Pengawasan Klinis Lenacapavir
Pengawasan klinis lenacapavir dilakukan untuk mengetahui efikasi dan keamanan obat, evaluasi interaksi obat, dan memastikan kepatuhan dalam mengikuti regimen pengobatan.[12,13,16]
Pengawasan Inisiasi Terapi Lenacapavir
Sesuai panduan klinis dari WHO untuk terapi Lenacapavir sebagai profilaksis pra pajanan (PrEP), pasien perlu melakukan pemeriksaan status HIV-1 sebelum memulai obat lenacapavir sebagai PrEP. Pemeriksaan HIV dapat dilakukan hingga dua kali untuk memastikan. Penggunaan rapid diagnostic test untuk HIV diperbolehkan untuk memulai, melanjutkan, dan menghentikan PrEP.[16]
Pengawasan Efek Samping
Reaksi di tempat injeksi merupakan efek samping yang umum ditemukan, termasuk nodul, nyeri, indurasi, eritema, atau massa. Nodul sering membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama. Reaksi lokal yang signifikan harus dievaluasi. Penting juga untuk memastikan bahwa pemberian hanya dilakukan subkutan untuk menghindari komplikasi serius seperti ulkus atau nekrosis.[13]
Pemantauan Efek Samping Umum dan Interaksi Obat
Selain reaksi lokal, efek samping non-lokal yang dilaporkan ≥5% mencakup sakit kepala dan mual. Pasien harus didorong untuk melaporkan gejala baru atau tidak biasa, termasuk tanda infeksi sistemik seperti demam atau malaise.
Walaupun elevasi transaminase mungkin terjadi, tidak direkomendasikan pemantauan rutin fungsi hati. Evaluasi hanya perlu dilakukan apabila terjadi peningkatan enzim > 5 kali nilai ambang normal, dan penyebab lain harus dipertimbangkan sebelum menghentikan terapi.[11-13]