Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Kista Pilonidal annisa-meidina 2023-10-03T08:22:25+07:00 2023-10-03T08:22:25+07:00
Kista Pilonidal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Kista Pilonidal

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari
Share To Social Media:

Kista pilonidal adalah kondisi yang menyebabkan infeksi kulit yang berhubungan dengan terbentuknya abses dan sinus yang umumnya mengandung rambut dekat bagian atas bokong pada celah gluteal. Kista pilonidal dapat sulit ditata laksana dengan risiko rekurensi yang cukup tinggi.

Celah gluteal adalah alur pada midline kedua gluteus yang memanjang dari bawah sakrum ke perineum, superior dari anus. Area predileksi lainnya adalah tangan, sela-sela jari, dan periungual; di mana pasien dengan predileksi ini seringkali memiliki riwayat paparan pekerjaan sebagai tukang cukur, penata rambut, atau groomer hewan.[1,4]

pilonidal, kelainan kulit, kista pilonidal, abses pilonidal, sinus pilonidal, penyakit pilonidal, lesi kulit, alomedika Sumber: Openi, 2014.

Kista pilonidal diperkirakan terjadi karena reaksi kulit dan jaringan lunak terhadap ingrown hair yang dianggap benda asing sehingga menimbulkan reaksi inflamasi dan granuloma. Faktor risiko kista pilonidal meliputi jenis kelamin laki-laki, riwayat kista pilonidal dalam keluarga, gaya hidup sedentari, obesitas, trauma atau iritasi pada area celah gluteal, hirsute habitus, dan kebersihan yang buruk.[1,2,5,6]

Kata “pilonidal” berasal dari bahasa Latin pilus yang berarti "rambut," dan nidus yang berarti "sarang." Kista pilonidal memberikan spektrum presentasi klinis, mulai dari kista dan sinus yang mengandung rambut dengan/tanpa gejala, hingga infeksi seperti abses simtomatik di daerah sacrococcygeal. Keadaan ini memiliki kecenderungan untuk mengalami rekurensi.[1–4]

Kista pilonidal, terutama jika terinfeksi, dapat menyerupai kondisi lain seperti abses perianal, fistula anorektal, folikulitis, dan hidradenitis suppurativa. Diagnosis kista pilonidal ditegakkan secara klinis dari adanya sinus yang bermuara di permukaan kulit, dan sering ditemukan pada area sacrococcygeal.

Bila terbentuk massa tanpa tanda inflamasi, dapat dicurigai kista pilonidal. Sedangkan abses pilonidal dapat dicurigai pada keadaan di mana sudah terjadi infeksi dan terbentuk abses.[1,2]

Kista pilonidal yang tidak disertai keluhan klinis bermakna tidak memerlukan tata laksana khusus. Akan tetapi, pasien perlu diedukasi untuk menjaga kebersihan dan mengangkat rambut atau epilasi pada area lesi setiap 1–2 minggu. Pasien juga harus diedukasi terkait faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti penurunan berat badan, dan modifikasi gaya hidup untuk mencegah rekurensi.

Tata laksana nonoperatif seperti penggunaan fenol dapat dipertimbangkan. Pemberian antibiotik profilaksis rutin tidak direkomendasikan pada mereka tanpa imunodefisiensi, tanda selulitis, dan bukti infeksi bakterial. Tata laksana operatif terutama pada kista pilonidal akut dengan abses maupun kronis meliputi insisi dan drainase maupun dengan eksisi bedah [1,2,4–6]

Referensi

1. Johnson EK, Weiser M. Pilonidal Disease. UpToDate. 2023. https://www.uptodate.com/contents/pilonidal-disease#H12651838
2. Nixon AT, Garza RF. Pilonidal Cyst And Sinus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557770/
3. Kyofman A, Long BJ. Pilonidal Cyst and Sinus. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/788127-overview
4. Wood J. What primary care clinicians need to know about pilonidal disease. Journal of the American Academy of Physician Assistants. 2021;34(11):34–7.
5. Khanna A. Pilonidal disease. Clinics in Colon and Rectal Surgery. 2011;24(01):046–53.
6. Johnson, EK, Vogel JD, Cowan ML, et al.The American Society of Colon and Rectal Surgeons’ Clinical Practice Guidelines for the Management of Pilonidal Disease. Diseases of the Colon & Rectum. 2019. 62(2):p 146-157

Patofisiologi Kista Pilonidal
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 31 Januari 2024, 08:57
Pilihan Terapi Bedah pada Kista dan Sinus Pilonidal - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Kista dan sinus pilonidal terjadi akibat hiperkeratosis sehingga menyebabkan obstruksi folikel rambut. Saat ini, kondisi ini telah dianggap...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.