Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Zinc
Penggunaan zinc pada kehamilan membutuhkan perhatian khusus, walaupun belum ada bukti kuat bahwa pada wanita hamil suplementasi zinc dapat menyebabkan efek teratogenik. Zinc juga diekskresikan ke dalam ASI, sehingga disarankan bagi pasien yang sedang mendapat terapi zinc untuk penyakit Wilson agar tidak menyusui anaknya.
Penggunaan Pada Kehamilan
Keamanan penggunaan suplementasi zinc dalam kehamilan masuk dalam kategori C pada food and drug administration (FDA) Amerika Serikat, artinya studi reproduksi pada hewan menunjukkan efek buruk pada fetus, namun belum ada cukup bukti ilmiah pada fetus manusia. Pemberian obat memerlukan pertimbangan untung rugi bagi ibu dan janin.[2]
Sedangkan therapeutic good administrations (TGA) Australia tidak mencantumkan zinc pada daftar kategori obat dalam kehamilan. Zinc termasuk dalam mineral yang dikecualikan dari kategori keamanan TGA. Namun, perlu diperhatikan bahwa semua obat yang dikecualikan tersebut bukan berarti selalu aman digunakan dalam setiap kondisi kehamilan, karena bisa saja terjadi interaksi obat yang tidak diinginkan saat diberikan pada pasien.[7]
Wanita hamil yang menderita penyakit Wilson tidak disarankan untuk menghentikan terapi zinc. Dosis yang dianjurkan pada wanita hamil disarankan untuk dikonsultasikan pada dokter agar dosis yang diberikan tidak menginduksi terjadinya defisiensi tembaga pada fetus.[3]
Penggunaan Pada Laktasi
Zinc diekskresikan ke dalam air susu ibu, sehingga dapat terjadi defisiensi tembaga pada bayi yang sedang menerima ASI dari ibunya. Pada ibu yang harus menerima terapi zinc untuk penyakit Wilson, sebaiknya tidak menyusui bayinya.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH