Pemeriksaan stres MRI kardiak memiliki peran penting tidak hanya dalam diagnosis penyakit jantung koroner (PJK), tetapi juga dalam menentukan prognosis pasien. Selain untuk meningkatkan akurasi diagnostik, pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk stratifikasi risiko dan membimbing strategi terapi.
Tes stres MRI kardiak digunakan sebagai pilihan pencitraan non-invasif untuk evaluasi diagnosis dan prognosis PJK. Kelebihannya meliputi deteksi iskemia miokard, informasi tentang ukuran ruang jantung, gerakan dinding jantung, dan adanya scar miokardium. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tanpa paparan radiasi, dan risiko efek sampingnya rendah. Meskipun begitu, tes ini masih jarang dilakukan karena keterbatasan ketersediaan.[1,2]
Prinsip Dasar Pemeriksaan Stres MRI Kardiak
MRI memiliki resolusi spasial yang tinggi, lapang pandang yang besar, serta kemampuan untuk membedakan jaringan dengan baik. Hal tersebut memiliki peranan terhadap ketepatan diagnosis MRI kardiak yang tinggi. Selain itu, adanya resolusi spasial yang tinggi berarti dapat menilai perfusi pada berbagai tingkat lapisan miokardium.
Dibandingkan dengan metode pencitraan lain seperti single-photon emission computed tomography (SPECT) yang memiliki resolusi rendah, MRI kardiak mampu mengidentifikasi defek perfusi pada satu segmen miokardium tanpa perlu membandingkan dengan segmen lainnya. Ini mengatasi keterbatasan SPECT yang membutuhkan segmen miokardium normal sebagai pembanding untuk mengidentifikasi segmen yang iskemik. Dengan demikian, MRI kardiak dapat mengatasi konsep balanced ischemia yang membatasi SPECT dalam identifikasi kelainan perfusi miokardium.[1]
Pengerjaan Stres MRI Kardiak
Stres MRI kardiak dilakukan dengan agen farmakologis, dengan vasodilator sebagai pilihan utama untuk menilai defek perfusi, sedangkan dobutamine bisa menjadi pilihan untuk mengevaluasi gangguan gerakan dinding jantung. Vasodilator diberikan untuk memicu hiperemia, diikuti oleh penyuntikan kontras gadolinium melalui vena perifer setelah mencapai kondisi hiperemia.
Pencitraan perfusi dilakukan baik saat istirahat maupun stress. Gambaran perfusi saat istirahat diambil sekitar 10–15 menit setelah pengambilan gambar perfusi saat stres. Kontras gadolinium tambahan disuntikan saat untuk menilai perfusi saat istirahat. Kedua gambaran perfusi tersebut perlu dibandingkan untuk deteksi adanya iskemia terinduksi. Selanjutnya, untuk menilai viabilitas miokardium menggunakan late gadolinium enhancement (LGE), pengambilan gambar dilakukan setelah washout gadolinium dari miokardium.[1-4]
Akurasi Diagnostik Pemeriksaan Stres MRI Kardiak
Modalitas stres MRI kardiak memiliki akurasi yang sangat baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner. Tes stres MRI kardiak memiliki sensitivitas 87% untuk penyakit jantung koroner, lebih baik dibanding SPECT yang hanya memiliki sensitivitas 67%. Kedua modalitas ini memiliki spesifisitas yang sama, yaitu 83% untuk penyakit jantung koroner.[5]
Pada pasien yang terbukti memiliki stenosis koroner yang bermakna, stres MRI kardiak memiliki sensitivitas 87% dan spesifisitas 73% untuk penyakit jantung koroner pembuluh darah tunggal. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 79% dan spesifisitas 87% untuk penyakit jantung koroner pembuluh darah multipel.[6]
Stres MRI kardiak memiliki korelasi yang tinggi terhadap pemeriksaan gold standard invasif menggunakan fractional flow reserve (FFR). Menggunakan FFR sebagai referensi, stres MRI kardiak memiliki akurasi diagnostik paling baik dibanding modalitas non invasif lain, dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 94% pada analisis per pasien, serta sensitivitas 91% dan spesifisitas 85% pada analisis per pembuluh darah.[7]
Makna Klinis Pemeriksaan Stres MRI Kardiak pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terapi optimal terhadap pasien penyakit jantung koroner dapat menghasilkan luaran klinis yang sangat memuaskan. Strategi ini mencakup tes stres jantung dalam menilai risiko pasien dan mengarahkan perlu atau tidaknya suatu angiografi koroner invasif. Oleh karena itu, dibutuhkan modalitas pemeriksaan yang baik untuk stratifikasi risiko pasien dan mengarahkan strategi terapi.[1]
Telah banyak studi menyatakan bahwa pemeriksaan stres MRI kardiak efektif dalam mengarahkan pilihan terapi pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Dibandingkan CT-scan koroner, pemeriksaan stres MRI kardiak ditemukan lebih baik dalam memprediksi kelompok pasien yang kurang mendapat manfaat jika menjalani angiografi koroner invasif.[8,9]
Satu studi bahkan menemukan bahwa kelompok yang menjalani pemeriksaan stres MRI kardiak memiliki angka revaskularisasi koroner lebih rendah dibanding angiografi koroner invasif, tanpa adanya peningkatan komplikasi kejadian kardiovaskular atau berkurangnya masa bebas keluhan nyeri dada. Dari data yang ada, stress MRI kardiak terbukti dapat membantu mencegah pemeriksaan atau tindakan berlebihan yang tidak diperlukan. Hal ini dapat mengurangi beban dari sisi biaya, risiko efek samping, ataupun paparan radiasi yang tidak diperlukan dari angiografi koroner invasif.[1,10]
Kesimpulan
Pemeriksaan stres MRI kardiak memainkan peran penting dalam diagnosis dan prognosis penyakit jantung koroner (PJK). Dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan untuk membedakan jaringan yang baik, stres MRI kardiak dapat memberikan informasi yang akurat tentang iskemia miokardium, ukuran ruang jantung, gerakan dinding jantung, dan adanya scar miokardium.
Prosedur ini dilakukan dengan agen farmakologis seperti vasodilator dan dobutamine, dengan keunggulan tidak memerlukan paparan radiasi dan memiliki risiko efek samping rendah. Meskipun memiliki kelebihan, keterbatasan ketersediaan MRI masih menjadi hambatan untuk penerapannya secara luas.
Dalam hal akurasi diagnostik, stres MRI kardiak menunjukkan hasil yang sangat baik, terutama jika dibandingkan dengan metode pencitraan lain seperti SPECT. Selain itu, pemeriksaan ini dapat membantu dalam memandu strategi terapi optimal dan menghindari tindakan berlebihan yang tidak diperlukan, membawa dampak positif pada biaya, risiko efek samping, dan paparan radiasi yang mungkin terkait dengan angiografi koroner invasif.