Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Siklofosfamid
Penggunaan siklofosfamid pada kehamilan dan ibu menyusui berisiko mempengaruhi janin dan dapat diekskresikan melalui ASI, sehingga harus benar-benar dipertimbangkan keputusan penggunaannya.[6,11]
Penggunaan pada Kehamilan
Siklofosfamid tergolong dalam Kategori D oleh FDA dan TGA. Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.[6,11]
Secara umum, paparan terhadap siklofosfamid selama kehamilan berisiko menimbulkan malformasi dan retardasi pertumbuhan janin, keguguran, serta efek-efek toksik lainnya pada bayi baru lahir.
Pada studi dengan binatang, siklofosfamid terbukti bersifat teratogenik dan mutagenik. Adanya kejadian malformasi kongenital dan keguguran juga pernah dilaporkan dalam suatu studi terkait penggunaan siklofosfamid pada ibu hamil trimester pertama.
Malformasi yang disebutkan berupa malformasi tulang belakang, palatum, anggota gerak, dan organ mata. Efek toksik lainnya yang didapatkan pada bayi baru lahir meliput pansitopenia, hipoplasia sumsum tulang, dan gastroenteritis.
Penundaan kehamilan pada pasien yang diterapi siklofosfamid dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi untuk kedua belah pihak (suami-istri) selama masa terapi hingga 6 bulan pada pria dan 12 bulan pada wanita pasca pemberian dosis terakhir.
Apabila obat ini diputuskan tetap diberikan selama masa kehamilan, atau saat dalam masa terapi ternyata pasien mengalami kehamilan, sangat penting untuk menyampaikan informasi terkait risiko yang mungkin terjadi.[6,11]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Siklofosfamid dapat dideteksi pada ASI, yang berisiko menimbulkan efek kelainan darah dan kelainan sistem pencernaan pada bayinya. Oleh karena potensi efek samping yang pernah dilaporkan cukup tinggi, maka secara resmi siklofosfamid tidak direkomendasikan untuk digunakan selama masa menyusui.
Pasien harus diedukasi mengenai keputusan untuk menghentikan menyusui selama masa terapi atau menghentikan terapi. Keputusan ini sebaiknya dipertimbangkan dengan melihat kondisi kesehatan pasien yang membutuhkan terapi siklofosfamid.[6,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja