Pendahuluan Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin untuk profilaksis infeksi campak, atau measles, atau rubeola. Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup dengan strain yang dilemahkan. Vaksin campak dapat diberikan sejak bayi berusia 9 bulan, dan diberikan dalam 2 dosis. Masing-masing dosis adalah sebanyak 0,5 mL, yang biasa disuntikkan secara subkutan pada otot deltoid lengan kiri.[1,2]
Vaksin campak yang tersedia di Indonesia adalah dalam bentuk kombinasi, yaitu measles-rubella (MR) dan mumps-measles-rubella (MMR). Vaksin campak termasuk dalam lima imunisasi dasar yang wajib dilakukan, dan termasuk dalam jadwal imunisasi anak usia 0–18 tahun berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).[2,3]
Efek samping tersering dari vaksin campak adalah demam dan nyeri ringan di lokasi suntikan. Reaksi alergi setelah pemberian vaksin, misalnya kemerahan atau urtikaria pada lokasi penyuntikan juga dapat terjadi, tetapi jarang. Selain itu, reaksi hipersensitivitas berupa anafilaksis juga pernah dilaporkan terjadi pascavaksinasi.[4]
Vaksin mengandung virus campak termasuk ke dalam kategori C oleh Food and Drugs Administration (FDA). Sebaiknya, tunda kehamilan selama 3 bulan sejak pemberian vaksin. Pada ibu menyusui, penggunaan vaksin ini diperbolehkan.[5]
Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin, misalnya gelatin dan neomycin, serta pada pasien immunocompromised, misalnya penderita human immunodeficiency virus (HIV) dengan gejala berat. Pasien yang menggunakan obat-obatan imunosupresan, seperti prednisone atau tacrolimus juga dikontraindikasikan untuk menerima vaksin campak.[4,6]
Peringatan pada vaksin campak diberikan pada pasien yang menerima transfusi darah yang mengandung antibodi, seperti imunoglobulin. Setelah menerima produk darah, tunda vaksinasi minimal 3 bulan. Selain itu, tes tuberkulin kulit sebaiknya dilakukan sebelum, bersamaan, atau 4 minggu setelah vaksin campak. Hal ini bertujuan untuk menghindari supresi respon tubuh pada pasien tuberkulosis.[4,6]
Pengawasan klinis diperlukan terhadap potensi terjadinya efek samping akibat vaksin campak, misalnya reaksi anafilaksis yang bisa berakibat fatal. Selain itu, pengawasan diperlukan terhadap risiko kejang demam yang meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga epilepsi, atau kejang terkait etiologi lain. Pengawasan klinis terhadap trombositopenia juga diperlukan, terutama bagi pasien dengan riwayat purpura dan trombositopenia terdahulu.[2,4]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Campak
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin, serum, dan immunoglobulin[7] |
Subkelas | Vaksin[7,8] |
Akses | Resep[7,8] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C[5] Kategori Therapeutic Goods Administration (TGA) : B2[9] |
Wanita menyusui | Data tentang ekskresi pada ASI tidak diketahui[5] |
Anak-anak | Aman digunakan pada anak[2] |
Infant | Aman digunakan pada bayi mulai usia 9 bulan[6] |
FDA | Approved (dalam bentuk vaksin kombinasi)[6] |
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra