Pendahuluan Vaksin COVID-19 AstraZeneca
Vaksin COVID-19 AstraZeneca merupakan salah satu vaksin yang dikembangkan pada tahun 2020 untuk pencegahan COVID-19, yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Vaksin ini dikembangkan atas kerjasama Jenner Institute Universitas Oxford dengan perusahaan farmasi Advent Srl. Saat ini, vaksin COVID-19 AstraZeneca telah mendapatkan emergency use authorization (EUA) dari badan pengawas obat dan makanan (BPOM) sehingga dapat digunakan di Indonesia.[1,2]
COVID-19 merupakan penyakit yang menyebabkan pandemi sehingga dikembangkan berbagai vaksin untuk mencapai herd immunity, termasuk vaksin COVID-19 AstraZeneca. Vaksin ini mengandung DNA virus SARS-CoV-2 di dalam adenovirus simpanse, yang sudah tidak memiliki kemampuan bereplikasi tetapi mampu memproduksi glikoprotein spike SARS-CoV-2.[1–3]
Setelah pemberian vaksin, glikoprotein spike tersebut akan diekspresikan secara lokal sehingga menstimulasi respon antibodi dan imunitas seluler. Vaksin AstraZeneca sempat mendapat ijin emergency use authorization dengan efikasi vaksin mencapai 62,10% setelah 15 hari pemberian dosis kedua. Akan tetapi, pada tahun 2023 vaksin AstraZeneca sudah tidak diijinkan penggunaan daruratnya sebagai preprofilaksis infeksi SARS-CoV-2 oleh FDA.[4,15]
Data keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca didapatkan dari analisis interim di United Kingdom, Brazil, dan Afrika Selatan. Efek samping yang paling sering dilaporkan antara lain rasa nyeri atau tidak nyaman pada area injeksi, sakit kepala, lelah, mialgia, malaise, demam, menggigil, arthralgia, dan mual. Terdapat laporan efek samping trombosis dengan trombositopenia, walaupun manfaat vaksin secara keseluruhan masih tetap positif.[2,3,8,14]
Nama generik: Recombinant Adenovirus (ChAdOx 1) Vector SARS-COV-2[1,2,5]
Sinonim: AZD-1222, Vaxzevria[1,14]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin COVID-19 AstraZeneca
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin[2,5] |
Subkelas | Recombinant adenovirus vector vaccine[1,2] |
Akses | Resep[2,3] |
Wanita hamil | Data mengenai penggunaan pada kehamilan masih terbatas[2,3] |
Wanita menyusui | Belum diketahui apakah vaksin diekskresikan di air susu ibu[2,3,6] |
Anak-anak | Belum ada data keamanan dan efikasi pada anak-anak[2,3,6] |
Infant | Belum ada data keamanan dan efikasi pada bayi[2,3,6] |
FDA | Vaksin ini sudah tidak mendapat ijin emergency use authorization (EUA) dari FDA[7] |
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli