Indikasi dan Dosis Albumin
Indikasi albumin adalah sebagai terapi pengganti pada kondisi hipoalbuminemia, hipoproteinemia, dan hipovolemia. Kondisi medis yang mendasari bisa beragam, misalnya pada hipoalbuminemia akibat sirosis hepar, hiperbilirubinemia neonatal atau hemolytic disease of the newborn, resusitasi cairan pada syok hipovolemik akut, dan luka bakar.[3,5,8]
Hiperbilirubinemia Neonatus
Albumin digunakan dalam manajemen kasus berat hiperbilirubinemia neonatus atau hemolytic disease of the newborn (HDN) yang membutuhkan transfusi tukar karena albumin dapat berikatan dan mendetoksifikasi bilirubin. Pada HDN, albumin dapat digunakan dengan dosis 1 g/kgBB. Kecepatan pemberian infus albumin adalah hingga 5 ml/menit untuk larutan 5%, atau 1–2 ml/menit untuk larutan 20%.[3,15,16]
Syok Hipovolemik Akut
Pada syok hipovolemik, albumin diindikasikan untuk resusitasi cairan dengan tujuan pemulihan dan pemeliharaan volume darah.[8]
Dewasa
Dosis dewasa adalah 25 gram, dengan kecepatan infus hingga 5 ml/menit untuk larutan 5% atau 1–2 ml/menit untuk larutan 20%. Pemberian albumin digunakan sebagai terapi lini kedua jika terapi dengan kristaloid tidak menunjukan perbaikan.[1,3]
Terdapat studi yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan terkait angka kesintasan pada pasien yang mendapat albumin maupun kristaloid.[11] Pada kasus hipovolemia akibat luka bakar, terdapat meta analisis yang menunjukan bahwa pemberian albumin saat resusitasi tidak menurunkan mortalitas.[12]
Anak
Pada anak, albumin dapat diberikan dalam dosis hingga 1 g/kgBB. Pemberian albumin dilakukan dengan kecepatan infus hingga 5 ml/menit untuk larutan 5% atau 1–2 ml/menit untuk larutan 20%.[3,17]
Hipoproteinemia dan Hipoalbuminemia
Pada kasus hipoproteinemia dan hipoalbuminemia, pemberian albumin intravena diindikasikan untuk pemulihan dan pemeliharaan defisiensi volume darah yang bersirkulasi. Hipoproteinemia dan hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penyakit atau perdarahan aktif. Jika kekurangan albumin terjadi karena kehilangan protein berlebihan, koreksi yang dilakukan dengan albumin intravena hanya akan bersifat sementara, dan penyakit yang mendasari perlu diterapi secara definitif.
Albumin dapat diberikan dengan dosis hingga 2 g/kgBB/hari. Pemberian dilakukan dengan kecepatan infus hingga 5 ml/menit untuk larutan 5% atau 1–2 ml/menit untuk larutan 20%.[3,8]
Gagal Hepar Akut
Albumin diberikan untuk pemeliharaan fungsi kardiovaskular setelah parasentesis pada kasus asites pada pasien sirosis hepatis. Dosis pemberian adalah 6-8 g cairan albumin 25% intravena untuk setiap 100 ml cairan asites yang dikeluarkan. Albumin diberikan segera setelah prosedur untuk mencegah komplikasi seperti hipovolemia, hiponatremia, dan gangguan ginjal.[8,17]
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) pada Dewasa
Untuk adult respiratory distress syndrome (ARDS) pada pasien dewasa, albumin diberikan bersama dengan diuretik untuk mengoreksi kelebihan cairan terkait ARDS. Dosis albumin solusi 25% untuk kasus tersebut adalah 25 g intravena diberikan dalam 30 menit, dapat diulangi setiap 8 jam jika perlu.[8,18]
Luka Bakar
Albumin diberikan 24 jam setelah luka bakar jika terdapat penurunan kadar albumin yang berat. Dalam kasus tersebut, albumin dapat meningkatkan reabsorpsi edema.
Dosis albumin akan bergantung pada kondisi klinis masing-masing pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan dosis adalah tekanan onkotik plasma, kadar protein plasma, dan tanda vital.[8]
Hemodialisis
Albumin diberikan pada pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang. Albumin dapat diberikan dengan dosis 25 g intravena.[8]
Sindrom Hiperstimulasi Ovarium
Albumin diberikan sebagai plasma expander pada sindrom hiperstimulasi ovarium berat. Albumin, solusi yang 25%, dapat diberikan dengan dosis 50-100 g selama 4 jam, dapat diulangi dalam 4-12 jam jika dirasa perlu. Pemberian albumin tidak diindikasikan untuk mencegah sindrom hiperstimulasi ovarium.[8,13]