Komplikasi Histeroskopi
Komplikasi histeroskopi dapat berupa perdarahan, perforasi uterus, emboli gas, atau infeksi. Histeroskopi operatif umumnya memiliki risiko komplikasi lebih tinggi daripada proses histeroskopi diagnostik yang lebih sederhana.[17-19]
Perdarahan
Perdarahan akibat histeroskopi dapat terjadi intraoperatif atau postoperatif. Perdarahan yang minimal umumnya tidak memerlukan intervensi dan bersifat self-limiting. Namun, perdarahan lebih banyak perlu ditangani dengan kauterisasi atau balon Foley.[17-19]
Laserasi Uterus dan Perforasi Uterus
Laserasi uterus merupakan salah satu komplikasi yang paling umum dari histeroskopi. Selain itu, ada risiko perforasi uterus akibat prosedur reseksi septum, miomektomi, dan adhesiolysis. Dokter perlu menginformasikan pada pasien sejak awal tentang risiko komplikasi ini dan kemungkinan perlunya laparoskopi.[17-19]
Emboli Gas
Emboli gas merupakan komplikasi histeroskopi yang jarang terjadi. Emboli ini berasal dari udara ruangan, yang sebagian besar mengandung oksigen dan nitrogen. Udara ruangan dapat memasuki sirkulasi ketika serviks dibiarkan terbuka atau ketika terdapat banyak gelembung yang tertinggal dalam sistem cairan.[7]
Emboli udara juga dapat terjadi akibat insersi instrumen berulang-ulang melalui serviks yang menyebabkan transmisi udara ke dalam rahim. Posisi Trendelenburg yang curam juga dapat meningkatkan risiko emboli karena gradien tekanan negatif tercipta dari saluran genital ke jantung.[7]
Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi yang jarang ditemukan pada histeroskopi. Prosedur histeroskopi tidak boleh dilakukan apabila seorang wanita mengalami infeksi serviks, infeksi uterus, atau salpingitis, karena dapat memperparah kejadian infeksi.[17-19]