Farmakologi Etoposide
Farmakologi etoposide adalah menghambat sintesa DNA tumor. Sebagai obat antikanker, etoposide merupakan obat semisintetis turunan podophyllotoxins yang diabsorpsi dengan baik oleh usus, dimetabolisme di hati, dan dieliminasi melalui urine.[4,7,8]
Farmakodinamik
Etoposide merupakan obat turunan dari podophyllotoxin yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan sel kanker. Etoposide memiliki mekanisme penghambat sintesis DNA, khususnya DNA topoisomerase II. Hal ini mengakibatkan proses pengikatan kembali rantai DNA terhambat, sehingga menyebabkan kesalahan fatal dalam sintesis DNA.
Kesalahan sintesis DNA akan memicu apoptosis atau penghancuran diri sendiri pada sel kanker. Selain itu, obat ini juga dapat menghambat pembentukan beta isoform yang berkorelasi dengan efek karsinogenik. Karena itu, etoposide dapat digunakan untuk terapi kanker, seperti leukemia, limfoma Hodgkin, limfoma Non Hodgkin, dan kanker paru terutama small cell lung cancer (SCLC),[4,7,8]
Farmakokinetik
Absorpsi etoposide terjadi di usus, kemudian dimetabolisme di hati dan dieliminasi melalui urine. Obat ini mencapai waktu puncak 1‒1,5 jam dan memiliki bioavailabilitas 15%.[4,7,8]
Absorpsi
Absorpsi etoposide terjadi dengan baik melalui dinding usus. Waktu puncak konsentrasi plasma adalah 1−1,5 jam. Bioavailability sebesar 15%, dengan range antara 25−75%.[4,7,8]
Distribusi
Pada percobaan uji klinis, didapatkan bahwa 97% etoposide berikatan dengan protein plasma manusia khususnya albumin. Etoposide memiliki waktu paruh sekitar 1,5 jam, dan rata-rata volume distribusi obat ini adalah 7‒17 L/m2. Selain itu, obat ini tidak dapat masuk ke dalam cairan serebrospinal dengan baik.[8]
Metabolisme
Pemberian etoposide secara intravena dapat dikonversikan secara sempurna ke dalam plasma. Metabolisme etoposide dimediasi oleh hati melalui CYP3A4 dan CYP3A5. Selain itu, prostaglandin juga merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap adanya konversi etoposide menjadi quinone (O-Demethylated metabolite).[3,6]
Eliminasi
Eliminasi etoposide melalui ginjal, juga melalui bilier. Glukoronida dan konjugat sulfat dari etoposide diekskresikan melalui urine. Sekitar 56% dosis etoposide yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui akses intravena, terdapat pada urin. Rata-rata renal clearance obat ini adalah 7–10 mL/min/m2. Sedangkan total body clearance adalah 33–48 mL/min/m2.[8]
Resistensi
Resistensi penggunaan etoposide dapat terjadi karena adanya perubahan ekspresi dan aktivitas sel target, peningkatan efflux obat, dan perubahan respon mekanisme perusakan DNA.[9,10]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini