harus ditanyakan gejala apa yang dialami pasien, onset gejala, dan upaya pengobatan yang sudah dilakukan. Penting juga untuk mengetahui obat-obatan rutin yang digunakan pasien, riwayat alergi, kehamilan, dan riwayat penyakit keluarga.

Beberapa riwayat penyakit pasien yang penting untuk digali adalah penyakit menular seperti hepatitis, HIV, dan tuberkulosis. Pada pasien dan keluarganya juga harus ditanyakan mengenai riwayat trauma, gangguan psikiatris, perilaku penyalahgunaan narkoba sebelumnya, perilaku kecanduan saat ini, serta upaya pengobatan yang dilakukan, termasuk upaya farmakologis dan terapi. Selain itu juga perlu dilakukan identifikasi kondisi sosial lingkungan pasien untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya pengobatan.

Anamnesis mendalam juga dilakukan menyangkut penyalahgunaan opioid dan substans lainnya. Riwayat yang harus ditanyakan oleh dokter adalah jenis dan jumlah opioid yang digunakan, rute penggunaan, waktu, jumlah, dosis dan cara penggunaan opioid terakhir.[5]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid berbeda-beda tergantung apakah pasien datang dalam tahap ketergantungan, intoksikasi, atau withdrawal. Pemeriksaan juga dapat berbeda tergantung rute penggunaan opioid, apakah dihisap atau disuntik.

Ketergantungan

Pada pemeriksaan dermatologi dapat ditemukan abses, ruam, selulitis, skar, dan tanda penggunaan jarum berulang.

Pada pemeriksaan THT dapat ditemukan perforasi membran timpani, otitis media, rhinorrhea, ekskoriasi bahkan perforasi septum nasal, epistaksis, atau laringitis.

Pada regio oral dapat ditemukan higienitas buruk, abses, dan masalah gusi.

Pasien dengan ketergantungan akan menunjukkan gejala mirip depresi, misalnya gangguan tidur, suicidal ideation, atau kurangnya minat.[5,16]

Intoksikasi

Pasien intoksikasi dapat datang dengan penurunan kesadaran, mulai dari somnolen hingga koma. Temuan pemeriksaan fisik lain adalah pupil pin point. Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan penurunan frekuensi pernapasan. Pada kasus yang berat dapat ditemukan tanda berupa sianosis, bradikardi, dan hipotermia. Pada beberapa kasus dapat terjadi kematian akibat depresi pernafasan.

Pada kasus intoksikasi juga dapat ditemukan tanda berupa gerakan kepala mengangguk berulang-ulang, gerakan menggaruk akibat pelepasan histamin, dan penurunan kelopak mata.[5]

Sindrom Putus Obat

Pasien dengan sindrom putus obat atau withdrawal dapat menunjukkan tanda disorientasi, agitasi, dan agresi. Manifestasi fisik dapat berupa takikardia, peningkatan tekanan darah, piloereksi, lakrimasi, iritabilitas, dan gangguan gastrointestinal.[16-18]

Kriteria Diagnosis

Penegakan diagnosis penyalahgunaan opioid dapat dilakukan berdasarkan kriteria  DSM V. Terdapat 11 gejala yang ditanyakan dalam 12 bulan terakhir, yaitu:

  • Sengaja menggunakan opioid dalam jumlah lebih besar atau dalam waktu yang lebih lama daripada yang dibutuhkan
  • Ada rasa ingin mengonsumsi terus menerus yang persisten, tidak dapat dikendalikan atau dikurangi
  • Menghabiskan waktu berlebihan untuk mendapatkan, mengonsumsi, atau pulih dari pengaruh opioid
  • Keinginan yang besar untuk mengonsumsi opioid terus menerus
  • Penggunaan opioid yang rekuren, menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi tanggung jawab pekerjaan, rumah, dan sekolah
  • Terus menerus menggunakan opioid walaupun menyebabkan gangguan dalam hubungan sosial dan interpersonal
  • Partisipasi dalam aktivitas rekreasional, sosial, dan okupasional yang penting, menjadi berkurang akibat penggunaan opioid
  • Penggunaan opioid rekuren dalam situasi yang membahayakan fisik
  • Terus menggunakan opioid walaupun menyadari adanya gangguan fisik atau psikologis yang disebabkan oleh efek opioid
  • Terjadi toleransi, yang ditandai oleh salah satu dari:

    • Kebutuhan yang secara jelas meningkat untuk mendapatkan efek yang diharapkan atau intoksikasi
    • Efek yang secara jelas berkurang apabila opioid digunakan dalam dosis yang sama dengan sebelumnya secara kontinyu

  • Terjadi withdrawal atau putus obat, yang ditandai oleh salah satu dari:

    • Gejala khas sindrom putus obat opioid
    • Obat yang sama atau mirip dibutuhkan untuk menghilangkan gejala putus obat

Menurut kriteria tersebut opioid use disorder dapat dapat digolongkan menjadi ringan (2-3 gejala), sedang (4-5 gejala), dan berat (6 atau lebih gejala).

Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosis dapat ditunjang dengan penemuan komponen opioid pada urin. Pemeriksaan urin dapat dilakukan dalam 1-3 hari pasca penggunaan opioid. Namun, tes urin yang negatif tidak secara langsung mengeksklusi penggunaan opioid. Deteksi juga bisa dilakukan melalui saliva, darah, dan helai rambut.

Pada pengguna intravena, sebaiknya dilakukan skrining terhadap HIV dan Hepatitis B.[5]

Objective Opioid Withdrawal Assessment Scale

Objective opioid withdrawal assessment scale (OOWS) dapat digunakan untuk mengukur keparahan gejala pada pasien dengan sindrom putus obat (withdrawal) opioid. Sistem skoring ini biasanya digunakan pada pemantauan pasien yang mendapatkan terapi buprenorfin. OOWS dinilai dengan melakukan observasi pada pasien selama 5 menit, kemudian menilai apakah gejala ada atau tidak sesuai sistem skoring. Semakin tinggi total skor yang didapat, semakin berat gejala pasien.[7,18]

Tabel 1. Objective Opioid Withdrawal Assessment Scale

Gejala Skor
Menguap

Tidak ada: 0

Ada: 1

Rhinorrhea

<3 kali menyedot ingus: 0

>3 kali menyedot ingus: 1

Piloereksi

Tidak ada: 0

Ada: 1

Perspirasi

Tidak ada: 0

Ada: 1

Lakrimasi

Tidak ada: 0

Ada: 1

Tremor tangan

Tidak ada: 0

Ada: 1

Midriasis

Tidak ada: 0

≥3mm: 1

Hot atau cold flushes

Tidak ada: 0

Menggigil atau berdempetan mencari kehangatan: 1

Restlessness

Tidak ada: 0

Sering berubah posisi: 1

Muntah

Tidak ada: 0

Ada: 1

Otot berkedut

Tidak ada: 0

Ada: 1

Kram perut

Tidak ada: 0

Memegangi perut: 1

Ansietas

Tidak ada: 0

Ringan-berat:1

 

Referensi

5. Kampman K, Jarvis M. American Society of Addiction Medicine (ASAM) National Practice Guideline for the Use of Medications in the Treatment of Addiction Involving Opioid Use. J Addict Med. 2015 Sep-Oct;9(5):358-67
7. Mental Health, Alcohol and Other Drugs Directorate Queensland Health. Queensland Alcohol and Drug Withdrawal Clinical Practice Guidelines. 2012.
16. Fareed A, Stout S, Casarella J, Vayalapalli S, Cox J, Drexler K. Substance Abuse: Research and Treatment 2011:5 17–25
17. Rudd RA, Aleshire N, Zibbell JE, Gladden RM. Increases in Drug and Opioid Overdose Deaths—United States, 2000–2014. Morbidity and Mortality Weekly Report. 2016;64:1378-82
18. Wesson DR, Ling W. The Clinical Opiate Withdrawal Scale (COWS). Journal of Psychoactive Drugs. 2003;35(2):253-259.

Epidemiologi Opioid Use Disorder
Penatalaksanaan Opioid Use Disorder

Artikel Terkait

  • Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
    Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
  • Bahaya Penggunaan Opioid Jangka Panjang Untuk Penatalaksanaan Nyeri Kronis Non-kanker
    Bahaya Penggunaan Opioid Jangka Panjang Untuk Penatalaksanaan Nyeri Kronis Non-kanker
  • Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
    Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
  • Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom
    Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom
  • Penyalahgunaan dan Overdosis Nitazene
    Penyalahgunaan dan Overdosis Nitazene

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 17 Mei 2023, 18:57
Obat ARV yang memengaruhi hasi dari Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN)
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin konsul pasien konsumsi ARV TLD, dan sempat membaca jika ARV sejenis Evapiren bs terdeteksi positif pada SKBN, untuk kandungan Tenofovir Lamivudine...
Anonymous
Dibalas 19 Oktober 2022, 09:42
Alur rehabilitasi narkoba
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya ada pasien yang menurut pacarnya dicurigai memakai narkoba. Tetapi sejauh ini belum pernah memorgoki pacarnya tersebut sedang memakai. Itu...
Anonymous
Dibalas 31 Mei 2022, 10:24
Antinyeri untuk pasien opioid use disorder - Kedokteran Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Irwan Supriyanto, Sp.KJ, Ph.DMohon bertanya dok. Untuk pasien dengan riwayat pernah mengalami opioid use disorder, apakah semua antinyeri golongan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.