Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gagal Napas general_alomedika 2024-02-12T11:50:55+07:00 2024-02-12T11:50:55+07:00
Gagal Napas
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gagal Napas

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gagal napas atau respiratory failure harus adalah pemberian bantuan napas. Meski begitu, langkah awal dalam penatalaksanaan pasien dengan gagal napas harus dimulai dengan menilai patensi jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi  (circulation dengan melihat hemodinamik).[2,4,10]

Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan pada Gagal Napas

Klinisi harus dapat mengenali kondisi gagal napas ataupun ancaman gagal napas saat triase. Kemudian, nilai patensi jalan napas dan kondisi hemodinamik pasien.[10-12,21]

Airway dan Breathing

Pastikan bahwa airway atau jalan napas pasien dalam keadaan paten. Apabila airway pasien tidak dalam keadaan paten maka lakukan tindakan pembebasan airway yang didukung dengan proteksi terhadap c-spine, terutama pada pasien trauma.

Apabila pasien mengalami gurgling, segera lakukan suction untuk membersihkan cairan ataupun darah yang terakumulasi pada rongga mulut pasien. Pasien yang datang dengan penurunan kesadaran (GCS ≤8)  membutuhkan definitive airway, seperti intubasi endotrakeal, karena ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan patensi jalan napas.

Suplementasi oksigen dapat diberikan disesuaikan dengan kondisi klinis dan kebutuhan pasien. Oksigen bisa diberikan dengan nasal kanul, sungkup, maupun melalui intubasi.[10-12,21]

Circulation dan Terapi Kegawatan Lainnya

Perhatikan juga kondisi hemodinamik pasien. Protokol resusitasi cairan dapat dilakukan jika diperlukan.

Penatalaksanaan gagal napas dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan analisis gas darah. Lakukan pemeriksaan secara holistik untuk mencari etiologi gagal napas dan penyakit penyerta lain yang dapat memperberat kondisi pasien.

Berikan terapi farmakologi sesuai dengan penyebab gagal napas, seperti antibiotik untuk kondisi infeksi bakteri pada sistem respirasi, bronkodilator pada pasien asma, dan diuretik untuk kondisi edema paru. Terapi dengan tindakan invasif seperti pemasangan chest tube dapat dilakukan pada pasien gagal napas yang disebabkan oleh pneumothorax.

Lakukan pemantauan yang ketat pada frekuensi napas, penilaian mekanika respirasi, serta fungsi terintegrasi sistem kardiovaskular dan respirasi. Perawatan intensif umumnya diperlukan.[10-12,21]

Terapi Perbaikan Fisiologis Sistem Respirasi

Penatalaksanaan gagal napas sesuai dengan terapi perbaikan fisiologis sistem respirasi dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya gagal napas yaitu hipoksemia dan hiperkapnia.[10-12]

Koreksi Hipoksemia

Tujuan dari penatalaksanaan koreksi hipoksemia adalah untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat, yang umumnya dicapai dengan tekanan oksigen arteri (PaO₂) sebesar 60 mmHg atau saturasi oksigen arteri (SaO₂) sekitar 90%.[10-12]

Koreksi hipoksemia dapat dilakukan dengan pemberian suplementasi oksigen, ventilasi mekanik, dan positive end-expiratory pressure (PEEP). Namun, sebelum dilakukan pemberian suplementasi oksigen ataupun ventilasi, pastikan jalan napas pasien dalam keadaan aman dan paten. Apabila pasien memiliki kendala pada jalan napas maka intubasi endotrakea dapat dilakukan.[12,21]

Suplementasi oksigen dapat diberikan melalui beberapa rute tergantung pada kondisi klinis pasien. Beberapa rute pilihan untuk suplementasi oksigen yaitu nasal kanul, simple mask, nonrebreathing mask, atau high flow nasal cannula. Suplementasi oksigen harus terkontrol karena suplementasi oksigen yang tidak terkontrol dapat menyebabkan keracunan oksigen dan narkosis CO₂.[21,23]

Untuk menghindari suplementasi oksigen yang tidak terkontrol, maka konsentrasi oksigen inspirasi harus disesuaikan pada tingkat terendah yaitu 90-94%, yang cukup untuk oksigenasi jaringan. Tabel berikut memaparkan alat suplementasi oksigen dan fraksi oksigennya.[22-24]

Tabel 1. Alat Suplementasi Oksigen beserta FiO₂

Alat O₂ flow rate (L/m) Fraksi Oksigen (FiO₂) Kelebihan Keterbatasan
Low – flow delivery devices
Nasal kanul 2 - 6 0,24 - 0,35 Pasien nyaman FiO₂ bervariasi dengan VE (volume ekspirasi)
Simple mask 4 - 8 0,24 - 0,40 Pasien nyaman FiO₂ bervariasi dengan VE (volume ekspirasi)
High-flow delivery devices
Venturi mask 2 - 12 0,25 - 0,50 FiO₂ konstan dengan VE Aliran tidak kuat pada FiO₂ tinggi
Nonrebreathing mask 6 - 15 0,70 - 0,90 FiO₂ tinggi Tidak nyaman, FiO₂ tidak dapat disesuaikan
High-flow O₂ blender 6 - 20 0,50 - 0,90 FiO₂ tinggi pada aliran total tinggi Tidak nyaman

Indikasi Suplementasi Oksigen:

●       Adanya hipoksemia yang nyata

●       Kondisi distress respirasi

●       Hemodinamik tidak stabil, hipotensi

●       Trauma

●       Infark miokard dengan hipoksemia

Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[22-24]

Koreksi Hiperkapnia

Koreksi hiperkapnia dapat dilakukan dengan tata laksana suportif yang bertujuan untuk memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal hingga mengobati penyakit yang mendasari terjadinya gagal napas tipe hiperkapnia.[10-12]

Tata laksana suportif pada koreksi hiperkapnia adalah dengan mengusahakan tetap terbukanya jalan napas yang efektif dengan penyedotan (suction) sekret, stimulasi batuk, drainase postural, atau perkusi dada. Selain itu, membuat artificial airway seperti trakeostomi maupun intubasi dapat mempertahankan ventilasi alveolar.[21,25-26]

Kondisi hiperkapnia juga dapat disertai dengan kondisi hipoksemia, oleh karena itu suplementasi oksigen seringkali dibutuhkan. Pemberian suplementasi oksigen sebaiknya dimonitor dan disesuaikan secara hati-hati.[21,22]

Ventilasi Mekanik

Indikasi umum untuk penggunaan ventilasi mekanik mencakup:

  • Apnea dengan henti napas
  • Takipnea dengan laju pernapasan >30 kali/ menit
  • Tingkat kesadaran terganggu atau koma
  • Kelelahan otot pernapasan
  • Ketidakstabilan hemodinamik
  • Kegagalan pemberian oksigen tambahan untuk meningkatkan PaO₂ menjadi 55 sampai 60 mmHg
  • Hiperkapnea dengan pH arteri < 7,25[21,27]

Ventilasi mekanik dapat diberikan melalui CPAP (continous positive airway pressure) dan BiPAP (bilevel positive airway pressure). Perbedaan antara CPAP dan BiPAP adalah pada BiPAP terdapat dua pengaturan tekanan yaitu tekanan inhalasi dan tekanan ekshalasi, sehingga dokter dapat mengendalikan seberapa banyak udara yang masuk dan dikeluarkan dari paru.[27-29]

Pertimbangan Pemilihan Setting Ventilator

Pertimbangan dalam memilih setting ventilator adalah:

  • Target atau limit: batasan dalam pemberian udara untuk insipirasi, dapat berupa volume maupun tekanan
  • Trigger: memicu siklus napas. Dapat menggunakan timer (inisiasi napas dari ventilator) ataupun usaha napas (inisiasi napas oleh pasien)

  • Termination/cycle: terminasi inspirasi dan perpindahan ke ekspirasi, dapat berupa volume, waktu, tekanan, maupun aliran udara[27-29]

Keuntungan dan Kelemahan Ventilator

Keuntungan penggunaan ventilator mekanik antara lain:

  • Mengatasi hipoksemia
  • Mengatasi distres respirasi
  • Mencegah atelektasis paru
  • Mengatasi kelelahan otot bantu napas
  • Menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen sistemik dan miokard
  • Menurunkan tekanan intrakranial
  • Menstabilkan dinding dada

Keterbatasan penggunaan ventilator mekanik antara lain:

  • Rentan terhadap infeksi saluran napas, karena kebersihan saluran napas pada pasien sulit untuk dijaga
  • Tidak nyaman bagi pasien
  • Dapat menyebabkan distensi pada gaster
  • Pengaturan mode ventilasi yang salah dapat menyebabkan terjadinya barotrauma
  • Membutuhkan pengawasan yang ketat
  • Dapat menyebabkan infeksi nosokomial[27-29]

Terapi Farmakologi

Beberapa golongan obat tertentu sering digunakan dalam terapi farmakologi untuk pasien gagal napas seperti bronkodilator, diuretik, kortikosteroid, dan mukolitik.[12,21]

Bronkodilator

Terapi bronkodilator sering digunakan pada pasien gagal napas yang disebabkan oleh asma. Bronkodilator berpengaruh langsung terhadap kontraksi otot polos, dan memiliki pengaruh juga terhadap edema dan inflamasi secara tidak langsung. Selain untuk terapi asma, bronkodilator juga merupakan terapi utama untuk penyakit paru obstruktif, edema paru, dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).[10-12]

Diuretik

Terapi farmakologi dengan diuretik sering digunakan sebagai terapi gagal jantung maupun edema paru yang menjadi penyebab gagal napas. Dosis diuretik disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan penyakit yang mendasarinya.[12,21]

Kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan untuk menurunkan inflamasi pada jalan napas dengan mekanisme yang belum diketahui secara pasti. Beberapa studi melaporkan bahwa penggunaan kortikosteroid pada pasien gagal napas tidak direkomendasikan untuk diberikan bersama-sama dengan obat penghambat neuromuskular non-depolarisasi, karena dapat menyebabkan kelemahan otot dan menimbulkan kesulitan dalam weaning ventilator.[11,21,27]

Mukolitik

Obat mukolitik biasanya diberikan langsung pada pasien gagal napas yang diintubasi dengan endotrakeal tube (ETT) di mana sering terjadi akumulasi sekret pada jalan napas.

Selain pemberian mukolitik, penggunaan NaCl 0,9% sekitar 3-5 ml, salin hipertonik, dan natrium bikarbonat hipertonik juga dapat diteteskan sebelum suctioning dilakukan sehingga jumlah sekret yang keluar akan lebih banyak.[21,25]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya

Referensi

2. Slattery M, Vasques F, et al. Management of acute respiratory failure. Medicine. 2020;0:1-7 DOI: https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2020.03.010
4. See KC. Approach to acute respiratory failure for frontline clinicians. Singapore Med J. 2022 Dec;63(12):740-745. doi: 10.4103/singaporemedj.SMJ-2022-002. PMID: 36573658; PMCID: PMC9875871.
10. Shebl E, Mirabile V S, et al. Respiratory Failure. StatPearls. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526127/
11. Summer C, Todd Rob S, et al. Acute Respiratory Failure. Perioperative Medicine. 2022;0:576–586 DOI: 10.1016/B978-0-323-56724-4.00039-3
12. Kaynar AM. Respiratory Failure. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/167981-overview
21. Fujishima S. Guideline-based management of acute respiratory failure and acute respiratory distress syndrome. Journal of Intensive Care. 2023;11(10):1-9 DOI:https://doi.org/10.1186/s40560-023-00658-3
22. Piraino T, Madden M, et al. AARC Clinical Practice Guideline: Management of Adult Patients With Oxygen in the Acute Care Setting. Respiratory Care. 2022;67(1):115-128
23. Weekley M S, Bland L E. Oxygen Administration. 2022. StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551617/
24. Frat J-P, Pape S L, et al. Noninvasive Oxygenation in Patients with Acute Respiratory Failure: Current Perspectives. International Journal of General Medicine. 2022;15:3121–3132
25. Blakeman T C, Scott J B, et al. AARC Clinical Practice Guidelines: Artificial Airway Suctioning. Respiratory Care. 2022;67(2):258-271
26. Mussa C C, Gomaa D, et al. AARC Clinical Practice Guideline: Management of Adult Patients with Tracheostomy in the Acute Care Setting. Respiratory Care. 2021;66(1):156-169
27. Scala R, Heunks L. Highlights in acute respiratory failure. Eur Respir Rev. 2018;27:180008 DOI: https://doi.org/10.1183/16000617.0008-2018
28. Pearson S D, Koyner J L, Patel B K. Management of Respiratory Failure Ventilator Management 101 and Noninvasive Ventilation. CJASN. 2022;17:572–580 DOI: https://doi.org/10.2215/CJN.13091021
29. Hickey S M, Giwa A O. Mechanical Ventilation. StatPearls. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539742/

Diagnosis Gagal Napas
Prognosis Gagal Napas

Artikel Terkait

  • Soluble Urokinase Plasminogen Activator Receptor (suPAR) sebagai Deteksi Dini Gagal Pernapasan Akut (GPA) pada Pasien COVID-19 dengan Pneumonia - Telaah Jurnal
    Soluble Urokinase Plasminogen Activator Receptor (suPAR) sebagai Deteksi Dini Gagal Pernapasan Akut (GPA) pada Pasien COVID-19 dengan Pneumonia - Telaah Jurnal
  • Keamanan Tindakan Intubasi pada Pasien COVID-19 dengan Gagal Napas
    Keamanan Tindakan Intubasi pada Pasien COVID-19 dengan Gagal Napas
Diskusi Terkait
Maria deei lestari
Dibalas 08 April 2024, 08:40
Pasien dengan pernapasan tidak stabil
Oleh: Maria deei lestari
2 Balasan
Pernafasan tidak stabil,gimana cara mengobati dan sebab dr gejala tersebut
dr. Intan Fajriani
Dibuat 07 Maret 2022, 14:07
Live Webinar - Kongesti Nasal: Gejala, Tanda, Etiologi, dan Tatalaksana. Kamis, 10 Maret 2022 (15.00 - 17.00 WIB)
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Kongesti Nasal: Gejala, Tanda, Etiologi, dan Tatalaksana.."Narasumber:Dr. dr. Retno Asih, Sp. A(K) -...
Anonymous
Dibalas 25 Februari 2019, 20:25
bolehkah antikonvulsan diberikan pada bayi distress nafas?
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Bayi usia 6 bulan, dibawah ibunya ke igd dengan mukosa bibir kebiruan. Dari anamnesis didapatkan ada riwayat diare dan demam 2 hari sebelumnya. Riwayat...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.