Pedoman Klinis Gastroskopi
Pedoman klinis gastroskopi atau gastroscopy mencakup penentuan indikasi diagnostik atau terapeutik, edukasi yang baik kepada pasien mengenai tujuan tindakan dan risiko komplikasi, serta pemilihan jenis sedasi atau anestesi yang tepat untuk tiap pasien. Berikut ini adalah poin-poin penting yang perlu diingat:
- Gastroskopi dapat dilakukan untuk indikasi diagnostik (misalnya diagnosis ulkus peptikum, keganasan, atau gastroesophageal reflux disease) dan untuk indikasi terapeutik seperti polipektomi gaster
- Kontraindikasi utama gastroskopi adalah perforasi saluran cerna, peritonitis, dan megakolon toksik pada pasien yang tidak stabil. Kontraindikasi relatif dapat berupa koagulopati, trombositopenia berat, dan risiko perforasi
- Sebelum prosedur, pasien perlu berpuasa air putih minimal 2 jam dan berpuasa makanan minimal 6 jam. Penyesuaian obat-obat antidiabetes dan antitrombotik dapat mengacu pada American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE)
- Pasien umumnya membutuhkan sedasi sadar. Anestesi umum diberikan apabila sedasi sadar dinilai akan tidak efektif atau bila pasien sangat tidak kooperatif. Anestesi lokal dapat dipilih tetapi mungkin menimbulkan ketidaknyamanan
- Komplikasi sedasi dapat berupa hipoksemia, hipoventilasi, hipotensi, aritmia, dan aspirasi, sedangkan komplikasi gastroskopi bisa berupa perforasi saluran cerna, perdarahan, dan infeksi[1-3,7-9]