Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Deviasi Septum Nasal general_alomedika 2023-11-02T13:21:19+07:00 2023-11-02T13:21:19+07:00
Deviasi Septum Nasal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Deviasi Septum Nasal

Oleh :
dr. Regina Putri Apriza
Share To Social Media:

Etiologi deviasi septum nasal yang paling sering adalah trauma berdampak pada gangguan struktur kartilago pembentuk septum nasal, seperti fraktur os nasal. Selain itu, deviasi septum nasal juga dapat disebabkan oleh gangguan perkembangan.

Gangguan Perkembangan

Deviasi septum dapat terjadi akibat gangguan perkembangan. Pasien yang kartilago septumnya telah rusak pada periode neonatal dan selama kelahiran dapat mengalami deviasi septum berat tanpa adanya riwayat trauma hidung.

Adanya mikrofraktur selama akhir masa intrauterin dan selama kelahiran dapat menyebabkan kelemahan pada sisi tulang rawan yang rusak, sehingga terjadi pembengkokan asimetris kartilago ke arah sisi cedera.[7]

Selain itu terdapat adanya teori birth moulding, dimana posisi intrauterin yang abnormal dapat menyebabkan adanya tekanan pada hidung dan rahang atas. Hal ini menyebabkan pergeseran pada septum nasi. Tekanan torsi pada hidung saat persalinan juga dapat menambah trauma pada septum.[8,9]

Penyebab deviasi septum nasal lain adalah adanya ketidakseimbangan pertumbuhan. Pada keadaan ini terjadi karena tulang rawan septum nasal tetap bertumbuh walaupun batas superior dan inferior telah menetap. Selain itu, dapat pula terjadi perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum, sehingga menyebabkan terjadinya deviasi septum.[1,9]

Trauma

Deviasi septum akibat trauma dapat terjadi pada masa kanak–kanak atau dewasa. Trauma pada anak dapat menyebabkan masalah obstruksi hidung yang berat saat dewasa, karena derajat deviasi septum apapun dapat menyebabkan masalah yang memberat seiring waktu.

Deviasi septum nasal dapat terjadi akibat olahraga dengan kontak langsung, misalnya seni bela diri, serta akibat kecelakaan kendaraan bermotor.[7]

Bergantung pada arah dan kekuatan cedera hidung, tulang rawan septum dapat mengalami fraktur secara horizontal atau vertikal, dengan garis fraktur tunggal atau multipel, dan dapat disertai kerusakan tulang hidung atau pada lempeng tegak lurus ethmoid.

Selain itu, septum tulang rawan dapat mengalami subluksasi dari sulkus vomeral. Umumnya, persimpangan antara tulang dan tulang rawan septum merupakan daerah deviasi terbesar akibat trauma.[7,8,10]

Faktor Risiko

Faktor risiko deviasi septum nasal antara lain adalah atlet yang melakukan olahraga kontak, seperti tinju dan karate. Selain itu, bayi makrosomia misalnya yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional, juga berisiko untuk mengalami deviasi septum nasal kongenital, karena partus lama.[1,7–9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Sedaghat AR, Kieff DA, Bergmark RW, Cunnane ME, Busaba NY. Radiographic evaluation of nasal septal deviation from computed tomography correlates poorly with physical exam findings. Int Forum Allergy Rhinol. 2015;5(3):258-262. doi:10.1002/alr.21445.
7. Watson D. Septoplasty. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/877677-overview
8. Budiman BJ, Asyari A. Pengukuran Sumbatan Hidung Pada Deviasi Septum Nasi. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas : Padang. 28 Juli 2011 : hlm 1-7
9. Nizar NW, Mangunkusumo E. Kelainan Septum. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 126-127.

Patofisiologi Deviasi Septum Nasal
Epidemiologi Deviasi Septum Nasal
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Maret 2023, 09:35
Ingus menetes dari hidung kanan ketika menunduk
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter izin berdiakusi, pasien laki-laki usia 35 tahun dengan keluhan ingus menetes pd hidung kanan ketika menunduk, 3 hari ini disertai bercak dahak...
Anonymous
Dibalas 12 Desember 2022, 11:40
Hipertrofi konka dengan septum deviasi -THT ask the expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter Rano, Sp. THT-KL, izin bertanya bagaimana tatalaksana hipertrofi konka pada deviasi septum nasi ya dok? Apakah ada medikamentosa atau harus...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.