Efek Samping dan Interaksi Obat Estrogen Terkonjugasi
Efek samping estrogen terkonjugasi yang sering adalah breast tenderness, mual dan muntah, rasa kembung, kenaikan berat badan, hiperpigmentasi, nyeri kepala, gatal di vagina, perdarahan pervaginam, serta yang jarang tapi dapat terjadi adalah syok anafilaksis dan tromboembolisme.
Estrogen terkonjugasi juga dapat menimbulkan efek samping pada berbagai sistem organ, seperti sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem neuromuskular dan skeletal, saluran pernapasan atas, serta memicu terjadinya infeksi. Interaksi obat estrogen terkonjugasi dengan obat lain memungkinkan meningkatkan risiko efek samping tersebut.[1,4,6]
Efek Samping
Terdapat beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan dari pemakaian estrogen terkonjugasi, antara lain stroke, tromboembolisme, hipertensi, depresi, ikterus kolestatik, edema, sakit kepala, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada payudara, peningkatan atau penurunan berat badan, alopecia, ginekomastia, dan impotensi. Penggunaan jangka lama estrogen terkonjugasi dinyatakan berpotensi fatal, yaitu berisiko menyebabkan kanker endometrium.[4,5,10]
Penyakit Kardiovaskular
Peningkatan risiko stroke dan deep vein thrombosis (DVT) telah dilaporkan pada terapi estrogen tunggal. Penggunaan estrogen plus progestin juga dilaporkan meningkatkan risiko preeklampsia, DVT, stroke, dan infark miokard.[4,5,10]
Pada studi yang dilakukan Women’s Health Initiative (WHI), secara statistik terjadi peningkatan risiko stroke pada wanita berusia 50 sampai 79 tahun yang diberikan estrogen terkonjugasi dibandingkan pada wanita yang diberikan plasebo (45 versus 33 per 10.000 wanita–tahun).
Masih pada studi WHI, terdapat penurunan risiko penyakit jantung koroner dalam 10 tahun, tetapi tidak signifikan. Pada wanita usia 50–59 tahun yang diberikan estrogen terkonjugasi dibandingkan wanita yang diberikan plasebo (8 versus 16 per 10.000 wanita–tahun).[4,5,10]
Neoplasma Ganas
Pada sebuah studi didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan estrogen tunggal (tanpa kombinasi) pada dosis berapa pun meningkatkan risiko kanker endometrium sebanyak 2–12 kali lipat lebih besar daripada individu yang tidak pernah mendapatkan terapi estrogen.
Risiko kanker endometrium semakin meningkat sampai 15–24 kali lipat bila durasi pemakaian semakin lama, dan tetap tinggi hingga 8 sampai 15 tahun sejak pemberhentian terapi. Karena itu, penggunaan terapi hormonal pada wanita dengan uterus intak disarankan menggunakan kombinasi estrogen dan progestin untuk mengurangi risiko hiperplasia endometrium.[4,5]
Penggunaan estrogen tunggal maupun kombinasi estrogen dan progestin dilaporkan meningkatkan temuan mammogram abnormal, sehingga membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Meski demikian, menurut studi dari WHI, setelah follow up rata–rata 7 tahun, penggunaan estrogen terkonjugasi tunggal sebanyak 0,625 mg per hari tidak berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara invasif.[5,6]
Dementia
Penggunaan estrogen terkonjugasi dilaporkan juga berkaitan dengan terjadinya dementia. Pada studi acak mengenai memori pada pengguna estrogen terkonjugasi yang melibatkan 2.947 wanita berusia 65–79 tahun yang telah menjalani histerektomi, dibagi ke dalam dua kelompok yang menerima estrogen terkonjugasi (0,625 mg) dan plasebo.
Setelah pemantauan rata–rata selama 5,2 tahun, 28 wanita pada kelompok yang diberikan estrogen terkonjugasi dan 19 wanita yang diberikan plasebo dilaporkan mengalami dementia. Risiko absolut dari dementia untuk terapi estrogen terkonjugasi tunggal dibandingkan plasebo adalah 37 versus 25 kasus per 10.000 wanita–tahun.[4–6]
Efek Samping Lain
Efek samping lain yang dilaporkan namun dalam persentase kasus yang kecil adalah:
- Sistem genitourinaria, seperti perdarahan vagina abnormal, dismenore, nyeri pelvis, vaginitis, kandidiasis, hiperplasia endometrium, leukorrhea
- Payudara, seperti pembesaran, nyeri, galaktore, perubahan fibrokistik payudara, ginekomastia pada pria
- Sistem kardiovaskular, seperti emboli paru, tromboflebitis, hipertensi
- Sistem gastrointestinal, seperti mual, muntah, nyeri abdomen, kembung, ikterik kolestatik, gangguan pada kantung empedu, pankreatitis, hepatomegali kolitis iskemik
- Kulit, seperti kloasma atau melasma, eritema multiforme, eritema nodosum, kerontokan, hirsutisme, pruritus, ruam
- Mata, seperti trombosis vaskular retina, intoleransi terhadap lensa kontak
- Sistem saraf pusat, seperti nyeri kepala, migraine, pusing, depresi, kecemasan, gangguan mood, iritabilitas, eksaserbasi epilepsi, meningioma
- Lainnya, yaitu peningkatan atau penurunan berat badan, intoleransi glukosa, edema, perubahan libido, urtikaria, asthma, peningkatan trigliserida, dan hipersensitivitas[4,5]
Interaksi Obat
Metabolisme estrogen terkonjugasi dikatalisis oleh sitokrom hepatik P450 3A4 atau CYP3A4. Oleh karena itu, penginduksi atau penghambat CYP3A4 dapat mempengaruhi metabolisme estrogen.
Penginduksi CYP3A4, seperti sediaan St. John’s wort (hypericum perforatum), phenobarbital, carbamazepine, dan rifampicin, dapat menurunkan konsentrasi plasma estrogen, kemungkinan mengakibatkan penurunan efek terapeutik dan atau perubahan profil perdarahan uterus. Sedangkan dengan lamotrigine, turunan Estrogen dapat menurunkan konsentrasi serum Lamotrigine, sehingga perlu pemantauan terapi.[6,7]
Inhibitor CYP3A4, seperti erythromycin, clarithromycin, ketoconazole, itraconazole, dan ritonavir, dapat meningkatkan konsentrasi estrogen dalam plasma dan dapat menyebabkan efek samping, begitu pula dengan vitamin C. Sedangkan penggunaan dengan kortikosteroid sistemik, turunan estrogen dapat meningkatkan konsentrasi serum kortikosteroid.[6,7]
Penggunaan turunan estrogen dengan beberapa obat lain seperti ajmaline untuk sindrom Brugada, dapat meningkatkan toksisitas obat dan risiko kolestasis dapat meningkat. Penggunaan turunan estrogen dengan Anthrax immune globulin (manusia) dapat meningkatkan efek trombogeniknya.
Pada penggunaan dengan antikoagulan, turunan estrogen dapat mengurangi efek antikoagulan dari obat antikoagulan. Selain itu, efek protrombotik potensial dari beberapa kombinasi estrogen dan progestin–estrogen dapat melawan efek antikoagulan. Pertimbangkan dengan cermat manfaat prospektif estrogen terhadap potensi peningkatan risiko efek prokoagulan dan tromboemboli.[6,7]
Berikut ini beberapa daftar obat yang diduga berinteraksi dengan estrogen terkonjugasi:
- Anastrozol, turunan estrogen dapat mengurangi efek terapeutik anastrozole
- Chenodiol, turunan estrogen dapat mengurangi efek terapeutik chenodiol. Pantau respons klinis terhadap chenodiol dengan cermat jika digunakan bersama dengan turunan estrogen apa pun
- Clozapine, inhibitor CYP1A2 dapat meningkatkan konsentrasi clozapine
- Dantrolene,turunan estrogen dapat meningkatkan efek hepatotoksik dantrolene
- Dehydroepiandrosterone, dapat meningkatkan efek toksik dari turunan estrogen
- Exemestane, turunan estrogen dapat mengurangi efek terapeutik exemestane
- Hemin, turunan estrogen dapat mengurangi efek terapeutik hemin
- Hyaluronidase, turunan estrogen dapat mengurangi efek terapeutik hyaluronidase. Dosis hyaluronidase yang lebih besar mungkin diperlukan. Pertimbangkan modifikasi terapi
- Lenalidomide, turunan Estrogen dapat meningkatkan efek trombogenik[6,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli