Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ankle Sprain general_alomedika 2025-04-10T10:33:45+07:00 2025-04-10T10:33:45+07:00
Ankle Sprain
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Diagnosis Ankle Sprain

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Diagnosis ankle sprain dilakukan berdasarkan keluhan pasien tentang rasa nyeri dan edema pada pergelangan kaki, yang biasanya didahului dengan riwayat cedera. Pada pemeriksaan fisik, biasa terdapat nyeri tekan pada anterior talofibular ligament atau calcaneofibular ligament. Klasifikasi ankle sprain dapat digunakan untuk menentukan tingkat keparahannya.

Anamnesis

Pasien dengan ankle sprain umumnya datang dengan keluhan rasa nyeri, edema, memar, atau spasme otot pada pergelangan kaki. Keluhan pasien kemungkinan disertai dengan adanya riwayat cedera pada pergelangan kaki.

Dokter perlu menanyakan mekanisme cedera, dan posisi kaki saat cedera terjadi, di antaranya inversi, eversi, rotasi, atau kontak langsung. Kemampuan pasien untuk menahan berat badan badan setelah cedera terjadi juga perlu ditanyakan. Biasanya, pasien ankle sprain masih dapat berjalan menggunakan kaki yang cedera, meskipun disertai rasa nyeri.

Rasa nyeri hebat yang terjadi mendadak mungkin menandakan adanya robek pada ligamen. Terkadang, pasien juga dapat mengeluh kaki terasa dingin atau adanya parestesia, jika terjadi kerusakan neurovaskuler. Selain itu, dokter juga perlu mencari tahu riwayat ankle sprain sebelumnya, dan kebiasaan berolahraga pasien. Riwayat penyakit lain, seperti arthritis, diabetes mellitus, neuropati, atau riwayat trauma lain perlu ditanyakan, karena berpotensi menjadi penyulit.[3,4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ankle sprain adalah look, feel, move dan pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan anterior drawer test yang dilakukan 4–5 hari setelah kejadian memiliki sensitivitas sebesar 84% dan spesifisitas sebesar 96% dalam mendiagnosis ankle sprain.[2,3]

Look

Pada inspeksi, perhatikan apakah ada ekimosis dan pembengkakan. Jika ekimosis dan pembengkakan sangat parah, mungkin terjadi fraktur pergelangan kaki dan bukan ankle sprain. Biasanya ekimosis tampak pada bagian medial atau lateral tumit.

Pembengkakan pada bagian anterior ligamen tibiofibular mengarahkan diagnosis ke pada high ankle sprain. Perhatikan juga kemampuan pasien berjalan, dan menumpukan berat badan pada kaki yang cedera.[2–4]

Feel

Palpasi perlu dilakukan pada 3 ligamen yang terdapat pada maleolus lateralis, yaitu anterior talofibular ligament (ATFL), calcaneofibular ligament (CFL), and posterior talofibular ligament (PTFL). Nyeri tekan biasanya ditemukan pada palpasi ATFL dan/atau CFL. Palpasi juga perlu dilakukan pada fibula proksimal untuk menilai adanya nyeri tekan dan krepitasi, yang mengarahkan diagnosis pada fraktur maisonneuve.

Pada palpasi ankle sprain, seharusnya tidak ditemukan nyeri tekan pada tonjolan tulang. Lakukan palpasi pada maleolus medialis, maleolus lateralis, dasar metatarsal ke-5, dan tulang-tulang di kaki bagian tengah (midfoot). Krepitasi dan deformitas tulang menandakan kemungkinan terjadinya fraktur. Nyeri yang terbatas pada bagian medial pergelangan kaki mengarahkan diagnosis pada medial ankle sprain.

Move

Pemeriksaan range of motion (ROM) aktif perlu dilakukan, terutama untuk menyingkirkan diagnosis banding, misalnya ruptur tendon Achilles. Pada lateral ankle sprain, gerakan inversi pasif  dan plantarfleksi akan menimbulkan rasa nyeri. Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan ATFL meregang maksimal.[2–4]

Pemeriksaan Fungsional

Pemeriksaan fungsional untuk mendiagnosis ankle sprain terdiri dari 4 pemeriksaan utama yaitu, anterior drawer test, squeeze test, external rotation test, dan talar tilt.

Anterior Drawer:

Pemeriksaan anterior drawer dilakukan untuk memeriksa stabilitas dari pergelangan kaki, khususnya anterior talofibular ligament (ATFL). Efektivitas pemeriksaan ini masih dipertanyakan pada kasus akut. Namun, sensitivitas dan spesifisitasnya meningkat apabila dilakukan 4–5 hari setelah cedera.

Pemeriksaan dilakukan saat pasien berbaring dengan posisi lutut fleksi 90° agar terjadi relaksasi kompleks gastrocsoleus, dan pasien diminta melakukan plantarfleksi 10–20°. Kemudian, tahan tibia dengan salah satu tangan dan tangan lain menarik tumit ke arah depan.

Lakukan pemeriksaan pada kedua kaki. Pada kaki yang mengalami cedera, akan terlihat pergerakan yang lebih banyak dibandingkan kaki yang tidak. Translasi kaki yang lebih besar 1 cm dibandingkan kaki yang tidak cedera menandakan adanya kelenturan berlebihan pada ligamen (ligamentous laxity).[4,14]

Talar Tilt:

Talar tilt test, atau disebut juga sebagai inversion stress maneuver, digunakan untuk melihat kelenturan ligamen lateral, secara khusus pada ligamen calcaneofibular. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menstabilisasi kaki bagian distal hingga posisi netral, kemudian pemeriksa melakukan gerakan inversi pada pergelangan kaki. Derajat inversi kemudian dibandingkan dengan kaki yang tidak cedera.

Normalnya, derajat tilt kaki berkisar antara 0–23°. Namun, terkadang pemeriksaan ini sulit dikerjakan akibat adanya nyeri dan pembengkakan.[3,6]

Squeeze Test:

Squeeze test digunakan untuk mendiagnosis syndesmotic sprain, setelah melakukan eksklusi untuk fraktur, sindrom kompartemen pada kaki, selulitis, kontusio, atau abrasi. Pemeriksaan akan melakukan kompresi fibula ke arah tibia, yang terletak di atasnya. Adanya rasa nyeri pada ligamen interosseous atau jaringan sekitarnya menandakan hasil tes yang positif.[14]

External Rotation Test:

Pemeriksaan rotasi eksternal dilakukan untuk menentukan integritas dari ligamen sindesmotik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara pasien diminta untuk duduk setinggi lutut dan kaki dibiarkan menggantung. Selanjutnya, lakukan rotasi pada kaki pasien ke arah lateral. Pemeriksaan dinyatakan positif apabila terdapat nyeri pada sindesmosis.[3,6]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding pada ankle sprain, di antaranya ruptur tendon achilles, ankle impingement syndrome, dan fraktur pergelangan kaki.

Ruptur Tendon Achilles

Tanda dan gejala dari ruptur tendon Achilles dapat menyerupai ankle sprain, seperti memar, bengkak dan nyeri pada pergelangan kaki. Pada ruptur tendon Achilles, gejala diawali dengan merasakan sesuatu putus mendadak pada betis bagian bawah, diikuti dengan nyeri hebat. Pasien biasanya tidak dapat melakukan gerakan berjinjit pada kaki yang cedera. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya celah atau diskontinuitas pada tendon.[15]

Ankle Impingement Syndrome

Ankle impingement syndrome merupakan suatu kondisi terjadinya nyeri dan keterbatasan mekanik ROM pergelangan kaki yang diakibatkan oleh cedera traumatik, seperti ankle sprain, infeksi, serta penyakit rematologi, atau degeneratif. Berbeda dengan ankle sprain, nyeri pada sindrom ini bersifat kronis.

Pemeriksaan radiologi, dapat digunakan untuk membedakan dengan ankle sprain. Pada foto polos, dapat tampak osteofit pada bagian tibia anterolateral atau bone spur akibat mikrotrauma.[16,17]

Fraktur Pergelangan Kaki

Hal utama yang dapat membedakan pasien ankle sprain dan fraktur adalah kemampuan untuk berjalan. Pasien dengan ankle sprain masih dapat berjalan meskipun disertai dengan nyeri, berbeda dengan pasien fraktur yang umumnya sudah tidak dapat berjalan. Selain itu pada pemeriksaan fisik akan ditemukan krepitasi dan deformitas pada tulang.

Pemeriksaan rontgen pergelangan kaki dapat dilakukan untuk memastikan secara pasti terjadinya fraktur. Ottawa Ankle Rules dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan pasien mana yang memerlukan pemeriksaan radiografi.[3,6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan foto polos dilakukan apabila terdapat kecurigaan terhadap fraktur kaki atau pergelangan kaki. Computed Tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan apabila dicurigai cedera pada soft tissue dan lesi osteokondral.

Foto Polos

Foto polos dilakukan apabila dicurigai terjadinya fraktur. Ottawa Ankle Rules digunakan pada pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah pasien memiliki kecenderungan terjadinya fraktur, dan mengurangi penggunaan radiografi yang tidak perlu.[2,3]

Magnetic Resonance Imaging (MRI).

MRI merupakan baku emas pencitraan ligamen pergelangan kaki dan cedera intraartikular. Namun, tidak rutin dilakukan, sebab insidensi ankle sprain terlalu tinggi, ketersediaan MRI masih terbatas, dan biaya yang mahal. MRI dapat bermanfaat untuk memastikan cedera pada ligamen sindesmotik.[5]

Computed Tomography (CT) Scan.

CT scan dapat dilakukan bila terdapat kebutuhan pencitraan jaringan lunak, atau pencitraan tulang menggunakan foto polos kurang baik hasilnya. CT scan juga bermanfaat untuk mendeteksi osteokondritis dan stress fractures.[3]

Klasifikasi Ankle Sprain

Klasifikasi untuk menentukan derajat keparahan ankle sprain disusun berdasarkan temuan klinis. Secara umum, ankle sprain grade I tidak disertai dengan kehilangan fungsi sendi. Pada grade  II ditemukan gangguan fungsi sebagian, dan grade III ditandai dengan kehilangan fungsi sendi hampir secara total.  Secara detail, keparahan ankle sprain dapat dilihat pada tabel 1.[2,3,5]

Tabel 1. Tingkat Keparahan Ankle Sprain

Grade Robekan Ligamen Bengkak dan memar Kemampuan menahan beban Nyeri tekan Instabilitas Sendi
1 Ligamen robek sebagian (mikroskopik) ringan Masih dapat menahan beban ringan Stabil
2 Ligamen robek sebagian (makroskopik) Sedang-berat Sebagian pasien tidak dapat menahan beban Sedang Tidak Stabil
3 Ligamen robek sepenuhnya Berat (bengkak >4cm) Pasien tidak bisa menahan beban Berat Tidak Stabil

Sumber: dr. Amelia Febrina, Alomedika. 2018

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

2. Vuurberg G, Hoorntje A, Wink LM, et al. Diagnosis, treatment and prevention of ankle sprains: update of an evidence-based clinical guideline. Br J Sports Med. 2018 Aug;52(15):956. doi: 10.1136/bjsports-2017-098106.
3. Young CC. Ankle Sprain. Medscape. 2019 https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview#a1
4. Melanson SW, Shuman VL. Acute Ankle Sprain. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459212/
6. McGovern RP, Martin RL. Managing ankle ligament sprains and tears: current opinion. Open Access J Sports Med. 2016 Mar 2;7:33-42. doi: 10.2147/OAJSM.S72334.
14. Larkins LW, Baker RT, Baker JG. Physical Examination of the Ankle: A Review of the Original Orthopedic Special Test Description and Scientific Validity of Common Tests for Ankle Examination. Arch Rehabil Res Clin Transl. 2020 Jul 8;2(3):100072. doi: 10.1016/j.arrct.2020.100072.
15. Saglimbeni AJ. Achilles Tendon Injuries. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/309393-clinical#b1
16. Molis MA. Ankle Impingement Syndrome. Medscape. 2018 https://emedicine.medscape.com/article/85311-clinical#b1
17. Berman Z, Tafur M, Ahmed SS, Huang BK, Chang EY. Ankle impingement syndromes: an imaging review. Br J Radiol. 2017 Feb;90(1070):20160735. doi: 10.1259/bjr.20160735.

Epidemiologi Ankle Sprain
Penatalaksanaan Ankle Sprain

Artikel Terkait

  • Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
    Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
  • Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
    Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
  • Penanganan Ankle Sprain dan Kriteria Kembali Berolahraga
    Penanganan Ankle Sprain dan Kriteria Kembali Berolahraga
  • Sepatu Lari untuk Mencegah Cedera Ekstremitas Bawah
    Sepatu Lari untuk Mencegah Cedera Ekstremitas Bawah
  • Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Topikal Untuk Nyeri Akut Muskuloskeletal
    Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Topikal Untuk Nyeri Akut Muskuloskeletal

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 16 Desember 2023, 09:11
Cara membedakan ankle sprain dan dislokasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Saya ada pasien usia 17 tahun datang dengan bengkak pada ankle dan berjalan pincang.Pasien terjatuh saat di sekolah. Pasien juga ada riwayat...
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2023, 08:27
Normalkah bengkak ankle sprain tidak menghilang setelah 2 minggu?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Kebetulan sy dpat pasien 29 th dengan ankle sprain, awal datang sy sarankan utk kompres, dibebat, di elevasi dan istirahat, jika nyerinya tidak tahan sy...
Anonymous
Dibalas 27 November 2023, 01:25
Anak berjalan pincang setelah jatuh tanpa tanda klinis fraktur/dislokasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo TS,Ijin berdiskusi kasus seorang anak usia 2 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan berjalan sedikit pincang sejak 1 minggu yang lalu. Menurut ortu, anak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.