Pendahuluan Bromocriptine
Bromocriptine merupakan obat golongan dopamin agonis dan antidiskinesia yang digunakan untuk terapi Parkinson, hiperprolaktinemia, dan adenoma pituitari. Seiring berkembangnya penelitian, ditemukan banyak potensi baru manfaat penggunaan bromocriptine, antara lain untuk tata laksana akromegali, kardiomiopati peripartum, sindrom neuroleptik maligna, kelainan ekstrapiramidal akibat obat, gejala putus alkohol, dan diabetes mellitus.[1-5]
Saat ini penggunaan bromocriptine untuk terapi supresi laktasi sudah tidak disarankan. Hal ini karena adanya laporan efek samping fatal, seperti stroke dan infark miokard, yang menyebabkan kematian pada penggunaan bromocriptine untuk tujuan ini.[2,5]
Bromocriptine bekerja sebagai agonis selektif pada reseptor dopamin D2 dan memiliki efek parsial antagonis pada reseptor dopamin D1. Efek samping yang paling umum dari penggunaan bromocriptine adalah mual, sakit kepala, vertigo, konstipasi, pusing, kram perut, hidung tersumbat, diare, dan hipotensi.[2]
Di Indonesia, bromocriptine tersedia dalam bentuk bromocriptine mesylate dengan nama dagang Cripsa®.[6]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Bromocriptine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Hormon, obat endokrin lain dan kontrasepsi[10] |
Subkelas | Hormon kelamin dan obat yang memengaruhi fertilitas[10] |
Akses | Resep[10] |
Wanita Hamil | FDA: Kategori B[4] TGA: Kategori A[7] |
Wanita Menyusui | Dapat mempengaruhi laktasi[9] |
Anak-anak | Efikasi dan keamanan tidak diketahui pada anak di bawah 8 tahun[2,4,8,9] |
Infant | |
FDA | Approved[9] |