Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Cefuroxime
Penggunaan cefuroxime pada kehamilan saat ini masih kontroversial karena belum ada cukup data terkait keamanan pada janin dan ibu hamil. Penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan.
Penggunaan pada Kehamilan
Food and Drug Administration (FDA) memasukan cefuroxime dalam kategori B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[6]
Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan cefuroxime dalam kategori B1. Artinya, obat ini telah dikonsumsi oleh sejumlah wanita hamil, juga wanita usia reproduktif, dan tidak menunjukkan peningkatan frekuensi malformasi atau dampak buruk, baik langsung maupun tidak langsung pada fetus. Studi pada hewan menunjukkan bahwa tidak ada bukti ilmiah terhadap adanya peningkatan kejadian kerusakan pada fetus.[8]
Studi reproduksi pada tikus menggunakan dosis hingga 3.200 mg/kgBB/hari atau 14 kali dosis yang direkomendasikan pada manusia telah menunjukan tidak ada gangguan fertilitas ataupun masalah pada fetus.[6]
Cefuroxime sering menjadi pilihan antibiotik untuk tata laksana infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi saluran kemih, gonorrhea inkomplit, hingga penyakit Lyme.[4]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Cefuroxime diekskresikan melalui air susu. Konsentrasi tertinggi dari cefuroxime pada sir susu didapati 8 jam setelah diberikannya injeksi cefuroxime tersebut. Sejauh ini, belum terdapat data yang cukup mengenai keamanan penggunaan cefuroxime pada ibu menyusui.
Penggunaan cefuroxime pada ibu menyusui sebaiknya tetap mempertimbangkan manfaat yang lebih besar dibandingkan kemungkinan risiko yang ditimbulkan.[6,9,10]