Kontraindikasi dan Peringatan Clozapine
Kontraindikasi absolut dan peringatan yang perlu diperhatikan terhadap penggunaan clozapine pada pasien yang mengalami reaksi hipersensitivitas dan riwayat agranulositosis atau granulositopenia.[1,2,10,13]
Kontraindikasi
Penggunaan clozapine dikontraindikasikan pada pasien-pasien dengan
- Riwayat hipersensitivitas terhadap clozapine
- Pasien yang tidak bisa melakukan pemeriksaan darah rutin
- Riwayat granulositopenia atau agranulositosis toksik atau idiosinkratik, kecuali yang diinduksi oleh kemoterapi
- Riwayat agranulositosis akibat penggunaan clozapine
- Fungsi sumsum tulang (bone marrow) yang terganggu
Epilepsi yang tidak terkontrol
- Psikosis akibat alkohol atau psikosis organik toksik lainnya, intoksikasi zat, atau keadaan koma
- Gangguan sirkulasi atau kerusakan sistem saraf pusat dengan penyebab apapun
- Gangguan ginjal atau jantung yang berat, misalnya miokarditis
- Penyakit hepar yang aktif, penyakit hepar yang progresif, atau gagal hepar
- Ileus paralitik
Pemberian clozapine sebaiknya tidak dimulai dulu bila pasien masih menggunakan zat atau obat yang diketahui mempunyai efek ke sumsum tulang dan berpotensi menimbulkan agranulositosis. Clozapine juga sebaiknya tidak diberikan bersama dengan antipsikosis depot. Antipsikotik depot bisa dipertimbangkan pada pasien schizophrenia yang tidak patuh minum obat, namun dengan pemantauan ketat efek samping.[1,2,10,13]
Peringatan
Peringatan khusus telah diberikan oleh FDA dalam bentuk black box warning terhadap penggunaan clozapine. Ini mencakup risiko agranulositosis dan hipotensi ortostatik.
Agranulositosis
Adanya risiko agranulositosis berpotensi fatal pada penggunaan clozapine, sehingga penggunaannya harus sesuai indikasi. Sebelum dilakukan terapi clozapine, harus dipastikan baseline absolute neutrophils count (ANC), yakni ≥1500/ mm3 pada populasi umum dan ≥1000/ mm3 pada benign ethnic neutropenia. Pemantauan jumlah sel darah putih (WBC) dan absolute neutrophil count (ANC) dilakukan terjadwal setiap minggu dalam 6 bulan pertama.
Apabila nilai WBC 3500/ mm3 dan ANC ≥2000/ mm3 telah dipertahankan selama 6 bulan pertama, terapi clozapine dapat dilanjutkan dan dilakukan pemantauan setiap 2 minggu selama 6 bulan berikutnya. Selanjutnya, jika nilai WBC dan ANC tersebut tetap dapat dipertahankan selama 6 bulan kedua, maka terapi tetap dilanjutkan dan pemantauan dilakukan setiap 4 minggu.
Sarankan pasien untuk segera memberitahu gejala dan atau tanda yang konsisten dengan kondisi neutropenia berat atau infeksi, seperti demam, lemah, lesu, serta sakit tenggorokan. Apabila terapi clozapine dihentikan, pemantauan nilai WBC dan ANC harus dipantau setiap minimal 4 minggu sejak hari penghentian atau sampai WBC 3500/ mm3 dan ANC 2000/ mm3.[1,2,10,13]
Hipotensi Ortostatik, Bradikardia, Sinkop
Hipotensi ortostatik, bradikardia, sinkop, dan henti jantung dapat terjadi pada penggunaan clozapine. Risiko tertinggi terjadi selama periode titrasi awal, terutama dengan peningkatan dosis yang cepat. Dapat terjadi pada dosis pertama dan dengan dosis serendah 12,5 mg/ hari, sehingga diperlukan kewaspadaan terutama dengan riwayat penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, atau kondisi yang menjadi predisposisi hipotensi.[1,2,10,13]
Kejang
Dosis clozapine menjadi prediktor kejang yang penting, dengan kemungkinan risiko kejang lebih besar pada penggunaan clozapine dosis tinggi, terutama dengan titrasi cepat serta lebih sering terjadi pada pasien yang lebih muda. Perhatian khusus diperlukan terutama pada individu dengan riwayat kejang atau faktor predisposisi kejang lainnya.[1,2,10,13]
Miokarditis dan Kardiomiopati
Kejadian miokarditis dan kardiomiopati berpotensi fatal dilaporkan terjadi pada penggunaan clozapine. Nilai brain natriuretic peptide (BNP) dapat digunakan untuk melakukan monitoring dan deteksi miokarditis dini tanpa gejala.
Miokarditis akibat clozapine merupakan komplikasi yang jarang terjadi, dapat mempengaruhi < 3% pasien dan lebih sering terjadi selama 4 minggu pertama terapi. Tanda dan gejalanya dapat bervariasi, mulai dari atipikal, penyakit seperti flu hingga gejala pernapasan dan kardiovaskular. Evaluasi jantung secara ketat diperlukan saat terapi clozapine.[1,2,10,13]
Peningkatan Kematian Pada Geriatri Dengan Psikosis Terkait Demensia
Geriatri dengan psikosis terkait demensia yang diobati dengan obat antipsikotik berisiko tinggi mengalami kematian. Dalam analisis 17 uji klinis, didapatkan risiko kematian pasien dengan terapi sekitar 1,6-1,7 kali dengan tingkat kematian 4,5% dibandingkan dengan tingkat kematian 2,6% pada kelompok placebo. Diketahui penyebab kematian terbanyak adalah gangguan kardiovaskuler dan pneumonia.[1,2,5,10,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ