Pendahuluan Rontgen Sinus
Rontgen sinus digunakan untuk menilai kelainan struktur anatomi sinus paranasal, seperti sinusitis, polip, dan fraktur. Kelainan pada sinus paranasal yang dapat dinilai melalui pemeriksaan rontgen sinus adalah anomali kongenital, tumor, inflamasi, kondisi alergi, komplikasi dari infeksi, obstruksi, dan trauma.[1,2]
Sinus paranasal merupakan ruang berongga berisikan udara. Sinus paranasal terdiri dari sinus maksilaris, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sphenoid. Pemeriksaan rontgen sinus dapat dilakukan dengan beberapa posisi berbeda, sesuai dengan kebutuhan klinisi untuk membantu menegakkan diagnosis.[3-5]
Beberapa posisi rontgen sinus adalah posisi Caldwell, Waters, dan lateral. Rontgen sinus posisi Caldwell dapat menilai sinus frontal dan sinus etmoid. Posisi Waters untuk menilai sinus maksilaris, dan sangat baik untuk menegakkan diagnosis sinusitis. Posisi lateral dapat menilai sinus frontal, sphenoid, dan jaringan lunak.[3-5]
Rontgen sinus tidak memiliki kontraindikasi absolut karena pemeriksaan ini bersifat non-invasif dan tergolong cukup aman. Perlu diperhatikan pemeriksaan rontgen sinus pada wanita hamil karena efek radiasi. Namun, usia gestasi trimester ketiga dan dosis radiasi yang disesuaikan tidak akan memberikan efek berbahaya kepada janin.[6,7]
Rontgen sinus dilakukan dengan teknik yang sesuai dengan posisi anatomi tubuh dan sinus. Pasien dapat melakukan rontgen sinus setelah pasien diberikan informed consent terkait pemeriksaan dan efek radiasi yang mungkin terjadi. Dokter perlu menegaskan bahwa dosis radiasi yang digunakan tergolong aman sehingga pasien tidak perlu khawatir.[6,7]