Pendahuluan Appendectomy
Appendectomy atau apendiktomi merupakan tindakan operasi pengangkatan usus buntu yang menjadi penanganan standar apendisitis akut. Appendectomy pertama kali diperkenalkan oleh McBurney pada tahun 1894, di mana teknik operasi ini telah berkembang dari teknik terbuka laparotomi hingga teknik minimal invasif laparoskopi.[1-4]
Sampai saat ini, masih banyak perdebatan tentang pilihan teknik operasi mana yang terbaik, bahkan pada beberapa studi mulai mendukung dilakukannya terapi nonoperatif untuk beberapa kasus apendisitis.[1-4]
Apendisitis merupakan salah satu kegawatdaruratan abdomen yang paling sering terjadi, terutama pada populasi pasien dewasa muda dengan nyeri perut bagian bawah. Proses inflamasi pada appendix vermiformis diperkirakan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti mekanis, infeksi, dan kondisi genetik tertentu. Manifestasi klinis yang muncul dapat bervariasi, dari kondisi akut yang berkembang cepat dalam 24 jam pertama hingga gejala kronis yang berulang.[1-3]
Secara umum, tindakan appendectomy diindikasikan untuk semua kelainan yang terjadi pada appendix, baik yang disebabkan oleh peradangan/infeksi (apendisitis, abses apendiks) maupun tumor. Sementara itu, kontraindikasi tindakan appendectomy umumnya bersifat relatif, dan berhubungan dengan kontraindikasi terhadap tindakan anestesi dan gangguan koagulasi.[1,2,5]
Appendectomy harus dipertimbangkan lebih hati-hati jika pasien memiliki kemungkinan komplikasi berat pasca operasi, contohnya peradangan berat pada ileum dan caecum, serta instabilitas hemodinamik.[1,2,5]
Komplikasi paling umum adalah risiko infeksi luka operasi, yang lebih besar terjadi pada teknik appendectomy terbuka. Risiko komplikasi infeksi luka operasi saat ini telah menurun dengan adanya teknik laparoskopi. Meskipun begitu, teknik laparoskopi bukan tanpa risiko sama sekali dibandingkan dengan teknik appendectomy terbuka.[1,2,5]