Teknik Pungsi Arteri
Teknik pungsi arteri diawali dengan evaluasi sirkulasi kolateral dengan tes Allen, kemudian melakukan pungsi pada arteri, dengan arteri yang paling sering adalah arteri radialis.
Teknik pungsi arteri memiliki tantangan tersendiri, terutama pada pasien yang tidak sadar yang umumnya memiliki denyut nadi yang sulit diidentifikasi. Selain itu, pada pasien obesitas atauedema juga menjadi salah satu tantangan dalam tindakan pungsi arteri. Tindakan pungsi arteri disarankan dilakukan oleh operator yang ahli.[3,4]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum tindakan pungsi arteri dibutuhkan informed consent, menentukan lokasi pungsi, dan evaluasi sirkulasi kolateral. Sebelum dilakukan tindakan pungsi arteri, pasien wajib diinformasikan terlebih dahulu mengenai risiko dan keuntungan dari tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan ini lebih nyeri dibandingkan pungsi vena, sehingga perlu diinformasikan kepada pasien. Setelah pasien mengerti, pasien dapat diminta persetujuan tindakan. Pada keadaan mengancam nyawa, tindakan pungsi arteri dapat dilakukan tanpa konsen tertulis.[1,3]
Menentukan Lokasi Pungsi
Pasien diminta berbaring terlebih dahulu, kemudian operator melokalisir arteri yang terpalpasi. Berikut ini merupakan beberapa lokasi yang umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri:
Arteri Radialis:
Arteri radialis merupakan lokasi yang paling umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri. Lokasi ini lebih mudah diakses dan juga lebih nyaman untuk pasien. Arteri radialis dapat dipalpasi saat pergelangan tangan ekstensi dan terletak antara radius distal dan tendon flexor carpi radialis.[1,6]
Arteri Brakialis:
Arteri brakialis dapat dipalpasi saat lengan ekstensi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan palpasi bagian medial dari tendon biseps pada fossa antecubiti.[1,6]
Arteri Femoralis:
Arteri femoralis terletak pada titik tengah ligamen inguinalis yang dapat dipalpasi saat pasien berbaring dan ekstensi tungkai bawah.[1,6]
Arteri Axillaris:
Arteri axillaris dapat ditemukan dengan lengan abduksi dan rotasi eksternal dan arteri aksilaris dapat dipalpasi pada bagian aksila.[1,6]
Arteri Dorsalis Pedis:
Arteri dorsalis pedis dapat dipalpasi pada bagian lateral dari tendon extensor midfoot.[1,6]
Evaluasi Sirkulasi Kolateral
Sebelum tindakan pungsi arteri, operator harus memastikan terlebih dahulu patensi sirkulasi kolateral untuk mencegah terjadinya iskemia pada distal lokasi pungsi. Arteri radialis dan dorsalis pedis merupakan lokasi yang memiliki risiko komplikasi iskemik yang lebih tinggi, karena lokasi di distal. Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral lokasi pungsi.
Tes Allen modifikasi:
Tes allen modifikasi merupakan tes yang digunakan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral pada lokasi arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen modifikasi:
- Tangan pasien diangkat tinggi dengan tangan dikepalkan
- Kedua arteri radialis dan ulnaris dikompresi dengan dua jempol tangan operator yang menyebabkan penurunan aliran darah ke tangan
- Tangan pasien diturunkan dan kepalan tangan pasien dibuka. Pada saat ini telapak tangan pasien akan terlihat berwarna putih
- Tekanan pada arteri ulnaris kemudian dilepaskan dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan
- Operator kemudian perhatikan telapak tangan pasien. Pada sirkulasi kolateral yang normal, telapak tangan pasien dari putih menjadi berwarna pink (merah muda) selama kurang lebih 6 detik. Akan tetapi, bila telapak tangan tetap berwarna putih, terdapat gangguan pada sirkulasi kolateral dan dapat dilakukan pungsi arteri pada lokasi lainnya[1,3]
Tes Allen:
Tes Allen umumnya sama dengan yang sudah dimodifikasi. Akan tetapi, pada pemeriksaan ini, tindakan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan melepaskan tekanan pada arteri ulnaris dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan dan sebaliknya.[1,3,9]
Gambar 1. Tes Allen.
Tes Allen pada arteri dorsalis pedis:
Tes Allen pada arteri dorsalis pedis umumnya hampir menyerupai pada arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen pada arteri dorsalis pedis:
- Tungkai bawah pasien yang akan dilakukan pemeriksaan diangkat sampai kulit telapak kaki memucat
- Operator kemudian menekan arteri dorsalis pedis
- Tungkai kemudian diturunkan
- Warna kaki kemudian akan kembali normal apabila aliran arteri tibialis adekuat[1,3]
Peralatan
Beberapa peralatan yang dibutuhkan pada prosedur tindakan pungsi arteri adalah sebagai berikut:
- Sarung tangan non steril, alat proteksi muka dan gown
- Cairan antiseptik kulit, seperti alkohol, povidone iodine dan klorheksidin
- Syringe pre heparinisasi dan jarum (18,20,21,23 gauge) dan sesuai dengan lokasi pungsi. Semakin kecil jarum maka semakin tinggi risiko spesimen lisis.
- Tutup jarum
- Kain kasa steril penutup lokasi pungsi setelah pengambilan spesimen dan perban adhesive
- Wadah yang berisi es yang telah dihancurkan untuk transportasi spesimen ke laboratorium
- Kotak pengaman limbah medis tajam
Posisi Pasien
Pasien diposisikan secara supinasi dengan posisi lengan ekstensi dan tangan supinasi pada pungsi arteri radialis atau brachialis. Pada pungsi arteri femoralis, tungkai bawah sebaiknya ekstensi. Sedangkan pada pungsi arteri axillaris, lengan pasien dapat abduksi dan rotasi eksternal.[1,4]
Prosedural
Prosedur tindakan pungsi arteri umumnya hampir sama antar lokasi pungsi. Berikut ini merupakan prosedur persiapan tindakan pungsi arteri:
- Memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas pasien
- Pasien diposisikan dengan posisi supinasi dan pastikan pasien dalam kondisi nyaman, kemudian tentukan lokasi arteri yang akan dilakukan tindakan
- Evaluasi sirkulasi kolateral dengan melakukan tes Allen. Apabila terdapat kegagalan tes maka dapat dipertimbangkan penggunaan lokasi lain
- Lakukan protokol kebersihan tangan, amankan lokasi, dan persiapkan peralatan yang akan digunakan. Gunakan proteksi wajah dan apron untuk mencegah eksposur darah pasien
- Disinfeksi lokasi yang akan dilakukan pungsi dengan 70% alkohol dan tunggu sampai kering[1,4]
Setelah prosedur persiapan, dilakukan tindakan pungsi arteri sebagai berikut:
- Siapkan jarum dan syringe yang diheparinisasi. Apabila belum terdapat dalam bentuk jadi, maka dapat dilakukan secara manual dengan cara aspirasi 2 mL heparin lithium (1000 unit/mL) ke dalam syringe melalui jarum 22–25 gauge.
- Injeksi analgetik lokal dengan lidokain 1% atau 2% dapat diberikan, tetapi umumnya tidak rutin dilakukan
- Pegang syringe seperti anak panah dan gunakan jari telunjuk untuk melokalisir denyut nadi kembali. Informasikan pasien akan dilakukan pungsi
- Masukkan jarum sesuai dengan lokasi pungsi, yaitu sudut 45o pada arteri radialis, sudut 30o pada arteri brakialis, dan sudut 90o pada arteri femoralis. Jarum juga harus berjarak 1 cm distal dari jari telunjuk untuk mencegah kontaminasi
- Masukkan jarum sampai darah terlihat mengisi syringe dengan sendirinya. Tunggu darah mengisi syringe sampai batas yang diinginkan. Jangan melakukan aspirasi. Ultrasonografi dapat membantu pada tindakan pungsi arteri yang sulit
- Apabila sampel darah sudah cukup, tarik jarum dan syringe dan letakkan kasa steril pada lokasi pungsi dengan ditekan 2–3 menit atau sampai perdarahan Apabila >5 menit tetapi masih ada perdarahan aktif, kemungkinan pasien memiliki hipertensi, gangguan perdarahan, atau penggunaan antikoagulan
- Keluarkan udara dan gelembung pada syringe, masukkan jarum ke dalam tutup jarum, dan roll spesimen pada tangan untuk mencampurkan isi specimen[1,4,10]
Setelah tindakan pungsi arteri, prosedur dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut:
- Buang jarum dengan aman di tempat infeksius menggunakan satu tangan
- Label syringe spesimen dan masukkan specimen dalam wadah berisi es
- Buang seluruh peralatan dan alat pelindung diri pada tempatnya
- Buang sarung tangan dan cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan alkohol
- Periksa kembali lokasi pungsi untuk perdarahan. Apabila masih terjadi perdarahan, berikan tekanan pada lokasi pungsi kembali
- Bawa sampel yang berada pada wadah berisi es ke laboratorium[1,4]
Follow up
Setelah dilakukan tindakan, follow up dapat dilakukan dengan memperhatikan tanda dan gejala yang mengarah pada komplikasi tindakan pungsi arteri.
Beberapa tanda dan gejala yang dapat menunjukkan komplikasi pada pasien seperti perdarahan aktif, nyeri, paresis, perubahan warna kulit, demam dan eritema.[1,3,8]
Perdarahan Aktif
Perdarahan aktif terus menerus dapat menunjukkan terjadinya laserasi pembuluh darah saat tindakan.[1,3,8]
Risiko Sindrom Kompartemen
Pada pasien dengan gejala nyeri, parestesia, pucat, dan hilangnya pulsasi dapat menunjukkan terjadinya hematoma yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom kompartemen.[1,3,8]
Paresis dan Nyeri Persisten
Pasien dengan gejala paresis dan nyeri persisten dapat dipikirkan terjadinya lesi saraf pada saat tindakan.[1,3]
Perubahan Warna Kulit, Hilangnya Pulsasi, dan Akral Dingin
Gejala dan tanda perubahan warna kulit, hilangnya pulsasi, dan akral dingin umumnya dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya komplikasi iskemia jaringan.[1,3,8]
Demam dan Eritema
Pasien dengan demam dan eritema pada daerah pungsi menunjukkan terjadinya komplikasi infeksi.[1,3,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli