Teknik Replantasi Avulsi Gigi
Teknik replantasi avulsi gigi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pada kasus gigi yang akarnya sudah menutup sempurna dan kasus gigi yang akarnya belum menutup sempurna. Meskipun memiliki konsep yang sama, namun pendekatan yang dilakukan pada dua jenis kasus gigi avulsi tersebut memiliki perbedaan.[5,13]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien dilakukan sejak pertama pasien datang ke klinik. Hal ini karena mungkin saja pasien datang dengan kondisi luka perioral belum dibersihkan, sehingga dokter gigi harus membersihkan luka-luka perioral tersebut terlebih dahulu.[3]
Sembari membersihkan luka, lakukan anamnesis terkait berapa lama gigi tersebut terlepas dan lihat juga media penyimpanan yang digunakan oleh pasien. Hal ini penting untuk menentukan rencana teknik perawatan yang paling tepat untuk kasus tersebut.[5]
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan perawatan replantasi meliputi:
Tray untuk merendam gigi pada larutan aseptik sodium fluoride 1,23%
- Doxycycline
- Wire splinting
- Diagnostik set (kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset)
- Perlengkapan anestesi
- Alat-alat Perawatan Saluran Akar jika diperlukan, seperti K-File, H-File, Barber Broach, larutan irigasi saluran akar, spuit irigasi, sealer endomethasone, gutta percha, dan bahan restorasi seperti Semen Ionomer Kaca atau Resin Komposit[3,5,13]
Posisi Pasien
Dudukkan pasien di dental unit, posisikan pada 120-180 derajat dan tinggikan hingga rongga mulut sejajar dengan siku dokter gigi. Posisi dokter gigi mengikuti gigi mana yang avulsi, namun sebagian besar pada arah pukul 7-9 karena sebagian besar kasus avulsi melibatkan gigi anterior maksila.[1,2,12]
Prosedural
Prosedur penatalaksanaan gigi avulsi dengan teknik replantasi pada intinya meliputi pertolongan pertama, diikuti perendaman gigi di dalam antibiotik, antiseptik, atau larutan fisiologis. Selanjutnya dilakukan replantasi, splinting, Perawatan Saluran Akar (jika diperlukan), dan peresepan antibiotik.[3,5,10,13]
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama pada pasien diperlukan karena avulsi biasanya disebabkan oleh trauma. Manajemen trauma harus dilakukan sesuai dengan prinsip survei primer berupa evaluasi airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
Selanjutnya dapat diberikan analgesik sebagai pengurang rasa sakit dan juga membantu menenangkan pasien. Bersamaan dengan pemberian analgesik tersebut, lakukan status imunisasi tetanus dan berikan profilaksis tetanus jika ada indikasi. Lakukan pembersihan pada area luka dan jahit jika terdapat jaringan lunak yang flabby atau ruptur.
Setelah itu, ambil gigi yang terlepas dari soketnya. Pastikan hanya memegang bagian mahkota saja, bagian akar jangan sampai tersentuh. Dapat gunakan pinset untuk mengambil gigi avulsi agar meminimalisasi tersentuhnya bagian akar. Jika tidak dapat segera dilakukan replantasi karena sedang melakukan perawatan kedaruratan, gigi avulsi dapat direndam dalam larutan Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) terlebih dahulu.[3,5,10,13]
Perbedaan Pendekatan Perawatan Berdasarkan Lama Gigi di Ekstraoral
Pada kasus avulsi gigi, anamnesis untuk mendapatkan informasi berapa lama gigi tersebut berada di luar rongga mulut merupakan hal yang fundamental. Karena pendekatan prosedural yang digunakan pada kasus gigi yang berada di ekstra oral <20 menit, 20-60 menit, dan lebih dari 60 menit berbeda.[3,5,10,13]
Gigi Berada di Ekstraoral <20 Menit:
Pada kasus gigi berada di ekstraoral <20 menit dan atau ditempatkan dalam larutan fisiologis seperti susu atau cairan salin normal, yang pertama harus dilakukan adalah merendam gigi di dalam larutan doxycycline 1 mg yang telah diencerkan dengan 20 mg cairan salin normal selama 5-15 menit. Setelah itu, lakukan splinting selama 2 minggu, diikuti dengan peresepan antibiotik untuk 7 hari.
Pada jenis kasus ini, dianggap belum memerlukan Perawatan Saluran Akar (PSA), karena vitalitas gigi tersebut masih terjaga dengan baik. Namun, observasi tetap dilakukan selama 10-14 hari pasca replantasi. Jika gigi menunjukkan tanda-tanda nekrosis, maka dapat dipertimbangkan untuk melakukan PSA.[3,5,10,13]
Gigi Berada di Ekstraoral 20-60 Menit:
Pada kasus gigi berada di ekstraoral 20-60 menit dan diletakkan di dalam larutan fisiologis, rendam terlebih dahulu di dalam larutan HBSS selama 30 menit. Setelah itu, baru lakukan replantasi. Beberapa literatur lain menyebutkan dapat direndam dalam larutan doxycycline plus salin selama 5 menit sebelum direndam dalam larutan HBSS.
Selanjutnya, lakukan replantasi, splinting selama 2 minggu, dan disertai dengan peresepan antibiotik selama 7 hari. Pada kasus ini, sebagian peneliti juga menganggap belum memerlukan PSA. Namun demikian, beberapa peneliti lain juga menyampaikan bahwa PSA harus dilakukan pada kasus ini, baik secara ekstraoral atau intraoral untuk meningkatkan keberhasilan perawatan.[3,5,10,13]
Gigi Berada di Ekstraoral >60 Menit:
Pada kasus gigi berada di ekstraoral >60 menit, terlepas gigi tersebut direndam dalam larutan fisiologis atau tidak, rendam gigi di dalam larutan asam sitrat, stannous fluoride 2% atau sodium fluoride 1,23%, doxycycline selama 15-30 menit lalu segera lakukan replantasi. Setelah gigi menjalani replantasi, lakukan splinting selama 4 minggu, disertai dengan peresepan antibiotik 7-10 hari.
Pada kasus gigi berada di ekstraoral >60 menit, prognosis perawatan akan memburuk, sehingga perlu dilakukan PSA yang menyertai perawatan replantasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko resorbsi akar dan ankilosis pada kemudian hari. PSA lebih disarankan untuk dilakukan secara ekstraoral, yaitu sebelum gigi direplantasi.[3,5,10,13]
Replantasi
Meskipun replantasi idealnya dilakukan oleh dokter gigi, namun International Association of Dental Traumatology (IADT) merekomendasikan replantasi agar segera dikerjakan di lokasi kejadian oleh tenaga medis lain yang berkompeten dan orang awam selama masih mampu menentukan dasar-dasar lokasi gigi yang avulsi. Replantasi yang dilakukan sebelum 60 menit dapat mempertahankan suplai vaskular ke gigi dan meningkatkan prognosis perawatan.
Berikut adalah prosedur replantasi gigi:
- Berikan anestesi lokal pada soket
- Pegang gigi pada bagian mahkota
- Bersihkan gigi bila masih ada kotoran yang tersisa dengan air mengalir selama 10 detik
- Irigasi soket dengan menggunakan cairan salin normal
- Masukkan gigi secara perlahan ke dalam soket
- Lakukan reposisi dengan benar, gunakan gigi sekitar sebagai patokan. Sebelumnya, minta pasien untuk melakukan gerakan menggigit untuk menentukan sentrik oklusi pasien
- Jika selama proses reposisi terdapat tahanan di dalam soket, jangan dorong lebih jauh
- Setelah gigi direposisi, letakkan kassa di atas gigi yang telah diposisikan ke soket, kemudian minta pasien untuk menggigit secara perlahan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan sentrik oklusi pasien
- Bila dikerjakan oleh bukan dokter gigi, pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki pelayanan dokter gigi untuk dilakukan evaluasi[3,5,10,13]
Follow up
Follow up pasca replantasi gigi harus dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah replantasi berhasil atau tidak. Indikasi keberhasilan replantasi gigi meliputi pasien tidak merasa adanya nyeri, jaringan periodontal dan pulpa masih dapat mempertahankan viabilitas dan vitalitasnya, perlukaan di mukosa sekitar gigi avulsi membaik dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan, serta tidak terjadi infeksi sekunder pada area gigi avulsi dan sekitarnya.
Follow up pertama dilakukan 7-10 hari pasca replantasi untuk melihat perkembangan luka dan melakukan pelepasan splint. Pada follow up pertama ini juga dapat dilakukan perawatan endodontik jika diperlukan.
Follow up kedua dilakukan 14-21 hari pasca pelepasan splinting. Pada follow up kedua ini, perlu diperhatikan penyempurnaan penyembuhan luka, dan apakah pasien masih memiliki keluhan atau tidak. Lakukan pemeriksaan penunjang untuk melihat jaringan periradikuler dan periapikal serta kondisi intrapulpa.
Follow up terakhir dapat dilakukan dalam skala bulan atau tahun. Pada follow up terakhir ini perhatikan apakah ada resorbsi akar atau tanda-tanda ankilosis pada gigi yang telah direplantasi. Selain itu, evaluasi radiologis perlu dilakukan setelah 2-3 minggu, 6-8 minggu, 6 bulan, 1 tahun, dan 5 tahun pasca replantasi.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta