Kontraindikasi dan Peringatan Dexmedetomidine
Kontraindikasi penggunaan dexmedetomidine atau deksmedetomidin adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini. Penggunaan perlu peringatan khusus pada ibu hamil dan menyusui, pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penggunaan pada anak-anak.[11,12]
Kontraindikasi
Dexmedetomidine dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui mempunyai hipersensitivitas terhadap obat ini.[11,12]
Tidak ada kontraindikasi absolut lain terkait penggunaan dexmedetomidine. Walaupun demikian, harus waspada ketika digunakan pada pasien yang mengalami bradikardi atau hipotensi karena dapat memperparah kondisi. Selain itu, harus waspada jika diberikan pada pasien dengan gagal jantung, karena terdapat bukti yang menunjukkan bahwa dexmedetomidine dapat menimbulkan eksaserbasi disfungsi miokardial.[10]
Peringatan
Dexmedetomidine harus diberikan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dalam manajemen pasien di ICU atau ruangan operasi. Monitor EKG, tekanan darah, dan saturasi diperlukan saat penggunaan dexmedetomidine. Efek samping yang paling banyak diobservasi adalah bradikardi, hipotensi, dan sinus arrest.[11]
Bradikardi dan Sinus Arrest
Bradikardi dan sinus arrest telah dilaporkan akibat penggunaan dexmedetomidine pada anak muda, sukarelawan dewasa dengan tonus vagal tinggi, atau akibat pemberian bolus atau infus intravena yang cepat. Beberapa kasus menunjukkan efek yang fatal.
Pada pasien lansia dan pada pasien yang mengalami blok jantung, disfungsi ventrikular yang parah, hipovolemik, diabetes melitus, dan atau hipertensi kronis, risiko terjadinya bradikardi karena pemberian dexmedetomidine akan meningkat. Diperlukan monitor ketat denyut jantung dan parameter hemodinamik lainnya pada pasien tersebut, jika diberikan dexmedetomidine.[7,11]
Hipotensi
Hipotensi telah dilaporkan pada pasien yang menerima dexmedetomidine. Beberapa kasus menunjukkan efek yang fatal. Pada pasien lansia dan pada pasien yang mengalami blok jantung, disfungsi ventrikular yang parah, hipovolemia, diabetes melitus, dan/atau hipertensi kronis, risiko terjadinya bradikardi karena pemberian dexmedetomidine akan meningkat.[7,11]
Hipertensi Transien
Hipertensi transien atau hipertensi sementara sudah diobservasi pada pemberian dexmedetomidine, terutama saat loading dose. Hal ini terjadi karena efek vasokonstriksi perifer dexmedetomidine. Jika dibutuhkan, maka dapat dilakukan penurunan kecepatan pemberian obat untuk mengurangi hipertensi.[7,11,12]
Sindrom Putus Zat
Walaupun belum secara spesifik diteliti, dengan pemberian obat dexmedetomidine jangka panjang dan dihentikan tiba-tiba, gejala putus zat seperti pada penggunaan clonidine dapat muncul. Gejalanya dapat berupa gugup, agitasi, dan nyeri kepala yang diikuti oleh peningkatan cepat tekanan darah dan peningkatan katekolamin di dalam plasma.[11]
Sebaiknya dexmedetomidine tidak digunakan >24 jam.[11]
Dengan pemberian dexmedetomidine hingga 7 hari, terlepas dari dosis, 5% pasien mengalami setidaknya satu kali gejala putus obat dalam 24 jam setelah obat dihentikan dan 3% pasien dalam 24 sampai 48 jam.[7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini