Efek Samping dan Interaksi Obat Paracetamol
Paracetamol memiliki beberapa efek samping walaupun relatif jarang terjadi. Paracetamol perlu dihindari pada pasien dengan riwayat alergi terhadap paracetamol.
Efek Samping
Efek samping pada paracetamol dapat dikelompokkan berdasarkan sistem organ. Efek samping yang sering ditemukan adalah gangguan pada hepar. Hal ini ditemukan pada 1 – 10% penggunaan paracetamol. Pada sistem gastrointestinal, mual dan muntah dapat ditemukan sampai 15%. Efek samping lain seperti nyeri perut, diare, konstipasi, dispepsia juga dapat ditemukan. [18]
Pada kulit, dapat ditemukan efek samping berupa ruam dan gatal, terutama pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap paracetamol. Reaksi pada kulit yang lebih berat seperti exanthema generalisata akut, sindrom Steven Johnson atau nekrosis epidermal toksik dapat ditemukan walaupun jarang (< 0,01%). [18]
Untuk efek samping pada sistem organ lain dapat dilihat pada tabel berikut. [18]
Tabel 3. Efek Samping Paracetamol
Sistem organ | Efek samping |
Kulit | Ruam, gatal (1 – 10%); sindrom Steven Johnson, nekrosis epidermal toksik (< 0,1%); reaksi pemfigoid, sindrom Lyell (< 0,01%) |
Pernapasan | Sesak napas, edema pulmonal, efusi pleura, batuk, mengi, hipoksia (1 – 10%) |
Kardiovaskular | Edema perifer, hipotensi, takikardia, nyeri dada (1 – 0%) |
Hematologi | Anemia, pendarahan pasca operasi (1 – 10%); trombositopenia, leukopenia, neutropenia (< 0,01%) |
Metabolik | Hipokalemia, hiperglikemia (1 – 10%) |
Sistem saraf | Nyeri kepala, pusing (1 – 10%); distonia (jarang dilaporkan) |
Muskuloskeletal | Spasme otot, trismus (1 – 10%) |
Psikiatri | Insomnia, anxietas (1 – 10%) |
Genitourinari | Oliguria (1 – 10%) |
Okular | Edema periorbital (1 – 10%) |
Lokal | Nyeri dan reaksi radang pada lokasi injeksi (1 – 10%) |
Interaksi Obat
Interaksi obat paracetamol dapat mempengaruhi farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi pada farmakokinetik, dibagi menjadi dua jenis, dimana obat lain dapat mengganggu absorbsi atau metabolisme paracetamol. [19]
Perubahan pada pengosongan lambung dapat mengganggu absorpsi paracetamol dan mengubah waktu paruh, waktu untuk mencapai konsentrasi maksimal, konsentrasi maksimal, dan area di bawah kurva konsentrasi. Sementara obat yang mengganggu metabolisme pada fase 1 hepatik (monooksigenasi P-450) dan fase 2 konjugasi (glukuronasi, sulfasi) akan mengubah jumlah paracetamol dan NAPQI. Berikut adalah beberapa obat yang mengganggu kerja paracetamol atau dipengaruhi kerjanya oleh paracetamol. [19]
Tabel 4. Interaksi Obat pada Paracetamol
Obat | Mekanisme | Relevansi klinis |
Kolestiramin, propantelin | Menurunkan waktu pengosongan lambung | Menurunkan absorbsi paracetamol |
Kloramfenikol | Mengganggu metabolisme | - |
Isoniazid, rifampisin | Meningkatkan metabolit aktif paracetamol | Isoniazid dan rifampisin sama-sama bersifat hepatotoksik, penggunaannya perlu diperhatikan |
Omeprazole, antagonis H2 (Ranitidine, Nizatidine, Cimetidine) | Meningkatkan produksi NAPQI melalui induksi CYP450 dan menurunkan proses glukuronidasi | Meningkatkan toksisitas terhadap hepar |
Cisaprid | Menghambat transferasi glukuronil | Meningkatkan konsentrasi maksimal |
Fentanil | Menghambat CYP3A4 | - |
Zidovudine | Menghambat glukuronidasi | Pasien HIV berisiko mengalami kekurangan glutation |
Karbamazepin | Menginduksi CYP450 | Meningkatkan metabolit toksik |
Etinylestradiol | Menghambat sulfasi | - |
N-asetilsistein | Donor glutation | Digunakan pada overdosis paracetamol |
Faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K | Menghambat karboksilasi gamma | Pada kasus overdosis paracetamol dapat meningkatkan waktu protrombin dan INR |
Warfarin | Belum dapat dijelaskan | INR perlu diperhatikan lebih ketat |
Paracetamol juga tidak direkomendasikan digunakan pada pasien yang peminum alkohol kronik. Ethanol menginduksi P450, sehingga konsumsi alkohol bersifat protektif terhadap overdosis. Obat lain yang juga tidak direkomendasikan digunakan bersamaan dengan paracetamol antara lain natrium tiosulfat, epinefrin, etanol, leflunomid, lidokain, lomitapid, mipomersen, prilokain, dan teriflunomid.[14,20]
Berikut adalah beberapa obat yang mengganggu kerja paracetamol atau dipengaruhi kerjanya oleh paracetamol, misalnya nizatidine.