Pendahuluan Phenylpropanolamine
Phenylpropanolamine (PPA) merupakan dekongestan yang umum digunakan pada berbagai kasus kongesti nasal yang berhubungan dengan alergi, infeksi saluran napas, dan common cold. Phenylpropanolamine juga dapat mengontrol berat badan dan digunakan dalam penatalaksanaan obesitas. Meski demikian, di Indonesia obat ini hanya digunakan sebagai dekongestan. Sementara itu, di Amerika Serikat obat ini sudah tidak digunakan lagi.[1,2]
Phenylpropanolamine adalah agonis reseptor alfa dan beta-adrenergik dengan aktivitas simpatomimetik. Phenylpropanolamine mengikat dan mengaktivasi reseptor alfa dan beta-adrenergik di mukosa saluran pernapasan yang mengakibatkan vasokonstriksi, pengurangan pembengkakan mukosa hidung, dan pengurangan hiperemia jaringan, edema, dan kongesti. Phenylpropanolamine secara tidak langsung merangsang reseptor beta yang menghasilkan takikardia dan efek inotropik positif.[3,4]
Phenylpropanolamine diketahui berhubungan dengan stroke hemoragik, terutama pada wanita. Pada tahun 2000, FDA menarik produk yang mengandung phenylpropanolamine dari pasaran karena adanya potensi risiko ini.[1,2]
Pasien yang menggunakan phenylpropanolamine perlu menyadari bahwa obat ini dapat menyebabkan pusing dan kantuk. Oleh karenanya, tidak disarankan bagi pasien untuk berkendara, menggunakan mesin, atau aktivitas berisiko lainnya saat mengonsumsi obat ini.[5]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Phenylpropanolamine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Dekongestan[3] |
Subkelas | Simpatomimetik[3] |
Akses | Resep |
Wanita hamil | FDA: Kategori C[5] TGA: Kategori B2[6] |
Wanita menyusui | Tidak diketahui apakah disekresikan pada ASI |
Anak-anak | Tidak disarankan untuk anak di bawah 6 tahun[7] |
FDA | Discontinued |