Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan yogi 2023-08-14T14:53:58+07:00 2023-08-14T14:53:58+07:00
Penyakit Jantung Bawaan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan

Oleh :
dr. Regina Putri Apriza
Share To Social Media:

Prinsip penatalaksanaan penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah terapi korektif, yang dapat dilakukan dengan pembedahan. Namun, sebagian kasus minor dapat mengalami koreksi sendiri seiring pertambahan usia. Tata laksana medikamentosa bertujuan untuk mengurangi beban jantung dan menurunkan resistensi paru.

Pada kasus sianotik seperti transposition of great arteries (TGA) atau tetralogy of Fallot (TOF) terapi medikamentosa dibutuhkan agar duktus arteriosus dipertahankan tetap terbuka sebelum dilakukan upaya korektif.[3]

Berobat Jalan

Pasien dengan penyakit jantung bawaan yang memiliki tanda vital stabil, defek minimal, dan tidak memiliki komplikasi bisa berobat jalan. Namun, harus diingat bahwa penatalaksanaan utama penyakit jantung bawaan adalah tetap tata laksana korektif.[3]

Persiapan Rujukan

Pasien dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke ahli kardiologi atau ahli bedah jantung untuk tindakan korektif maupun paliatif. Prinsip penanganan penyakit jantung bawaan adalah intervensi sedini mungkin.[3]

Medikamentosa

Penatalaksanaan medikamentosa pada penyakit jantung bawaan umumnya bersifat sekunder untuk komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat kelainan lain yang menyertai. Dalam hal ini, terapi medikamentosa diberikan untuk meringankan gejala dan mempersiapkan operasi.

Lama dan cara pemberian obat tergantung pada penyakit jantung yang dihadapi. Medikamentosa yang dapat diberikan antara lain adalah oksigen, prostaglandin E1, digoksin, isoproterenol, dobutamin, dopamin, dan captopril.

Oksigen

Oksigen (O2) diberikan sesuai keperluan untuk mempertahankan saturasi. Biasanya oksigen diberikan bila terjadi komplikasi seperti hipoksemia atau syok kardiogenik.

Prostaglandin E1

Prostaglandin E1 diberikan untuk mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka. Obat ini diberikan dengan dosis 0,1 μg/kgBB/menit, kemudian bila sudah terjadi perbaikan dapat diturunkan menjadi 0,05 μg/kgBB/menit. Obat ini bekerja dalam 10–30 menit setelah pemberian dan perbaikan klinis akan ditandai dengan kenaikan PaO2 15–20 mmHg dan perbaikan pH.[3,10]

Diuretik

Diuretik digunakan untuk menurunkan kongesti pada keadaan seperti gagal jantung. Obat ini dapat diberikan dengan dosis 1‒2 mg/kgBB/hari dalam 2–3 dosis peroral maupun intravena.[3,10]

Digoksin

Digoksin diberikan bila terdapat tanda gagal jantung dengan dosis 30 μg/kgBB. Dosis pertama diberikan setengah dari dosis digitalisasi, kemudian dosis kedua diberikan 8 jam setelahnya sebanyak seperempat dari dosis digitalisasi. Dosis ketiga diberikan 8 jam setelah itu sebanyak seperempat dosis digitalisasi.

Dosis rumatan dapat diberikan 8–12 jam setelah dosis terakhir sekitar seperempat dosis digitalisasi. Digoksin tidak boleh diberikan pada pasien dengan tanda perfusi sistemik yang buruk atau pasien dengan gangguan ginjal.[3,10]

Isoproterenol

Obat inotropik isoproterenol dapat diberikan bila terjadi bradikardi pada komplikasi gagal jantung dengan dosis 0,05–1 μg/kgBB/menit. Apabila terdapat takikardi, dapat diberikan dobutamin dengan dosis 5–10 μg/kgBB/menit atau dopamin dengan dosis 2–5 μg/kgBB/menit.[3,10]

Vasodilator

Vasodilator yang biasa digunakan adalah captopril untuk menurunkan resistensi vaskular sistemik dan pulmonal. Dosis captopril yang digunakan pada penyakit jantung bawaan adalah 0,1–0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2–3 dosis peroral.[3,10]

Pembedahan

Prinsip tata laksana bedah adalah korektif sedini mungkin. Namun, tidak semua pasien dapat menjalani operasi korektif sesegera mungkin. Pada beberapa kasus, harus dilakukan operasi paliatif sembari menunggu operasi definitif dilakukan. Walau demikian, hal ini berisiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pilihan lain adalah intervensi kardiologi melalui kateterisasi.[3]

Bedah Jantung

Bedah jantung yang dapat dilakukan pada penyakit jantung bawaan adalah banding arteri pulmonalis dan shunt sirkulasi sistemik dan pulmonal. Banding arteri pulmonalis dilakukan untuk memperkecil diameter arteri pulmonalis pada kasus dengan aliran pulmonal berlebihan akibat pirau dari kiri ke kanan.

Sementara itu, shunt sirkulasi sistemik-pulmonal dilakukan untuk mengatasi kurangnya aliran darah ke paru, misalnya pada prosedur Blalock-Taussig klasik yang membebaskan arteri subklavia dan menyambungkannya ke arteri pulmonalis kiri atau kanan.[3]

Kardiologi Intervensi

Kardiologi intervensi bersifat kurang invasif bila dibandingkan dengan operasi terbuka. Beberapa prosedur intervensi yang dapat dilakukan antara lain balloon atrial septostomy, balloon pulmonary valvuloplasty, dan penutupan ASD dengan amplatzer ductal occluder (ADO).[3]

Ballon atrial septostomy adalah prosedur rutin yang dilakukan pada pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya pada kasus transposition of great arteries (TGA) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini dilakukan dengan membuat lubang di septum interatrium dan biasanya dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.[3]

Balloon pulmonary valvuloplasty (BPV) merupakan prosedur standar untuk melebarkan katup pulmonal yang menyempit, dengan keluaran yang cukup baik dan biaya yang lebih murah dibandingkan operasi bedah terbuka.

Selain itu, ada juga balloon mitral valvotomy (BMV) yang umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup mitral akibat demam rematik dan balloon aortic valvuloplasty (BAV) yang belum dilakukan rutin dan kasusnya juga jarang dijumpai.

Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil Gianturco juga kadang dilakukan tetapi belum dianggap rutin karena harga coil dan peralatan untuk memasukkan coil tersebut cukup mahal. Penutupan duktus arteriosus persisten bisa dilakukan dengan umbrella, coil dan amplatzer ductal occluder (ADO), sedangkan defek septum atrium dapat ditutup dengan amplatzer septal occluder (ASO).[3]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

3. Djer MM, Madiyono B. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri. 2007;2(3):155–62. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-5.pdf
10. Ramaswamy P. Ventricular Septal Defect. Medscape. 2020. http://emedicine.medscape.com/article/892980

Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan
Prognosis Penyakit Jantung Bawaan

Artikel Terkait

  • Risiko Kardiovaskuler pada Ibu dengan Anak Penyakit Jantung Bawaan
    Risiko Kardiovaskuler pada Ibu dengan Anak Penyakit Jantung Bawaan
  • Metode Penutupan Celah Ventricular Septal Defect dan Pertimbangan Pemilihannya
    Metode Penutupan Celah Ventricular Septal Defect dan Pertimbangan Pemilihannya
  • Manajemen Kehamilan pada Wanita dengan Penyakit Jantung Bawaan
    Manajemen Kehamilan pada Wanita dengan Penyakit Jantung Bawaan
  • Hubungan Erythromycin dan Antibiotik Makrolid Lainnya dengan Malformasi Kongenital
    Hubungan Erythromycin dan Antibiotik Makrolid Lainnya dengan Malformasi Kongenital
  • Aman Tidaknya Pasien Atrial Septal Defect Berolahraga
    Aman Tidaknya Pasien Atrial Septal Defect Berolahraga

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 Maret 2025, 07:07
Nyeri dada tidak menjalar pada pasien anak dengan PJB asianotik
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Saya ada pasien anak dengan PJB, saat ini mengeluhkan nyeri dada bagian tengah tidak menjalar, hasil EKG baik. Pasien sudah mendapatkan program...
Anonymous
Dibalas 17 Juli 2024, 09:53
Cardiac arrest pada pasien PJB
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Dok bagainana penanganan cardiac arrest pada pasien pjb baik dewasa maupun anak, saya baca di ESC tidak disarankan CPR pada kasus pjb, untuk itu apakah kita...
Anonymous
Dibalas 21 Maret 2024, 08:35
Pasien Neonatus dengan ASD dan VSD
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin Bertanya, Newborn dengan CHD, didiagnosis ASD dan VSD,baiknya untuk kondisi seperti ini segera di tutup dengan tindakan atau baiknya di tunggu sampai...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.