Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Anger Management Therapy annisa-meidina 2023-09-14T13:55:07+07:00 2023-09-14T13:55:07+07:00
Anger Management Therapy
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Anger Management Therapy

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Teknik anger management therapy berfokus pada dua hal, yaitu teknik untuk mengenali dan memantau perilaku marah yang sudah menjadi kebiasaan maladaptif, serta mengembangkan strategi untuk menghentikan kemarahan segera dan mencegah timbulnya kemarahan. Strategi yang digunakan beragam, mulai dari pengenalan pencetus, kontrol impuls, timeout, hingga tindakan pencegahan.[1-4]

Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan spesifik untuk dilakukan anger management therapy. Pada pasien yang memiliki kondisi gangguan medis yang mendasari, seperti schizophrenia, gangguan bipolar, atau cedera otak traumatik, akan lebih baik untuk mengatasi kondisi dasar terlebih dulu.

Prinsip Dasar Anger Management Therapy

Prinsip dasar yang perlu diperhatikan untuk anger management therapy adalah mengetahui kemarahan adalah kebiasaan, memutus kebiasaan marah, mengembangkan strategi yang efektif, serta mengenali tanda kemarahan.[1-4]

Kemarahan Merupakan Kebiasaan

Kemarahan adalah kebiasaan. Kemarahan bisa menjadi respon rutin, familiar, dan bisa diprediksi terhadap berbagai stressor atau stimulus. Ketika kemarahan diekspresikan secara frekuen dan agresif, maka hal ini akan menjadi kebiasaan maladaptif.

Bila kemarahan sudah menjadi kebiasaan, maka hal ini akan menjadi perilaku otomatis yang berulang, tanpa dipikirkan terlebih dahulu konsekuensi negatif yang akan ditimbulkan.[1-4]

Memutus Kebiasaan Marah

Pola kebiasaan marah bisa diputus dengan cara mengenali kejadian atau situasi yang memicu timbulnya kemarahan, serta konsekuensi negatif yang ditimbulkan.[1-4]

Pengembangan Strategi Efektif

Setelah bisa mengenali hal ini, pasien diajari mengembangkan strategi yang efektif untuk menangani kemarahan. Setelah pasien bisa mengembangkan dan melakukan strategi tersebut, maka selanjutnya dilakukan restrukturisasi kognitif pasien.[1-4]

Tanda Kemarahan

Ada tanda-tanda yang bisa dikenali dalam terjadinya kemarahan sebagai pola kebiasaan. Mengenali hal ini akan sangat membantu dalam anger management therapy. Tanda tersebut adalah:

  1. Penanda fisik, yaitu respon yang ditimbulkan tubuh. Misalnya peningkatan denyut nadi, rasa tertekan di dada, merasa wajah panas atau flushes

  2. Penanda perilaku, yaitu apa yang dilakukan pasien, misalnya mengepalkan tangan, bersuara keras, atau melotot
  3. Penanda emosional, yaitu perasaan yang muncul bersama dengan kemarahan, seperti cemburu, takut, merasa terluka, atau diremehkan
  4. Penanda kognitif, yaitu apa yang dipikirkan pasien terhadap kejadian pemicu[1-4]

Prosedural

Isi sesi anger management therapy, secara umum terdiri dari tahapan berikut:

  1. Mengenali kejadian, stimulus, stressor pemicu, dan penanda yang dirasakan, serta melakukan pemantauan perilaku kemarahan selama 1 minggu
  2. Merencanakan strategi untuk mengendalikan kemarahan. Strategi ini terdiri dari strategi untuk segera menangani kemarahan dan strategi untuk mencegah timbulnya kemarahan
  3. Restrukturisasi kognitif untuk mengubah pikiran-pikiran irasional tentang stimulus atau kejadian pemicu kemarahan, serta menghentikan pikiran tersebut[1-4]

Mengenali Kemarahan Sebagai Kebiasaan Maladaptif

Pada awal sesi, terapi difokuskan untuk mengenali bahwa kemarahan sudah menjadi kebiasaan maladaptif, serta mengenali situasi atau kejadian yang memicu atau mengeskalasi kemarahan. Disini pasien diminta tidak hanya mengenali pemicu kemarahan saat ini, tapi juga diminta mengingat kembali kemarahan di masa lalu pasien.[1-4]

Mengenali Penanda Kemarahan dan Memantau Kemarahan

Selanjutnya, pasien diajak mengenali penanda-penanda kemarahan sebagai respon dari stimulus pemicu. Tahap berikutnya pasien diminta untuk memantau respon kemarahannya setiap hari selama 1 minggu.

Cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan anger meter. Dengan metode ini, klien diminta menilai tingkat kemarahan setiap hari dengan skor 0 sampai 10, dimana 0 adalah kondisi tidak ada kemarahan dan 10 adalah kondisi dimana terjadi kemarahan yang eksplosif dan kehilangan kendali hingga menimbulkan konsekuensi negatif.

Pasien diminta mencatat kejadian pemicu, penanda yang dirasakan, dan skor anger meter.[1-4]

Perencanaan Strategi Untuk Mengendalikan Kemarahan

Tahap selanjutnya adalah merencanakan strategi untuk mengendalikan kemarahan. Dua strategi harus dikembangkan, yaitu strategi untuk segera mengatasi kemarahan dan strategi untuk mencegah timbulnya kemarahan.

Strategi Segera Mengatasi Kemarahan:

Strategi yang bisa dilakukan untuk segera mengatasi kemarahan adalah timeout dan dukungan sosial. Timeout dilakukan dengan cara mengambil napas dalam beberapa kali begitu mengenali adanya situasi pemicu dan penanda kemarahan, kemudian berpikir mengenai hal tersebut, bukannya bereaksi terhadap hal tersebut. Timeout juga bisa dilakukan dengan meninggalkan atau menghentikan situasi yang memicu kemarahan.

Komponen penting lain untuk mencegah kemarahan adalah dukungan sosial. Hal ini dilakukan dengan membentuk jaringan orang-orang yang mengerti dan mendukung upaya pasien untuk mengendalikan kemarahan, sebaiknya didapatkan dari anggota keluarga dan orang-orang yang bisa dipercaya.[1-4,8,9]

Strategi Pencegahan:

Strategi pencegahan yang bisa dilakukan mencakup olahraga teratur, relaksasi rutin, dan mengubah pikiran irasional atau restrukturisasi kognitif yang akan dibahas di poin berikutnya.[1-5]

Restrukturisasi Kognitif

Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah pikiran-pikiran dan keyakinan-keyakinan irasional terkait kejadian atau stimulus pemicu kemarahan. Ada 2 model yang bisa digunakan, yaitu model A-B-C-D dan thought stopping.

Model A B C D:

Model A B C D terdiri dari komponen:

  • A (activating event) yaitu mengenali kejadian atau stimulus pemicu
  • B (beliefs about the event), yaitu keyakinan pasien mengenai kejadian tersebut. Karena kemarahan umumnya bukan dipicu oleh kejadiannya, tapi oleh apa yang diyakini oleh pasien tentang kejadian tersebut
  • C (emotional consequences), yaitu perasaan yang dialami pasien karena keyakinan mengenai kejadian tersebut dan interpretasinya
  • D (dispute), bila pasien bisa mengidentifikasi A B dan C, maka berikutnya pasien dibantu mengidentifikasi apakah keyakinannya maladaptif dan membantahnya dengan pikiran atau keyakinan lain yang lebih realistis atau rasional

Thought Stopping:

Thought stopping adalah metode yang lebih sederhana dibandingkan model A B C D. Model ini mengajarkan pasien untuk memerintahkan dirinya sendiri untuk menghentikan pikiran-pikiran yang menyebabkan kemarahannya, misalnya dengan kata-kata:

  • “Aku harus berhenti memikirkan hal ini.”
  • “Pikiran-pikiran ini hanya akan membawa masalah, jadi sebaiknya dihentikan.”
  • “Jangan tergoda untuk marah karena situasi ini.”

Pilihan tidak hanya terbatas pada kata-kata tersebut, melainkan bisa digantikan dengan kata-kata lain yang membantu pasien mengendalikan pikirannya. Kata-kata ini diulang-ulang sampai pasien bisa mengendalikan pikiran dan mencegah eskalasi kemarahannya.[1-4,8,9]

Follow up

Pada sesi follow up, biasanya pasien akan diajarkan resolusi konflik dan perilaku asertif. Perilaku asertif bisa mengurangi konflik dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan terjadinya kejadian atau stimulus pemicu kemarahan.[1,6]

Resolusi konflik diawali dengan mengidentifikasi masalah dan perasaan yang timbul akibat masalah, mengidentifikasi dampak spesifik yang ditimbulkan, kemudian memutuskan apakah akan mengatasi masalah, menghindari, atau membiarkannya.

Pada tahap ini, pasien memutuskan apakah masalah ini cukup besar sehingga harus diselesaikan, atau hanya masalah kecil yang bisa diabaikan. Langkah berikutnya adalah merencanakan waktu untuk menyelesaikan masalah, kemudian menggambarkan dan mengekspresikan perasaan sesudahnya.[1,7]

Referensi

1. Lee AH, DiGiuseppe R. Anger and aggression treatments: a review of meta-analyses. Curr Opin Psychol. 2018 Feb;19:65-74. doi: 10.1016/j.copsyc.2017.04.004. Epub 2017 Apr 13. PMID: 29279226.
2. Muş Alparslan University, Akan Y. Investigation of the Effect of the “Violence Reduction Psychoeducation Program” on Anger, Violence and Aggression Levels of Students. IJPE 2021;17:513–33. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1286368.pdf]
3. Yılmaztürk M. Spiritual Resources for Anger Management: Spirituality Integrated Cognitive Behavioral Group Therapy. Spiritual Psychology and Counseling 2023;8:161–78. https://spiritualpc.net/wp-content/uploads/2023/06/04_yilmazturk.pdf
4. Carolina C, Tjakrawiralaksana MA. Efektivitas intervensi teen anger management and education dalam mengatasi masalah kemarahan dan agresivitas pada remaja perempuan. JIPT 2021;9:200–10. https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/14441
5. Maheswari A U, Rathinasabapathy B, Nagarajan P. Effect of a Brief Intervention on Anger Management among Adolescents. International Journal of Psychiatric Nursing 2021;7:45–9. https://medicopublication.com/index.php/ijpn/article/view/13968
7. Savchenko O, Kovalkova T, Lovka O, Boychuk O, Kostikova O. Choice of conflict resolution strategies in negative emotional states. SHS Web Conf. 2022;150:01003. https://www.shs-conferences.org/articles/shsconf/abs/2022/20/shsconf_erpa2022_01003/shsconf_erpa2022_01003.html
8. Steffgen G. Anger Management - Evaluation of a Cognitive-Behavioral Training Program for Table Tennis Players. J Hum Kinet. 2017 Jan 30;55:65-73. doi: 10.1515/hukin-2017-0006. PMID: 28210339; PMCID: PMC5304275.
9. Sukhodolsky DG, Smith SD, McCauley SA, Ibrahim K, Piasecka JB. Behavioral Interventions for Anger, Irritability, and Aggression in Children and Adolescents. J Child Adolesc Psychopharmacol. 2016 Feb;26(1):58-64. doi: 10.1089/cap.2015.0120. Epub 2016 Jan 8. PMID: 26745682; PMCID: PMC4808268.

Kontraindikasi Anger Management ...
Komplikasi Anger Management Therapy

Artikel Terkait

  • Bukti Medis mengenai Manfaat Terapi Musik
    Bukti Medis mengenai Manfaat Terapi Musik
  • Cognitive Behavioral Therapy dan Edukasi untuk Mengatasi Nyeri Kronis
    Cognitive Behavioral Therapy dan Edukasi untuk Mengatasi Nyeri Kronis
  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT) VS Antidepresan pada Penatalaksanaan Depresi
    Cognitive Behavioral Therapy (CBT) VS Antidepresan pada Penatalaksanaan Depresi
  • Efikasi dan Tantangan Cognitive Behavioral Therapy Melalui Telemedicine
    Efikasi dan Tantangan Cognitive Behavioral Therapy Melalui Telemedicine
  • Behavioral Activation sebagai Terapi Depresi
    Behavioral Activation sebagai Terapi Depresi

Lebih Lanjut

Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.