Pendahuluan Pemasangan IUD
Pemasangan IUD atau intrauterine device, yang juga disebut alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), adalah metode kontrasepsi yang reversible, efektif sampai jangka panjang, dan dapat digunakan pada semua perempuan usia reproduktif. IUD telah dilaporkan memiliki efikasi mencapai 99% dalam mencegah kehamilan.
Terdapat 2 jenis IUD yang beredar, yaitu IUD hormonal yang berisi levonorgestrel, dan IUD non-hormonal yang berisi tembaga (Copper T). Kedua jenis IUD tersebut memiliki efektivitas yang sama dalam mencegah kehamilan, namun masa efektivitasnya berbeda-beda. IUD dapat efektif sampai 3-10 tahun setelah pemasangan, tergantung jenis dan kandungan IUD yang dipilih.[1-3]
IUD hormonal bekerja dengan cara menghambat penebalan endometrium dan menebalkan konsistensi mukus serviks. IUD tembaga bekerja dengan cara menimbulkan respon inflamasi sitotoksik terlokalisasi sehingga mencegah viabilitas sperma dan menghambat motilitas sperma dalam kavum uteri.[1,4]
IUD aman digunakan pada wanita dengan riwayat kehamilan ektopik, riwayat bedah pelvis, hipertensi atau penyakit kardiovaskular lain, riwayat deep vein thrombosis (DVT), riwayat migraine, anemia, diabetes, endometriosis, dan perokok.
Kontraindikasi pemasangan IUD antara lain kehamilan, infeksi menular seksual aktif, abnormalitas bentuk uterus, pelvic inflammatory disease (PID) akut, sepsis puerperium, tuberkulosis pelvis, riwayat septik abortus atau riwayat endometritis postpartum dalam 3 bulan terakhir. IUD juga tidak boleh dipasang pada kasus keganasan uterus atau serviks, perdarahan uterus abnormal yang tidak diketahui penyebabnya, kondisi yang meningkatkan risiko infeksi pelvis, dan penyakit gestasional trofoblastik. Jangan pasang IUD bila pasien memiliki riwayat terpasang IUD sebelumnya dan belum dilepas, serta bila pasien memiliki keganasan yang bersifat sensitif terhadap progestin, misalnya dalam kasus kanker payudara.[1-3]
Sebelum pemasangan IUD, edukasi mengenai berbagai jenis kontrasepsi dan lakukan konseling untuk membantu pasien membentuk informed decision. Kesiapan dan kemantapan pasien dalam memilih IUD sebagai kontrasepsi perlu dipastikan, termasuk pascapersalinan. Anamnesis dan pemeriksaan pre-insersi IUD juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kontraindikasi terhadap pemasangan IUD.
Setelah pemasangan IUD, pasien perlu diedukasi mengenai jadwal kontrol, masa efektivitas IUD, cara memastikan posisi IUD, dan efek samping terhadap menstruasi. Komplikasi yang mungkin muncul setelah pemasangan IUD yaitu displacement atau ekspulsi IUD dan perforasi uterus. Kehamilan terjadi pada kurang dari 1% pemasangan IUD. Dahulu IUD telah dikaitkan dengan risiko PID, namun berbagai studi menunjukkan bahwa risiko ini sangat kecil.[1,2,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani