Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Abses Peritonsilar general_alomedika 2023-05-02T11:09:51+07:00 2023-05-02T11:09:51+07:00
Abses Peritonsilar
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Abses Peritonsilar

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan abses peritonsilar meliputi pemberian antibiotik spektrum luas, serta tindakan pembedahan seperti insisi dan drainase abses, aspirasi jarum, dan tonsilektomi.

Medikamentosa

Pasien diberikan antibiotik intravena terutama yang sensitif terhadap bakteri aerob Gram positif, Gram negatif, dan bakteri anaerob. Antibiotik empiris pilihan untuk abses peritonsilar adalah golongan penicillin seperti ampicillin yang biasanya dikombinasi dengan metronidazole atau clindamycin. Setelah ada hasil kultur, antibiotik dapat disesuaikan. Antibiotik diubah menjadi sediaan oral ketika sudah terjadi perbaikan klinis dan pasien dapat makan minum per oral.[1]

Pemberian antibiotik bermanfaat untuk mengurangi penyebaran infeksi, mengurangi durasi gejala, dan juga mengurangi komplikasi imunologi dan supuratif.[4] Bahkan beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien abses peritonsilar usia ≤6 tahun memberikan respon yang baik hanya dengan pemberian medikamentosa tanpa tindakan pembedahan.[10]

Antibiotik Intravena

Antibiotik intravena yang digunakan mencakup antibiotik untuk bakteri aerob dan juga anaerob, antara lain:

  • Penicillin G 10 juta IU/ 6 jam + Metronidazole 500 mg/ 6 jam
  • Ampicillin/ sulbactam 3 g/ 6 jam
  • Sefalosporin generasi 3 (misalnya Ceftriaxone 1 g/ 12 jam) + Metronidazole 500 mg/ 6 jam
  • Piperacillin/ tazobactam 3,375 g/ 6 jam

  • Clindamycin 900 mg/ 8 jam
  • Vancomycin 1 g/ 12 jam (bila dicurigai infeksi Staphylococcus aureus resisten methicillin) + Metronidazole 500 mg/ 6 jam[6]

Antibiotik Oral

Antibiotik oral dapat digunakan pada pasien dengan toleransi oral yang baik atau sebagai terapi lanjutan antibiotik intravena pada pasien yang sudah dapat makan dan minum per oral. Contoh antibiotik oral yang dapat digunakan adalah:

  • Amoxicillin clavulanate 875 mg/ 12 jam

  • Sefalosporin generasi 3 (misalnya Cefdinir 300 mg/ 12 jam) + Metronidazole 500 mg/ 6 jam
  • Clindamycin 300-450 mg/ 8 jam[6]

Medikamentosa Tambahan

Pasien juga diberikan medikamentosa lain berupa analgetik dan antipiretik. Pemberian kortikosteroid sebagai terapi tambahan (adjunctive) masih kontroversial. Sebuah penelitian melaporkan bahwa pemberian dexamethasone intravena dosis tunggal (10 mg) dapat mengurangi tingkat keparahan nyeri, memperbaiki asupan per oral, dan mengurangi lama hari perawatan di rumah sakit. Terapi medikamentosa pada abses peritonsilar tetap harus diikuti dengan pembedahan untuk melakukan drainase abses.[1,6]

Pembedahan

Pembedahan yang umum dikerjakan pada kasus abses peritonsilar adalah aspirasi abses menggunakan jarum dan insisi drainase abses. Pada kasus tertentu diperlukan tindakan tonsilektomi.

Aspirasi Jarum

Aspirasi abses menggunakan jarum besar merupakan prosedur diagnostik sekaligus juga terapeutik. Sampel pus dapat dikirim untuk kultur dan bila pus dapat dikeluarkan seluruhnya maka tidak perlu melanjutkan dengan prosedur insisi drainase.[1] Aspirasi menggunakan jarum masuk melalui otot palatoglosus menuju abses setelah pemberian anestesi lokal. Insersi jarum dapat dilakukan pada beberapa tempat untuk dapat membersihkan seluruh pus.[2]

Setelah tindakan aspirasi jarum untuk mengevakuasi pus, bila gejala odinofagia, trismus, dan disfagia berkurang setelah observasi 4 jam, pasien dapat dipulangkan (rawat jalan). Namun, bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan pasien untuk dirawat inap.[6] Tindakan ini sulit dilakukan pada anak-anak atau pasien yang kurang kooperatif karena berisiko mencederai pembuluh darah dan saluran napas.[10]

Penelitian oleh Chang BA et al, melaporkan bahwa pasien yang diterapi dengan aspirasi jarum memiliki angka rekurensi yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang dilakukan insisi drainase. Namun demikian, sebuah survey di UK melaporkan bahwa 60% dokter spesialis THT lebih memilih aspirasi jarum sebagai penatalaksanaan pertama abses peritonsilar.[2]

Insisi dan Drainase

Insisi dan drainase abses peritonsilar dapat dilakukan dengan posisi pasien duduk dengan anestesi lokal spray lidokain 10% di mukosa oral dan laring. Pada beberapa negara seperti Singapura, tindakan ini lebih sering dikerjakan daripada aspirasi jarum sebagai penatalaksanaan abses peritonsilar.[2]

Insisi dibuat pada area yang paling menonjol di atas pole atas tonsil. Area insisi alternatif adalah sisi lateral dari pertemuan pilar anterior dengan garis yang sejajar dengan dasar uvula. Forsep quinsy atau pisau nomor 11 dan forsep sinus dimasukkan dari insisi untuk memecah lokulus. Insisi tidak dijahit, pasien diminta untuk berkumur (gargle) menggunakan larutan natrium klorida. [1] Lubang insisi tersebut membuat udara (oksigen) dapat masuk ke kavitas bekas abses, sehingga mengurangi infeksi bakteri anaerob.[2]

Pada pasien yang tidak kooperatif atau abses terbentuk di daerah yang sulit dijangkau, prosedur insisi drainase dilakukan menggunakan anestesi umum. Tindakan insisi drainase memiliki risiko dan komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan aspirasi jarum. Pasien lebih merasakan nyeri, berisiko aspirasi pus, dan perdarahan.[1,2]

Tonsilektomi

Tonsilektomi dianjurkan untuk pasien dengan riwayat tonsilitis rekuren, karena rekurensi abses peritonsilar mencapai 40% pada pasien-pasien tersebut bila hanya dilakukan aspirasi jarum atau insisi drainase. Tonsilektomi juga dapat dilakukan untuk pasien anak-anak yang tidak mungkin dilakukan tindakan drainase abses dengan anestesi lokal.[6]

Rawat Inap

Pasien abses peritonsilar dengan gangguan asupan per oral dan dehidrasi merupakan indikasi rawat inap untuk mendapat terapi suportif berupa infus intravena. Indikasi rawat inap lain adalah kissing tonsils yang dapat mengganggu jalan napas, ada tanda-tanda sepsis, dan gagalnya penatalaksanaan oral yang sudah diberikan saat pasien rawat jalan. Durasi rawat inap pasien abses peritonsilar adalah antara 2-4 hari.[6]

Referensi

1. Gupta G, McDowell RH. Peritonsillar abscess. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519520/
2. Chang BA, Thamboo A, Burton MJ, Diamon C, Nunez DA. Needle aspiration versus incision and drainage for the treatment of peritonsillar abscess (review). Cochrane Data Syst Rev. 2016;12:CD006287. doi: 10.1002/14651858.CD006287.pub4.
6. Galioto NJ. Peritonsillar abscess. Am Fam Physician. 2017;95(8):501-506. https://www.aafp.org/afp/2017/0415/p501.html
10. Kim DK, Lee JW, Na YS, Kim MJ, Lee JH, Park CH. Clinical factor for successful nonsurgical treatment of pediatric peritonsillar abscess. The Laryngoscope. 2015;125(11):2608-2611. doi:10.1002/lary.25337

Diagnosis Abses Peritonsilar
Prognosis Abses Peritonsilar

Artikel Terkait

  • Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
    Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
  • Indikasi Tonsilektomi pada Anak
    Indikasi Tonsilektomi pada Anak
  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
  • Azithromycin untuk Terapi Tonsilofaringitis Bakterial Akut
    Azithromycin untuk Terapi Tonsilofaringitis Bakterial Akut
  • Manfaat Povidone Iodine untuk Sakit Tenggorokan
    Manfaat Povidone Iodine untuk Sakit Tenggorokan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 24 Februari 2025, 09:03
Cefixim untuk tonsilitis akut pada anak
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Mohon izin menanyakan. Apakah cefixim sirup bisa digunakan sebagai pilihan antibiotik pada tonsilitis akut pada anak?Karena seperti yg kita...
Anonymous
Dibalas 20 Januari 2025, 01:12
Tonsilitis dengan bercak putih pada area tenggorokan apakah diberikan antibiotik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin dokter, pasien laki2 29thn dengan nyeri menelan 1 minggu. terdapat bercak putih pada area tenggorokan. pasien aktif merokok. Apakah sudah harus...
Anonymous
Dibalas 04 Desember 2024, 20:25
Benjolan rongga mulut sejak 2 bulan lalu yang tidak membaik walaupun sudah berobat
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Mau bertanya apakah ini granuloma yang di akibatkan oleh lpr? ini di alami pasien sejak 2 bulan yang lalu, telah berobat 3 kali dengan obat yang berbeda...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.