Farmakologi Ranitidin
Farmakologi ranitidin adalah sebagai obat penekan asam golongan antagonis reseptor histamin. Ranitidin diserap dengan cepat pada pemberian per oral, namun melalui metabolisme lintas pertama yang ekstensif.[2]
Farmakodinamik
Ranitidin merupakan inhibitor kompetitif reseptor histamin H2. Penghambatan reversibel reseptor H2 di sel parietal lambung menyebabkan pengurangan sekresi, volume, dan konsentrasi asam lambung.
Efek ranitidin lebih jelas dalam menurunkan sekresi asam lambung basal dan nokturnal daripada untuk sekresi asam lambung yang dirangsang oleh makanan. Efek tidak langsung tambahan dari ranitidin adalah penurunan sekresi pepsin dan peningkatan flora bakteri pereduksi nitrat.[1,2]
Farmakokinetik
Profil farmakokinetik ranitidin menunjukkan bahwa obat ini diabsorpsi dengan cepat pada pemberian per oral. Ranitidin didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dan menjalani metabolisme lintas pertama yang ekstensif.[2]
Absorpsi
Ranitidin cepat diabsorpsi dari saluran cerna setelah pemberian oral. Absorpsi ranitidin dari situs parenteral juga cepat setelah injeksi intramuskuler. Meski begitu, ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif jika diberikan per oral.
Bioavailabilitas absolut dari ranitidin dilaporkan sekitar 50%. Bioavailabilitas oral yang serupa juga dilaporkan pada anak usia 3,5 tahun hingga 16 tahun.[2]
Distribusi
Ranitidin didistribusikan secara luas, termasuk ke ASI. Ranitidin dapat menembus sawar darah-otak dan sawar plasenta. Volume distribusi ranitidin adalah 1,4 L/kg. Ikatan protein plasma ranitidin sekitar 15%.[2]
Metabolisme
Ranitidin yang diberikan per oral mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif. Ranitidin dimetabolisme menjadi metabolit utama N-oksida, dan metabolit lainnya berupa S-oksida, dan metabolit N-desmetil.[2]
Eliminasi
Ranitidin utamanya diekskresikan melalui urine dalam bentuk tidak berubah. Ekskresi terjadi sekitar 30% dari dosis oral dan 70% dari dosis intravena melalui urine. Sisanya diekskresikan lewat feses. Waktu paruh eliminasi adalah 2,5-3 jam pada pemberian oral dan 2-2,5 jam pada pemberian intravena.[2,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana