Teknik Histerektomi
Teknik histerektomi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu histerektomi abdominal terbuka, vagina, dan laparoskopi. Pengambilan keputusan mengenai teknik operasi yang akan dilakukan ditentukan oleh berbagai faktor seperti derajat penyakit, ketersediaan sarana dan prasarana operasi, kemampuan operator, dan pilihan dari pasien maupun keluarga.[1-4,7,8]
Persiapan Pasien
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan tindakan operasi adalah menjelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan risiko tindakan, yang kemudiaan diikuti dengan persetujuan dan informed consent. Jelaskan pada pasien atau keluarganya mengenai pengaruh tindakan histerektomi pada kesuburan, terutama pada wanita usia reproduktif yang mungkin masih menginginkan menambah anak.[1-4,7,8]
Evaluasi Preoperatif
Sebelum melakukan histerektomi, lakukan pemeriksaan klinis untuk menilai faktor-faktor yang mungkin meningkatkan risiko komplikasi operasi.
Pemeriksaan Klinis Preoperatif:
Pada pasien dengan leiomyoma yang sangat besar, endometriosis berat, penyakit maligna, dan kemungkinan adhesi yang parah, dokter perlu mempersiapkan darah lebih banyak karena risiko perdarahan meningkat. Pada pasien dengan myoma intraligamen atau myoma serviks yang besar, risiko cedera uretra meningkat sehingga mungkin perlu dilakukan intravenous pyelography atau pemasangan ureteral stent.
Tes kehamilan direkomendasikan pada wanita usia reproduksi sebelum operasi. Selain itu, lakukan juga pemeriksaan kadar hemoglobin atau hematokrit preoperatif dan tes laboratorium tambahan lain sesuai indikasi klinis yang ada pada pasien.[1,4]
Menentukan Jenis dan Cara Histerektomi:
Menentukan jenis dan cara histerektomi didasarkan oleh kemampuan dari dokter kandungan, jenis dan penyebaran penyakit, serta preferensi pasien. Histerektomi vagina direkomendasikan jika memungkinkan karena memiliki tingkat komplikasi dan morbiditas yang rendah. Histerektomi subtotal sering menjadi pilihan untuk penyakit jinak karena kebanyakan orang memiliki pandangan bahwa pengangkatan serviks akan mengganggu fungsi seksual mereka.
Histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan dibandingkan cara histerektomi lain yaitu tingkat nyeri yang rendah dan proses pemulihan yang lebih cepat pasca operasi. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan histerektomi secara laparoskopi juga lebih singkat. Meskipun demikian, laparoskopi ini bisa menimbulkan komplikasi berupa laserasi pada pembuluh darah abdomen dan herniasi usus yang diakibatkan oleh lubang trokar yang besar.[1-4,7-9]
Memotong Rambut Kemaluan:
Gunting atau alat pemangkas listrik digunakan hanya jika rambut kemaluan menutupi tempat operasi. Mencukur dapat meningkatkan risiko infeksi luka atau selulitis sehingga perlu dihindari.[1,4]
Antibiotik Preoperatif
Salah satu upaya pencegahan infeksi pada tindakan bedah adalah dengan memberikan antibiotik profilaksis preoperatif. Antibiotik profilaksis diberikan 60 menit sebelum dilakukan tindakan operasi.
Jenis flora bakteri yang umumnya ditemukan pada organ reproduksi adalah bakteri Gram negatif anaerob. Antibiotik profilaksis yang dapat diberikan yaitu cefoxitin, cefotetan, atau cefazolin 1-2 g intravena. Pilihan lain adalah ampicillin-sulbactam 3 g intravena.[1-4,7-10]
Puasa Preoperatif
Secara umum, pasien mulai puasa makan 8 jam sebelum operasi dan puasa cairan 4 jam sebelum operasi. Tujuan dari puasa sebelum tindakan operasi adalah untuk mengurangi volume dan keasaman lambung serta mengurangi risiko regurgitasi atau aspirasi selama anestesi.[1-4,7,8]
Peralatan
Peralatan yang disiapkan disesuaikan dengan teknik operasi yang akan dilakukan. Semua alat operasi yang akan digunakan harus diperiksa fungsi, jumlah, dan disterilisasi sebelum operasi dimulai.
Peralatan histerektomi abdominal antara lain:
- Gagang pisau bedah (scalpel) no #3 dan pisau bedah ukuran 10-15
- Forceps: Zepplin, Kelly, Tonsil, Sponge
- Klem panjang Allis
- Gunting uterus Mayo
- Gunting Jorgenson
- Retraktor: Self-retaining, Deaver, Richardson, Malleable
- Needle holder
- Alat jahit
- Elektrokauter
- Suction
Peralatan histerektomi vaginal antara lain:
- Gunting Mayo panjang
- Spekulum vagina pendek dan panjang disertai pisau yang panjang
- Retraktor: Heaney right-angle, Deaver
- Gunting Jorgensen
- Klem panjang Allis
Needle holder panjang
- Klem Heany dan Babcock
- Single-tooth tenaculum
- Ekstender Bovie
- Lampu kepala
- Suction
Peralatan histerektomi laparoskopi antara lain:
- 0° laparoskopi (5-mm)
- Scalpel
- Reusable bipolar grasper
- 3 5-mm dan 1 12-mm trokar
- Two duckbill graspers
- Uterine manipulator
- Kateter foley
- Tenakulum 5 mm dan 10 mm
- Suction
- 30° laparoskopi
- Alat penutup fascia[1-4,7-9]
Posisi Pasien
Pada histerektomi abdominal, pasien diposisikan telentang (supinasi) atau litotomi dengan bantuan penyangga kaki.
Pada histerektomi laparoskopi, pasien diposisikan litotomi dan Trendelenburg dimana satu asisten berada di antara kaki pasien untuk melakukan manipulasi pada uterus jika diperlukan.
Untuk tindakan histerektomi vagina, dibutuhkan posisi dorsal litotomi disertai dengan alat bantu candy cane atau boot-type stirrups.[1-4,7-9]
Prosedural
Teknik histerektomi dibagi menjadi tiga, yaitu abdominal, vaginal dan laparoskopi
Prosedur Histerektomi Abdominal
Langkah–langkah histerektomi abdominal adalah:
- Insisi abdomen 10-12 cm di atas pubis
- Eksplorasi uterus dan organ genitalia
- Memasang kasa perut basah. Kemudian, menjepit, memotong dan mengikat ligamentum rotundum kanan dan kiri dengan chromic catgut 2.0
- Membuka plika vesikouterina dengan gunting, melakukan penyisihan hingga tampak pembuluh darah uterina
- Vesika urinaria didorong ke bawah secara tumpul dan dilindungi dengan hak besar
- Insisi diperlebar ke kanan dan kiri
- Memasang 2 klem secara sejajar dan tegak lurus pada ligamentum latum, kemudian dipotong di antara 2 klem tersebut dan dilakukan penjahitan pada masing-masing potongan
- Menjepit, memotong, dan mengikat ligamentum ovarii proprium dan pangkal tuba kanan dan kiri dengan chromic catgut 2.0
- Menjepit, memotong dan mengikat arteri uterina kanan dan kiri dengan chromic catgut 2.0
- Menyisihkan vesika urinaria dan rektum ke bawah secara tumpul, sehingga serviks dapat terlihat dengan jelas baik bagian anterior maupun posterior
- Menarik fundus uteri keluar dari rongga pelvis dan dilakukan insisi berbentuk huruf V dangkal pada serviks dari anterior di atas batas pengikatan arteri uterina
- Dilakukan penjahitan secara figure of eight untuk mencegah terjadinya perdarahan.
- Melakukan reperitonealisasi
- Melakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis.[1,3,4]
Prosedur Histerektomi Vaginal
Langkah–langkah histerektomi vaginal adalah:
- Membuat insisi secara sirkumferensial pada vagina, tepat di bawah vesika urinaria
- Menggunting posterior peritoneum dengan gunting Mayo
- Memasukkan spekulum pada bagian posterior dari cul-de-sac
- Menjepit, memotong, dan mengikat ligamen uterosakral
- Menggunting anterior peritoneum dengan gunting Mayo
- Memasukan retraktor Heaney atau Deaver untuk melindungi vesika urinaria dan visualiasi abdomen
- Menjepit, memotong, dan mengikat ligamen kardinal
- Menjepit, memotong, dan mengikat arteri uterina
- Memasang tenakulum pada bagian fundus uteri
- Menjepit, memotong, dan mengikat ligamen utero-ovarian
- Memberikan traksi pada ovarium dengan menggunakan klem Babcock
- Menjepit, memotong, dan mengikat ligamen infundibulopelvik
- Lakukan ekstraksi uterus
- Memeriksa ada tidaknya perdarahan
- Melakukan penjahitan pada epitel vagina baik secara vertikal maupun horizontal.[3,11,12]
Prosedur Histerektomi Laparoskopi
Langkah–langkah histerektomi laparoskopi adalah:
- Persiapan dan posisi pasien
- Insersi manipulator uterus
- Penempatan trokar pada rongga abdomen
- Memastikan ureter tidak menghalangi lapangan operasi
- Lakukan desikasi dan transeksi ligamentum rotundum kanan dan kiri
- Lakukan desikasi dan transeksi ligamentum ovarii propium dan proksimal tuba fallopii kanan dan kiri
- Mengidentifikasi uterocervical junction
- Menyisihkan vesika urinaria
- Lakukan desikasi dan transeksi ligamentum latum kanan dan kiri
- Mengidentifikasi, koagulasi dan memotong arteri uterina
- Mengamputasi uterus dari serviks
- Melakukan hemostasis dan koagulasi pada serviks
- Pemotongan uterus menjadi bagian yang lebih kecil (morselasi) dan mengeluarkan melalui morcellator
- Penutupan insisi abdomen.[6-8]
Follow Up
Setelah selesai menjalani tindakan operasi, pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar (recovery room). Pemantauan pasca bedah dilakukan untuk menilai ada tidaknya komplikasi pasca tindakan operasi. Pemantauan meliputi kesadaran pasien pasca operasi, pernapasan pasien, tanda vital pasien, dan komplikasi pasca tindakan histerektomi seperti infeksi, nyeri dan perdarahan. Jika kondisi pasien dalam keadaan stabil, maka dapat dipindahkan ke ruang perawatan.[1-4,7-9]