Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Abses Peritonsilar general_alomedika 2023-05-02T11:09:46+07:00 2023-05-02T11:09:46+07:00
Abses Peritonsilar
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Abses Peritonsilar

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis abses peritonsilar ditegakkan terutama berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang baku standar adalah melalui tindakan aspirasi abses menggunakan jarum, yang kemudian dikultur. Pemeriksaan penunjang radiologi digunakan untuk mengevaluasi perluasan abses ke jaringan sekitar.

Anamnesis

Pada anamnesis, bisa didapatkan keluhan nyeri tenggorokan selama 3-6 hari yang secara progresif bertambah berat dan sering kali unilateral. Pasien juga dapat mengeluhkan nyeri menelan (odinofagia) dan kesulitan menelan (disfagia). Kombinasi odinofagia dan disfagia yang berat dapat membuat pasien sulit sekali menelan air ludah sehingga akan timbul keluhan air liur menetes (drooling).[1,6]

Nyeri tenggorokan yang dirasakan pasien dapat menjalar hingga telinga (otalgia) ipsilateral. Pasien dapat merasakan nyeri leher yang timbul karena terjadi peradangan pada limfonodus servikal. Beberapa pasien dapat mengeluhkan kesulitan membuka mulut (trismus) karena peradangan juga terjadi pada otot pterygoid yang terletak di superior otot konstriktor. Keluhan suara serak juga cukup sering ditemukan.[1,3,5,6]

Keluhan yang sering dirasakan adalah demam menggigil, malaise, nyeri badan, sakit kepala, mual, dan juga konstipasi. Gejala demam lebih menonjol daripada nyeri tenggorokan pada pasien anak-anak.[1,10]

Pada kasus abses yang berat dan berukuran besar, abses dapat meluas hingga area parafaringeal dan prevertebra hingga menimbulkan distres pernapasan.[1]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik tanda vital dapat ditemukan febris dan keadaan umum yang tidak baik. Gejala dehidrasi dan sepsis juga bisa didapatkan.

Pada pemeriksaan daerah mulut, tampak pembengkakan area peritonsilar dan tonsil tampak terdorong ke medial dan inferior. Pada inspeksi area tonsil, dapat terlihat mukus maupun eksudat. Tonsil dapat berubah warna menjadi pucat (blanch) dan fluktuatif dengan penekanan ringan. Uvula sering kali edema dan eritema, tampak deviasi ke sisi berlawanan. Dapat juga ditemukan eritema dan edema di daerah palatum mole dan sisi anterior pilar tonsil. Air liur yang menumpuk dapat mengganggu kebersihan rongga mulut dan menimbulkan bau mulut tidak sedap (halitosis).[5]

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan limfadenopati servikal, terutama di daerah jugulodigastrik. Tortikolis juga dapat terjadi, leher membengkok ke arah sisi yang terkena abses peritonsilar. [1] Saat ukuran abses bertambah besar, cara bicara pasien menjadi tidak jelas (muffled speech atau "hot potato" voice).[6]

Diagnosis abses peritonsilar sudah dapat ditegakkan bila dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda berikut ini:

  • Pembengkakan unilateral di area peritonsilar
  • Gejala tonsilitis akut yang tidak membaik dengan pembesaran tonsil unilateral yang menetap
  • Penonjolan di palatum mole unilateral dengan pergeseran tonsil ipsilateral ke arah anterior[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding abses peritonsilar antara lain selulitis peritonsilar, infeksi mononukleosis, dan neoplasma.

Selulitis Peritonsilar

Selulitis peritonsilar memiliki gejala yang mirip abses peritonsilar, namun tidak didapatkan area fluktuatif atau pus pada aspirasi jarum. CT scan dengan kontras dapat membedakan ada tidaknya pus yang terbentuk. Ultrasonografi intraoral juga dapat secara akurat membedakan abses dengan selulitis peritonsilar.[6]

Infeksi Mononukleosis

Infeksi mononukleosis disebabkan oleh Epstein Barr virus (EBV). Gejala nyeri tenggorokan dan demam dapat timbul sehingga mirip dengan abses peritonsilar. Pada pemeriksaan kasus infeksi mononucleosis, dapat ditemukan pembesaran limfonodus leher, splenomegali, dan hepatomegali. Infeksi EBV ini dapat mengganggu respon imun dan membuat kolonisasi bakteri pada tonsil meningkat. Akibatnya, beberapa kasus infeksi mononukleosis juga diikuti oleh tonsilitis atau abses peritonsilar. Pemeriksaan laboratorium darah tes antibodi heterophile dapat digunakan sebagai skrining.[4,6]

Neoplasma

Neoplasma pada tonsil atau kelenjar ludah di sekitar tonsil dapat memberikan gejala pembengkakan tonsil unilateral. Pada neoplasma, biasanya tidak ditemukan tanda infeksi akut seperti nyeri tenggorokan akut, demam, dan pembesaran limfonodus servikal yang terasa nyeri.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan bila pemeriksaan fisik atau visualisasi tonsil sulit dilakukan, misalnya pada pasien anak-anak atau pasien dengan trismus berat. Pemeriksaan penunjang khususnya radiologi dapat membedakan abses peritonsil dengan peradangan non abses, serta dapat mendeteksi perluasan abses peritonsil ke jaringan lunak sekitarnya.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium darah yang dapat dilakukan adalah complete blood count, protein C-reaktif, elektrolit, serta antibodi tes heterophile untuk mengeksklusi infeksi mononukleosis. Pemeriksaan standar baku adalah kultur pus dari sampel aspirasi abses menggunakan jarum.[5,11,12]

Radiologi

Pemeriksaan radiologi sederhana yang dapat dilakukan adalah foto rontgen jaringan lunak leher. Pemeriksaan rontgen leher dengan proyeksi lateral dapat mengevaluasi ada tidaknya abses retrofaringeal.[12]

Ultrasonografi (USG) intraoral dapat digunakan untuk membedakan abses peritonsilar dengan peritonsilitis. USG intraoral juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat saat melakukan drainase abses. Ultrasonografi memiliki sensitivitas 89-95% dan spesifisitas 79-100% untuk mendiagnosis abses peritonsilar.[2] Pendekatan USG transervikal (submandibula) dapat menjadi pilihan untuk pemeriksaan pada anak-anak atau pasien dengan trismus.[11]

CT scan dengan kontras direkomendasikan untuk pasien anak-anak yang sangat kecil yang mana diagnosis secara klinis sulit dilakukan, atau jika ada kecurigaan perluasan abses ke parafaringeal atau retrofaringeal. CT scan dapat mendiagnosis abses peritonsilar secara akurat dengan sensitivitas mencapai 100%. Sebelum melakukan CT scan, pastikan bahwa patensi jalan napas tidak akan terganggu jika pasien dalam posisi supinasi.[2]

Referensi

1. Gupta G, McDowell RH. Peritonsillar abscess. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519520/
3. Ali SA, Kovatch KJ, Smith J, Bellile EL, Hanks JE, Truesdale CM, et al. Predictors of intratonsillar abscess versus peritonsillar abscess in the pediatric patient. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology. 2018;114:143-146. doi:10.1016/j.ijporl.2018.08.042
4. Klug TE, Rusan M, Fuursted K, Ovesen T. Peritonsillar abscess. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 2016;155(2):199-207. doi:10.1177/0194599816639551
5. Flores J. Peritonsillar abscess in emergency medicine. https://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
6. Galioto NJ. Peritonsillar abscess. Am Fam Physician. 2017;95(8):501-506. https://www.aafp.org/afp/2017/0415/p501.html
10. Kim DK, Lee JW, Na YS, Kim MJ, Lee JH, Park CH. Clinical factor for successful nonsurgical treatment of pediatric peritonsillar abscess. The Laryngoscope. 2015;125(11):2608-2611. doi:10.1002/lary.25337
11. Huang Z, Vintzileos W, Gordish-Dressman H, Bandarkar A, Reilly BK. Pediatric peritonsillar abscess: outcomes and cost savings from using transcervical ultrasound. The Laryngoscope. 2017;127(8):1924-1929. doi:10.1002/lary.26470
12. Gosselin BJ. Peritonsillar abscess. https://emedicine.medscape.com/article/194863-workup#showall

Epidemiologi Abses Peritonsilar
Penatalaksanaan Abses Peritonsilar

Artikel Terkait

  • Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
    Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
  • Indikasi Tonsilektomi pada Anak
    Indikasi Tonsilektomi pada Anak
  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
  • Azithromycin untuk Terapi Tonsilofaringitis Bakterial Akut
    Azithromycin untuk Terapi Tonsilofaringitis Bakterial Akut
  • Manfaat Povidone Iodine untuk Sakit Tenggorokan
    Manfaat Povidone Iodine untuk Sakit Tenggorokan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 24 Februari 2025, 09:03
Cefixim untuk tonsilitis akut pada anak
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Mohon izin menanyakan. Apakah cefixim sirup bisa digunakan sebagai pilihan antibiotik pada tonsilitis akut pada anak?Karena seperti yg kita...
Anonymous
Dibalas 20 Januari 2025, 01:12
Tonsilitis dengan bercak putih pada area tenggorokan apakah diberikan antibiotik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin dokter, pasien laki2 29thn dengan nyeri menelan 1 minggu. terdapat bercak putih pada area tenggorokan. pasien aktif merokok. Apakah sudah harus...
Anonymous
Dibalas 04 Desember 2024, 20:25
Benjolan rongga mulut sejak 2 bulan lalu yang tidak membaik walaupun sudah berobat
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Mau bertanya apakah ini granuloma yang di akibatkan oleh lpr? ini di alami pasien sejak 2 bulan yang lalu, telah berobat 3 kali dengan obat yang berbeda...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.