Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Keracunan Makanan general_alomedika 2023-08-10T11:38:09+07:00 2023-08-10T11:38:09+07:00
Keracunan Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi kesehatan

Diagnosis Keracunan Makanan

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Diagnosis keracunan makanan perlu dicurigai jika pada temuan klinis terdapat gangguan gastrointestinal, neurologis, dan/atau renal setelah riwayat konsumsi makanan ataupun minuman.

Diagnosis penyakit ini terutama dicurigai jika terjadi bersamaan pada sekelompok orang. Pemeriksaan penunjang umumnya hanya digunakan pada beberapa kasus tertentu.[5]

Anamnesis

Pasien yang mengalami keracunan makanan terutama gejala gastrointestinal seperti muntah dan diare. Gejala lain yang dapat muncul adalah demam, diare berdarah, nyeri perut, nyeri kepala, dehidrasi, mialgia, dan arthralgia. Namun, tingkat keparahan dapat bervariasi mulai dari gejala ringan yang dapat dirawat jalan sampai ke penyakit berat yang membutuhkan rawat inap.[22]

Jarak waktu antara konsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab dan munculnya gejala menjadi hal penting karena hal ini berbeda-beda antar patogen, namun gejala diare akut akibat keracunan makanan biasanya terjadi kurang dari 2 minggu.[51]

Bahan kimia biasanya menimbulkan gejala dalam hitungan menit; toksin yang diproduksi di luar tubuh dapat menimbulkan gejala dalam hitungan jam; sedangkan bakteri dan virus dapat menimbulkan gejala dalam hitungan jam hingga hari.

Beberapa patogen juga dapat menimbulkan penyakit dalam hitungan minggu seperti virus hepatitis A dan listeria. Karakteristik feses juga penting karena dapat membedakan patogen penyebab.[5]

Selain menggali gejala yang timbul, sumber penularan juga perlu diidentifikasi. Riwayat konsumsi daging atau ikan yang kurang matang, produk susu yang tidak dipasteurisasi, makanan kaleng, produk daging olahan, ikan atau produk laut yang tidak segar, dan air yang terkontaminasi atau yang tidak direbus terlebih dahulu perlu ditanyakan. Riwayat bepergian dan penggunaan antibiotik juga dapat ditanyakan untuk mengeliminasi penyebab diare yang lain.[23]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda vital dan status hidrasi penting untuk menilai banyaknya cairan yang keluar. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara menyeluruh untuk menentukan ada tidaknya komplikasi keracunan makanan yang berbahaya. Hasil pemeriksaan fisik yang perlu diwaspadai adalah:

  • Tanda vital: Takikardia, hipotensi, peningkatan suhu
  • Neurologi: Penurunan kesadaran, pandangan buram, parestesia kelemahan ekstremitas, adanya tanda rangsang meningeal, paralisis,
  • Kulit: Ruam, flushing, turgor kulit, ikterus
  • Gastrointestinal: Nyeri tekan, peningkatan bising usus, diare berdarah
  • Muskuloskeletal: Artralgia, mialgia[23]

Diagnosis Spesifik Keracunan Makanan

Diagnosis banding keracunan makanan adalah etiologi spesifik penyebab masing-masing keracunan makanan yang perlu dibedakan berdasarkan gejala, lama masa inkubasi, dan durasi penyakit.[8,9]

Diagnosis Banding

Keracunan makanan perlu diidentifikasi penyebabnya untuk memberikan penanganan yang tepat. Pada keracunan makanan yang disebabkan oleh virus, umumnya dapat sembuh sendiri. Tabel 2 menunjukkan diagnosis keracunan makanan yang disebabkan oleh virus.[24]

Tabel 2. Diagnosis Banding Keracunan Makanan Akibat Virus

Patogen Inkubasi Tanda dan Gejala Durasi Sumber Penularan
Hepatitis A 15–50 hari Nyeri perut, urin pekat, diare, demam, nyeri kepala, ikterus, mual 2–12 minggu Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak
Norovirus 12–48 jam Nyeri perut dan diare (pada dewasa); demam, nyeri kepala, mual, dan muntah (pada anak) 12–60 jam Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak
Rotavirus 1–2 hari Demam tiba-tiba, diikuti diare dan muntah 3–7 hari Air atau makanan yang terkontaminasi feses

Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[24]

Sementara, infeksi akibat protozoa, jamur, maupun bakteri memerlukan terapi khusus. Kasus dimana infeksi diakibatkan oleh bakteri, terdapat beberapa gejala yang spesifik spesifik seperti diare berdarah.

Beberapa kasus keracunan makanan karena bakteri Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus disebabkan oleh konsumsi makanan laut seperti kerang yang mentah atau tidak dimasak dengan baik. Diagnosis keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Diagnosis Keracunan Makanan Akibat Bakteri

Patogen Inkubasi Tanda dan Gejala Durasi Sumber Penularan

Bacillus anthracis (anthrax)

2 hari–minggu Mual, muntah, malaise, diare berdarah, nyeri perut akut Hitungan minggu
Bacillus cereus 10–16 jam Nyeri perut, mual, diare berair 24–48 jam Daging, saus vanila

Brucella (brucellosis)

5 hari–5 bulan Demam, keringat dingin, malaise, anoreksi, nyeri kepala, artralgia, mialgia, dapat perburukan menjadi artritis, endokarditis, dan gangguan neurologis Bervariasi Produk susu yang tidak dipasteurisasi, daging yang tidak matang
Campylobacter jejuni 2–5 hari Nyeri perut, diare (dapat berdarah), demam, muntah 2–10 hari Air yang terkontaminasi, unggas mentah atau kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi
Clostridium botulinum 12–72 jam Pandangan buram atau ganda, diare, kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas, muntah, dapat menyebabkan kegagalan respiratori dan kematian Bervariasi Ikan yang difermentasi, makanan kaleng, kentang yang dipanggang alumunium foil
Clostridium perfringens 8–16 jam Nyeri perut hebat, diare berair 24 jam Makanan kering atau yang telah dimasak dalam kemasan, daging, unggas, makanan yang tidak matang

Enterohemorrhagic E. coli

1–8 hari Nyeri perut, diare berat (sering berdarah), muntah, dapat menyebabkan gagal ginjal 5–10 hari Air minum dan bahan mentah yang terkontaminasi, daging yang tidak matang, susu yang tidak dipasteurisasi
Enteropathogenic E. coli

1–3 hari Demam, muntah, diare berair 3–7 hari Makanan atau minum yang terkontaminasi feses
Enterotoxigenic E. coli

 1–2 hari Diare berair, nyeri kepala, nyeri perut, demam, mual, muntah, dehidrasi 3–4 hari Air atau makanan yang terkontaminasi feses
Listeria monocytogenes 9–48 jam untuk gejala GI; 2–6 minggu untuk gejala invasif Diare, demam, nyeri otot, mual. Pasien dengan imunosupresi dapat mengalami bakteremia atau meningitis

Bervariasi Daging dalam kemasan, susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi

Salmonella (salmonellosis)

6–48 jam Nyeri perut, diare, demam, muntah 4–7 hari Bahan mentah yang terkontaminasi, keju, telur, daging, unggas, susu yang tidak dipasteurisasi

Shigella

(shigellosis)

1–4 hari Nyeri perut, diare (dapat berdarah atau berlendir), demam 24–48 jam Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak
Staphylococcus aureus 1–6 jam Nyeri perut, diare, demam, mual dan muntah tiba-tiba 24–48 jam Krim yang tidak disimpan dengan benar, daging, salad kentang atau telur

Vibrio cholerae (kolera)

24–72 jam Diare berair profus menyebabkan dehidrasi berat 3–7 hari Air dan makanan yang terkontaminasi, ikan, hewan laut
Yersinia 4–7 hari Nyeri perut, demam (dapat menyerupai apendisitis, limfadenitis mesenterik atau penyakit Crohn) Diare dapat mencapai beberapa minggu Air dan makanan yang terkontaminasi (daging babi paling sering), susu yang tidak dipasteurisasi

Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[24]

Bila terdapat temuan atau keluhan lendir dan/atau darah pada feses, maka selain beberapa bakteri, beberapa parasit juga dapat dipikirkan. Beberapa makanan laut yang tidak dimasak hingga matang dapat berisiko menyebabkan keracunan makanan akibat parasit Angiostrongylus cantonensis, anisakiasis, Cryptosporidium, atau bahan mentah yang terkontaminasi dan terdapat Cyclospora cayetanensis. Tabel 4 menunjukkan diagnosis keracunan makanan yang disebabkan oleh parasit.[24]

Tabel 4. Diagnosis Keracunan Makanan Akibat Parasit.

Patogen Inkubasi Tanda dan Gejala Durasi Sumber Penularan

Entamoeba histolytica (amebiasis)

2–3 hari sampai 1 – 4 minggu Diare (dapat berdarah), bising usus meningkat, nyeri perut bawah Minggu–bulanan Makanan atau minuman yang terkontaminasi feses

Giardia lamblia (giardiasis)

1–3 minggu Asimtomatik, diare (dapat akut sampai kronik), malaise, flatulens, feses berlemak, nyeri perut, kembung, anoreksia, dan penurunan berat badan Dapat mencapai hitungan bulan jika tidak diterapi Air atau makanan yang terkontaminasi feses

Toxoplasma gondii (toxoplasmosis)

1–3 minggu

Asimtomatik; pada pasien imunokompeten gejala flu, limfadenopati servikal, demam, nyeri kepala, mialgia, retinitis, nyeri tenggorokan; pada pasien imunosupresi demam, penurunan kesadaran, kejang, retinitis

Infeksi kongenital: korioretinitis, kalsifikasi intrakranial, hidrosefalus

Bervariasi Daging mentah atau tidak matang, air atau makanan yang terkontaminasi feses kucing
Trichinella 1–2 hari Demam, diare, mialgia, nyeri kepala, edema (terutama pada muka) Bervariasi Daging mentah atau tidak matang (terutama daging babi)

Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[24]

Selain itu, keracunan makanan juga dicurigai akibat penyebab noninfeksius seperti kontaminasi dari tempat penyimpanan makanan, kontaminasi logam atau pestisida yang teringesi, toksin jamur. Beberapa ikan laut dan jamur bertoksin juga dapat menjadi sumber keracunan makanan. Diagnosis keracunan makanan noninfeksius dapat dilihat Tabel 5.[24]

Tabel 5. Diagnosis Keracunan Makanan Noninfeksius.

Patogen Inkubasi Tanda dan Gejala Durasi Sumber Penularan
Merkuri 1 minggu atau lebih Kebas, kelemahan pada kaki, paralisis spastik, gangguan penglihatan, kebutaan, koma Dapat berlangsung lama Hewan laut yang terpapar merkuri
Natrium florida Menit – 2 jam Rasa asin atau seperti sabun, kebas pada mulut, muntah, diare, dilatasi pupil, spasme, pucat, syok, kolaps Dapat sembuh sendiri Makanan kering (tepung, baking soda, premiks kue) yang terkotaminasi natrium florida dari insektisida atau rodentisida
Nitrit 1 – 2 jam Mual, muntah, sianosis, nyeri kepala, pusing, kelemahan, penurunan kesadaran, darah berwarna merah kecoklatan Dapat sembuh sendiri Daging yang diawetkan, makanan yang terkontaminasi, tumbuhan yang terpapar dengan nitrifikasi berlebih
Pestisida (organofosfat, karbamat) Hitungan menit – jam Mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri kepala, pandangan kabur, konvulsi, salivasi, twitching

Dapat sembuh sendiri Makanan yang terkontaminasi
Tembaga 5 menit – 8 jam Mual, muntah, muntah biru atau hijau Dapat sembuh sendiri Tempat makan metalik
Tin 5 menit – 8 jam Mual, muntah, diare Dapat sembuh sendiri Tempat makan metalik
Zinc Hitungan jam Nyeri perut, mual, muntah, diare, mialgia Dapat sembuh sendiri Tempat makan metalik

Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[24]

Pemeriksaan Penunjang

Sebagian besar kasus keracunan makanan tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang, terutama untuk kasus rawat jalan dengan penyakit yang tidak terlalu berat. Pemeriksaan penunjang dapat dipertimbangkan jika pasien mengalami penyakit yang berat atau pada kelompok imunosupresi, misalnya pada pasien HIV.[22]

Pemeriksaan Darah Rutin dan Mikroskopik Feses

Pemeriksaan umum seperti pemeriksaan darah lengkap dan mikroskopik feses dapat dilakukan untuk mengarahkan penyebab keracunan makanan. Adanya eritrosit dan leukosit pada feses mengindikasikan bahwa patogen berada di kolon. Pada diare persisten atau diare berdarah, identifikasi adanya ova, kista, atau parasit dapat mengindikasikan bahwa keracunan disebabkan oleh parasit. Untuk hasil yang lebih sensitif, pemeriksaan antigen pada feses dapat digunakan.[5,22]

Kultur Feses

Kultur feses dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis definitif diare dan perlu dipertimbangkan pada kasus wabah. Akan tetapi, kultur feses ini hanya ditemukan pada kurang dari 40% kasus. Pada kelompok dengan imunosupresi, pemeriksaan kultur darah dan protein C reaktif dapat dilakukan karena dapat terjadi bakteremia dan sepsis.[22,23]

Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi abdomen dapat dilakukan untuk mencari komplikasi seperti toksik megakolon. [22]

Pemeriksaan Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan jika hasil pemeriksaan awal seperti pemeriksaan darah dan feses tidak menunjukkan hasil yang konklusif, terapi empiris tidak menunjukkan perbaikan, atau gejala bersifat persisten. Pemeriksaan endoskopi dari kolon atau kolonoskopi dengan biopsi dapat membantu membedakan antara infeksi dengan kasus non-infeksi seperti kanker, kolitis iskemik, atau penyakit inflamasi saluran cerna.[24]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

5. Donnenberg MS, Narayanan SN. How to diagnose a foodborne illness. Infect Dis Clin N Am. 2013;27:535-54
8. U.S. Food and Drug Administration. Foodborne illnesses: what you need to know. http://www.fda.gov/food/resourcesforyou/consumers/ucm103263.htm
9. Centers for Disease Control and Prevention. Diagnosis and management of foodborne illness. MMWR. 2001;50
22. Conlon C. Food-borne diarrheal illness. In: Cohen J, ed. Infectious Diseases. 3rd ed. St. Louis, Mo.: Mosby; 2010
23. Guerrant RL, Van Gilder T, Steiner TS, et al.; Infectious Diseases Society of America. Practice guidelines for the management of infectious diarrhea. Clin Infect Dis. 2001;32(3):331-351
24. Barr W, Smith A. Acute diarrhea in adults. Am Fam Physician. 2014;89(3):180-9
51. Gamarra RM. Food Poisoning. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/175569-clinical#b1

Epidemiologi Keracunan Makanan
Penatalaksanaan Keracunan Makanan
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Januari 2024, 08:13
Tata laksana mengatasi kasus keracunan jamur
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 13th datang di antar keluarganya ke klinik dengan keluhan penurunan kesadaraan setelah mengkonsumsi jamur yg tumbuh...
dr.Peter Fernando
Dibuat 04 Agustus 2023, 06:22
Mnemonic #24 : Gejala Keracunan Makanan
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
M - Mual dan Muntah A - Asam Lambung naik (heartburn) K - Kram Perut (abdominal cramps) A - Air Liur Berlebihan (excessive salivation) N - Nyeri Perut...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.