Kontraindikasi Appendectomy
Kontraindikasi appendectomy atau operasi usus buntu tidak ada yang absolut pada pasien appendicitis. Namun, pada pasien apendisitis dengan riwayat gejala berulang atau ditemukan tanda flegmon, dapat ditunda tindakan operasinya.[5,6]
Penundaan Appendectomy
Flegmon adalah apendiks yang perforasi lalu mengalami proses walling off oleh omentum atau jaringan sekitarnya. Apabila terdapat akumulasi nanah/pus di dalam flegmon, maka disebut abses apendiks.
Bila didapatkan abses atau flegmon di sekitar jaringan apendiks, maka tata laksana konservatif lebih dipilih, yaitu pemberian antibiotik spektrum luas dan drainase abses perkutan. Appendectomy dapat dilakukan 6‒8 minggu setelah pemberian antibiotik (interval appendectomy).[5-7]
Kontraindikasi Appendectomy Terbuka
Umumnya, tidak ada kontraindikasi absolut untuk dilakukan appendectomy terbuka (laparotomi). Faktor yang menjadi kontraindikasi biasanya tidak berasal dari keadaan apendiks pasien. Instabilitas hemodinamik dan gangguan koagulasi yang belum dikoreksi menjadi kontraindikasi dilakukan appendectomy terbuka.[5,6,8]
Kontraindikasi Appendectomy Laparoskopi
Kontraindikasi operasi minimal invasif (laparoskopi) biasanya terkait dengan kesulitan yang akan dihadapi selama proses operasi. Beberapa kondisi yang dapat menjadi kontraindikasi appendectomy laparoskopi adalah adhesi intraabdomen yang ekstensif, riwayat terapi radiasi atau imunosupresi, hipertensi portal, gangguan koagulasi, ketidakmampuan toleransi terhadap pneumoperitoneum, dan ketidakmampuan toleransi terhadap anestesi umum.[5,6]