Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Ruptur Ginjal general_alomedika 2022-12-09T08:13:25+07:00 2022-12-09T08:13:25+07:00
Ruptur Ginjal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Ruptur Ginjal

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Tata laksana ruptur ginjal terutama adalah stabilisasi hemodinamik pada mereka dengan gangguan hemodinamik serta keputusan tindakan operatif, dimana tindakan nonoperatif dapat dipertimbangkan pada trauma ginjal grade 1–2.[2]

Tata Laksana Nonoperatif

Pada pasien ruptur ginjal dengan hemodinamik stabil, tata laksana nonoperatif atau konservatif merupakan standar manajemen pasien. Tata laksana nonoperatif melingkupi supportive care, tirah baring dengan pemantauan ketat terhadap tanda vital dan laboratorium, pemberian antibiotik, dan pencitraan ulang dengan menggunakan tindakan invasif minimal (angioembolization atau stent ureter) bila diperlukan.

Indikasi utama tata laksana nonoperatif adalah trauma ginjal grade 1–2, juga sangat disarankan pada ruptur ginjal anak.[1,2,4,5,8]

Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa dari 228 kasus ruptur ginjal pada anak selama 20 tahun, hanya 1,4% kasus yang membutuhkan penanganan operatif.[8]

Tata Laksana Operatif

Walaupun tata laksana nonoperatif memiliki berbagai keuntungan, beberapa pasien ruptur ginjal tetap membutuhkan tindakan operatif. Tata laksana operatif bagi ruptur ginjal dapat berupa radiologi intervensi atau eksplorasi ginjal.[1]

Radiologi intervensi diindikasikan pada pasien dengan perdarahan aktif dari ginjal, yang tidak disertai keperluan operasi abdomen segera.[1]

Eksplorasi ginjal dilakukan dengan laparotomi cyto,untuk rekonstruksi ginjal atau hingga nefrektomi. Pembedahan cito dilakukan pada kasus ruptur atau pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik. Indikasi eksplorasi ginjal antara lain:

  • Hemodinamik tidak stabil
  • Eksplorasi terhadap cedera lain
  • Temuan hematoma perirenal yang meningkat atau pulsatile pada laparotomi
  • Cedera vaskular grade V [4]

Prinsip tindakan eksplorasi ginjal adalah mengontrol perdarahan yang terjadi untuk mencegah nefrektomi yang tidak diperlukan. Kontrol perdarahan dapat membantu operator untuk melakukan evaluasi area retroperitoneal secara menyeluruh. Pada ruptur ginjal, drainase retroperitoneum ipsilateral disarankan selama minimal 48 jam.[1]

Ruptur ginjal yang terjadi secara spontan umumnya dibutuhkan tata laksana operatif. Pasien misalnya memiliki riwayat karsinoma sel renal, vaskulitis, atau aneurisma arteri ginjal.[1,3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Erlich T, Kitrey ND. Renal trauma: the current best practice. Therapeutic advances in urology. 2018 Oct;10(10):295-303.
2. Indradiputra IM, Hartono T. Tata laksana Konservatif Pasien Dewasa dengan Trauma Tumpul Ginjal Derajat IV Terisolasi. Cermin Dunia Kedokteran. 2016 Feb 1;43(2):123-6.
3. Chronopoulos PN, Kaisidis GN, et al. Spontaneous rupture of a giant renal angiomyolipoma—Wunderlich’s syndrome: Report of a case. International journal of surgery case reports. 2016 Jan 1;19:140-3.
4. Summerton DJ, Djakovic N, et al. Guidelines on urological trauma. Eur Urol. 2014 Nov 14.
5. Bryk DJ, Zhao LC. Guideline of guidelines: a review of urological trauma guidelines. BJU international. 2016 Feb;117(2):226-34.
8. Dangle PP, Fuller TW, et al. Evolving mechanisms of injury and management of pediatric blunt renal trauma—20 years of experience. Urology. 2016 Apr 1;90:159-63.

Diagnosis Ruptur Ginjal
Prognosis Ruptur Ginjal

Artikel Terkait

  • Red Flag Hematuria
    Red Flag Hematuria
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.