Indikasi Pulse Oximetry
Indikasi dilakukannya pemeriksaan pulse oximetry adalah untuk mengukur saturasi oksigen pada pasien dengan metode yang non-invasif, misalnya pada kasus sesak napas pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik. Pulse oximetry merupakan salah satu alat yang memenuhi standar American Society of Anesthesiologist untuk mengukur parameter tindakan atau kasus-kasus anestesi.[1-3]
Sifat pulse oximetry yang portabel, mudah digunakan, dan non-invasif membuat alat ini sangat memungkinkan untuk digunakan di berbagai lokasi fasilitas perawatan. Ini mencakup instalasi gawat darurat, intensive care unit (ICU), bahkan di dalam ambulans ketika perawatan pre-hospital.[1,2]
Kegunaan Pulse Oximetry
Pulse oximetry juga dapat digunakan untuk pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan yang menerima obat-obatan dengan efek samping respirasi, misalnya golongan opioid seperti morfin. Pasien dengan masalah respiratori akut juga dapat dipantau menggunakan pulse oximetry.
Pulse oximetry tidak hanya digunakan untuk mendiagnosis hipoksia namun juga untuk memantau titrasi terapi hipoksia, seperti pada pasien yang menggunakan ventilator. Pulse oximetry dapat digunakan untuk memantau agar pasien tidak mengalami hiperoksia. Hal ini sangat membantu dalam kasus neonatus dan pasien dewasa dengan infark miokard.[1,2]
Pulse oximetry akan sangat membantu deteksi awal hipoksia, karena hipoksia di tahap awal akan sulit dikenali melalui pemeriksaan fisik saja. Sebagai contoh, sianosis tidak akan terjadi hingga saturasi oksigen mencapai 67%.[2]
Peran Pulse Oximetry pada COVID-19
Selama pandemi COVID-19, alat pulse oxymetri banyak digunakan secara mandiri oleh pasien, baik dengan pengawasan dokter ataupun tidak. Terdapat fenomena “silent hypoxemia” di mana pasien mengalami kondisi tanpa gejala sesak napas namun terjadi penurunan saturasi oksigen. Fenomena ini menyebabkan risiko yang signifikan untuk pasien karena keterlambatan akses terhadap fasilitas kesehatan dan terapi dapat menyebabkan disfungsi organ sistemik, hipoksemia preintubasi yang berat, atau henti jantung, sedangkan fasilitas kesehatan tidak bisa menampung semua pasien yang tanpa gejala atau gejala ringan.
Salah satu solusi yang diinisiasi di beberapa negara dan wilayah adalah pemantauan mandiri saturasi oksigen di tempat tinggal atau fasilitas isolasi mandiri dengan menggunakan alat pulse oximetry. Apabila saturasi oksigen menunjukkan hasil di bawah standar, maka pasien akan dievaluasi lebih lanjut di fasilitas kesehatan lanjutan.[5-7]