Pedoman penggunaan antiretroviral (ARV) dalam manajemen HIV pasien remaja dan dewasa telah dipublikasikan oleh Department of Health and Human Services Amerika Serikat pada tahun 2024. Pembaruan pada pedoman ini mencakup rekomendasi tentang terapi ARV pada pasien kandidat atau penerima organ transplantasi, perubahan regimen terapi inisial pada pasien yang belum pernah mendapat ARV, serta perubahan terapi pada kasus HIV dengan kegagalan virologi.
Pedoman ini juga membahas mengenai optimalisasi rejimen ARV. Selain itu, salah satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah manajemen interaksi obat beserta efek sampingnya, dan pemberian terapi ARV pada populasi tertentu termasuk penderita hepatitis B atau tuberkulosis.[1]
Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini
Penyakit | Infeksi HIV |
Tipe | Penatalaksanaan |
Yang Merumuskan | Department of Health and Human Services |
Tahun | 2024 |
Negara Asal | Amerika Serikat |
Dokter Sasaran | Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Umum |
Penentuan Tingkat Bukti
Pembaruan pedoman ini disusun dan didukung oleh National Institutes of Health (NIH) Office of AIDS Research Advisory Committee (OARAC) Amerika Serikat melalui proses peninjauan kembali terhadap bukti baru, relevansi penelitian sebelumnya dan berbagai literatur yang dipublikasikan tentang pendekatan diagnosis, pencegahan dan tata laksana HIV. Data yang diambil juga mencakup data yang tersedia dalam label obat FDA.[1]
Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda
Rekomendasi yang akan dibahas di sini berfokus pada rekomendasi penggunaan ARV pada pasien HIV remaja dan dewasa. Pemilihan ARV harus disesuaikan berdasarkan pada kondisi virologi, uji resistensi, kondisi komorbiditas orang dengan HIV, dan potensi efek samping yang dapat muncul. Pada wanita dewasa yang berpotensi hamil, tes kehamilan harus dilakukan terlebih dulu dan pilihan ARV akan disesuaikan dengan rekomendasi pedoman HIV dengan kehamilan.[1]
Regimen Awal yang Direkomendasikan untuk Sebagian Besar Orang dengan HIV
- Pemberian ARV direkomendasikan sedini mungkin setelah diagnosis HIV ditegakkan tanpa memandang berapapun nilai CD4.
Bagi pasien yang memiliki riwayat penggunaan CAB-LA (Long-Acting Cabotegravir), uji resistensi genotipe sebaiknya dilakukan sebelum memulai terapi ARV. Bila pemberian ARV harus dilakukan sebelum uji resistensi genotipe, maka dapat direkomendasikan regimen berikut:
- DRV (danuravir) dengan TAF (tenofovir alafenamide) atau TDF (tenofovir disoproxil fumarate) + FTC (emtricitabine) atau 3TC (lamivudine)
Bagi pasien yang tidak memiliki riwayat penggunaan CAB-LA (Long-Acting Cabotegravir) dapat direkomendasikan regimen berikut:
- BIC (bictegravir)/TAF/FTC
- DTG (dolutegravir) + TAF atau TDF + FTC atau 3TC
Pada kondisi khusus di mana ABC (abacavir)/TAF/TDF tidak memungkinkan diberikan, dan pasien menunjukkan hasil pemeriksaan viral load < 50.000 copy/ml, sensitif terhadap integrase strand transfer inhibitors (INSTI) dan 3TC, maka dapat direkomendasikan kombinasi regimen DTG/3TC.[1]
Tabel 2. Pilihan ARV pada Kebanyakan Kasus HIV Tanpa Kondisi Khusus
Riwayat | Pilihan Regimen ARV | Keterangan |
Tidak ada riwayat penggunaan CAB-LA sebagai profilaksis prapajanan | BIC/TAF/FTC | |
DTG + TAF atau TDF + FTC atau 3TC) | ||
DTG/3TC | Kecuali jika hasil pemeriksaan HIV RNA >500,000 copy/mL, ada koinfeksi hepatitis B, atau jika ARV akan dimulai sebelum ada hasil pemeriksaan genotypic resistance terhadap reverse transcriptase | |
Ada riwayat penggunaan CAB-LA | DRV dengan TAF atau TDF + FTC atau 3TC | Regimen dipakai jika belum ada hasil uji resistensi genotipe |
Sumber: dr. Meili Wati, Alomedika, 2025.[1]
Tabel 3. Pilihan Antiretroviral pada Kasus dengan Skenario Klinis Tertentu
Tipe Regimen | Regimen | Skenario Klinis | Pertimbangan Khusus |
Integrase strand transfer inhibitor (INSTI) + 2 nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) | DTG/ABC/3TC jika HLA-B*5701 negatif | Jika ada kekhawatiran tentang efek samping yang berhubungan dengan ginjal atau tulang menghalangi penggunaan TDF atau TAF | ● Lakukan uji HLA-B*5701 sebelum meresepkan ABC dan jangan resepkan jika HLA-B*5701 positif. ● Hindari penggunaan ABC bagi pasien dengan risiko kardiovaskular. ● Jangan gunakan pada orang dengan koinfeksi hepatitis B kecuali obat yang aktif terhadap virus hepatitis B, seperti entecavir, juga digunakan. ● Jangan gunakan setelah terpapar CAB-LA kecuali genotipe INSTI menunjukkan sensitivitas. |
Protease inhibitor (PI) + 2 NRTI | DRV + TAF atau TDF + FTC atau 3TC | Jika perlu menghindari penggunaan INSTI | |
DRV + ABC/3TC | Jika perlu menghindari penggunaan INSTI tetapi TDF atau TAF tidak bisa dipilih karena ada kekhawatiran terkait risiko efek samping ginjal atau tulang | ||
NNRTI + 2 NRTI | DOR/TDF/3TC atau DOR + TAF/FTC | Jika perlu menghindari penggunaan INSTI dan PI | |
RPV/TAF/FTC |
Sumber: dr. Meili Wati, Alomedika, 2025.[1]ss
Regimen Lain yang Direkomendasikan untuk Orang dengan HIV pada Kondisi Khusus
- Pada orang dengan HIV yang memiliki hasil uji HLA-B*5701-negatif dapat diberikan regimen DTG/ABC (abacavir) /3TC. Regimen ini tidak direkomendasikan untuk pasien yang memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Pada orang dengan HIV yang memiliki hasil uji resistensi terhadap INSTI dapat diberikan regimen berikut:
- DRV + TAF atau TDF + FTC atau 3TC
- DRV + ABC atau 3TC
- DOR (doravirine)/TDF/3TC atau DOR + TAF/FTC
- RPV (rilpivirine)/TAF/FTC
Lansia:
Pada pasien usia lanjut, pemberian ARV tetap direkomendasikan karena lansia lebih berisiko tinggi mengalami komplikasi non-AIDS atau terkena infeksi oportunistik akibat HIV. Diperlukan monitoring secara rutin terkait ada tidaknya polifarmasi, efek samping, interaksi obat serta kondisi metabolik pasien selama pemberian ARV.
Koinfeksi Hepatitis:
Pada pasien dengan kondisi infeksi hepatitis B atau hepatitis C, pemberian ARV tetap direkomendasikan dan dikombinasi dengan obat aktif hepatitis seperti TAF/TDF/entecavir. Tidak direkomendasikan menghentikan obat hepatitis karena dapat menyebabkan reaktivasi HBV yang akan meningkatkan kerusakan sel hepar.
Transplantasi Organ:
Pada orang dengan HIV yang dinyatakan cocok untuk menjadi donor atau penerima transplantasi organ, pemberian ARV tetap direkomendasikan. Supresi kadar virus HIV sebelum dan sesudah menerima transplantasi serta penggunaan terapi imunosupresif dan profilaksis sangat penting guna mencegah terjadinya infeksi oportunistik pada pasien. Pemilihan ARV lebih disarankan yang memiliki risiko interaksi lebih rendah dengan obat-obat yang bersifat imunosupresi.
Koinfeksi Tuberkulosis:
Pada orang dengan HIV dengan koinfeksi tuberkulosis (TB), diperlukan pertimbangan khusus dalam regimen ARV yang digunakan. Pada kasus TB laten, direkomendasikan pemberian isoniazid (INH) + rifapentine 1 kali/minggu selama 3 bulan dan INF + rifapentine 1 kali/hari selama 1 bulan. Regimen ini tidak direkomendasikan pada pasien yang menggunakan terapi DTG.
Pada kasus TB aktif yang belum pernah menjalani terapi ARV, rekomendasi terapi sebagai berikut:
- Jumlah sel limfosit T CD4 < 50 sel/mm3: Pemberian ARV segera setelah 2 minggu memulai pengobatan TB.
- Jumlah sel limfosit T CD4 > 50 sel/mm3: Pemberian ARV dapat dimulai setelah 2 minggu hingga 8 minggu memulai pengobatan TB.
- Pada kehamilan, pemberian ARV dapat diberikan sedini mungkin tanpa memandang jumlah CD4, untuk mencegah penularan HIV ke bayi.
- Pada pasien dengan meningitis TB, pemberian ARV dapat diberikan setelah kondisi meningitis terkendali dan setelah 2 minggu memulai pengobatan TB.[1]
Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia
Di Indonesia, pedoman manajemen HIV pada remaja dan dewasa tertuang di Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2019. Dalam pedoman ini, terapi ARV lini pertama yang direkomendasikan adalah TDF + 3TC(atau FTC) + efavirenz (EFV).[2]
Kesimpulan
Pedoman mengenai penggunaan antiretroviral (ARV) dalam manajemen terapi HIV pada remaja dan dewasa dipublikasikan oleh Department of Health and Human Services Amerika Serikat tahun 2024. Poin penting yang perlu diingat dalam pedoman ini adalah:
- Inisiasi terapi ARV perlu dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis
- Pada kebanyakan pasien HIV yang tidak memiliki riwayat penggunaan long-acting cabotegravir (CAB-LA), dapat diberikan regimen BIC (bictegravir)/TAF (tenofovir alafenamide)/FTC (emtricitabine). Pilihan regimen lain adalah DTG (dolutegravir) + TAF atau TDF (tenofovir disoproxil fumarate) + FTC atau 3TC (lamivudine)
- Pada kebanyakan pasien HIV yang memiliki riwayat penggunaan CAB-LA, dapat diberikan regimen DRV (danuravir) dengan TAF atau TDF + FTC atau 3TC