Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Kista Pilonidal annisa-meidina 2023-10-03T08:35:12+07:00 2023-10-03T08:35:12+07:00
Kista Pilonidal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Kista Pilonidal

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari
Share To Social Media:

Patofisiologi kista pilonidal dicurigai berhubungan dengan folikel rambut yang terperangkap pada kulit maupun jaringan lunak. Folikel rambut berhubungan dengan kelenjar sebasea dan erektor pili, di mana satu kesatuan struktur ini disebut pilosebasea.

Folikel rambut yang terperangkap dapat tersumbat, kemudian struktur pilosebasea ikut distensi, dan mengalami inflamasi dan edema, serta dapat ruptur. Adanya ruptur maupun infeksi sekunder folikel rambut yang tersumbat dapat membentuk abses pilonidal. Sinus pilonidal terbentuk berdasarkan arah folikel dan dipengaruhi oleh adanya gesekan.[1,4,10,11]

Patofisiologi Kista Pilonidal pada Celah Gluteal

Celah gluteal merupakan salah satu area predileksi kista pilonidal. Celah gluteal meregang ketika seseorang duduk atau membungkuk, sehingga dapat mematahkan atau menghancurkan folikel rambut dan membuka pori-pori di area celah gluteal. Rambut yang rontok dari kepala, punggung, atau bokong dapat bersarang dan tersangkut di pori-pori.

Dengan gerakan meregang, kulit ditarik kencang di atas celah gluteal, sehingga menciptakan tekanan negatif pada lapisan subkutan. Tekanan negatif ini menarik rambut lebih jauh ke dalam pori-pori. Adanya gesekan menyebabkan rambut membentuk sinus.[1–3]

Sinus dan kista dapat dibedakan secara mikroskopis, di mana sinus dilapisi dengan epitel skuamosa bertingkat dengan sedikit cornification atau proses diferensiasi keratin. Sementara dinding rongga kista dilapisi dengan jaringan granulasi serta dapat mengandung rambut dan debris epitel. Epitel pada dinding kista tidak sebanyak pada dinding sinus.[3,5]

Bila terjadi infeksi sekunder, sinus dapat berkembang menjadi abses subkutan akut yang menyebar di sepanjang celah gluteal. Abses dapat pecah secara spontan sehingga memerlukan tindakan insisi drainase. Infeksi berulang atau kronis juga dapat berkembang di daerah yang sama karena adanya sisa rambut yang tertahan atau residu yang terinfeksi.[1,4]

Kista Pilonidal Rekurens

Seringkali kista pilonidal rekurensi terjadi pada kasus yang sudah mengalami infeksi sebelumnya. Luas lesi dan progresivitas penyakit juga memengaruhi kejadian rekurensi. Terdapat 3 variabel yang dapat menentukan rekurensi dan persistensi kista pilonidal, yaitu loose hair atau ‘‘invader’’ (H), force (F), dan vulnerability (V).

Ketika sudah terjadi insersi sehelai rambut (H), rambut lainnya akan lebih mudah menginvasi lesi. Force (F) adalah yang memengaruhi insersi rambut, seperti kedalaman lesi, dan gesekan/friksi pada area pilonidal. Sedangkan vulnerability (V) adalah kerentanan jaringan dan kulit, misalnya adanya infeksi sekunder bakteri, hipoksia jaringan yang lebih dalam karena kista pilonidal persisten.[10,11]

Referensi

1. Johnson EK, Weiser M. Pilonidal Disease. UpToDate. 2023. https://www.uptodate.com/contents/pilonidal-disease#H12651838
2. Nixon AT, Garza RF. Pilonidal Cyst And Sinus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557770/
3. Kyofman A, Long BJ. Pilonidal Cyst and Sinus. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/788127-overview
4. Wood J. What primary care clinicians need to know about pilonidal disease. Journal of the American Academy of Physician Assistants. 2021;34(11):34–7.
5. Khanna A. Pilonidal disease. Clinics in Colon and Rectal Surgery. 2011;24(01):046–53.
10. Mahmood F, Hussain A, Akingboye A. Pilonidal sinus disease: Review of current practice and prospects for endoscopic treatment. Ann Med Surg (Lond). 2020 Aug 1;57:212-217. doi: 10.1016/j.amsu.2020.07.050. PMID: 32793341; PMCID: PMC7415633.
11. Martel JL, Miao JH, Badri T. Anatomy, Hair Follicle. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470321/

Pendahuluan Kista Pilonidal
Etiologi Kista Pilonidal
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 31 Januari 2024, 08:57
Pilihan Terapi Bedah pada Kista dan Sinus Pilonidal - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Kista dan sinus pilonidal terjadi akibat hiperkeratosis sehingga menyebabkan obstruksi folikel rambut. Saat ini, kondisi ini telah dianggap...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.