Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Ankle Sprain general_alomedika 2022-10-04T11:01:56+07:00 2022-10-04T11:01:56+07:00
Ankle Sprain
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Patofisiologi Ankle Sprain

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Patofisiologi ankle sprain adalah terjadinya cedera pada pergelangan kaki akibat adduksi kaki bagian depan, inversi kaki bagian belakang, atau rotasi eksternal tibia ketika pergelangan kaki berada pada posisi plantar fleksi.[6]

Anatomi Sendi Pergelangan Kaki

Pergelangan kaki merupakan persendian yang menggabungkan tibia, fibula, dan talus. Untuk menjaga stabilitas sendi, terdapat 3 sistem ligamen, yaitu kompleks ligamen lateral, ligamen deltoid medial, dan ligamen sindesmotik. Cedera pada kompleks ligamen lateral merupakan tipe ankle sprain yang paling sering terjadi.

Terdapat 3 ligamen pada kompleks ligamen lateral, yaitu anterior talofibular ligament (ATFL), calcaneofibular ligament (CFL), and posterior talofibular ligament (PTFL). Dari ketiganya, ATFL merupakan ligamen paling lemah.[3,6]

Mekanisme Terjadinya Ankle Sprain

Mekanisme ankle sprain terbagi berdasarkan posisi ligamen yang terkena, yaitu lateral ankle sprain, medial ankle sprain, dan high ankle sprain. Posisi pergelangan kaki saat cedera terjadi berbeda-beda pada setiap tipe ankle sprain.

Lateral Ankle Sprain

Cedera pada kompleks ligamen lateral disebut juga sebagai lateral ankle sprain, dan merupakan cedera traumatik terkait olahraga yang paling sering dijumpai. Sekitar 70% ankle sprain merupakan cedera pada ATFL, yang diakibatkan plantarfleksi dan inversi pada sendi pergelangan kaki.

Setelah ATFL, CFL merupakan sendi kedua tersering yang mengalami cedera. Cedera pada CFL biasa disebabkan karena gerakan dorsofleksi dan inversi. PTFL merupakan ligamen yang paling jarang mengalami cedera pada kompleks ligamen lateral.[2,4]

Medial Ankle Sprain

Mekanisme cedera pada ligamen deltoid medial atau disebut juga medial ankle sprain adalah akibat posisi eversi. Namun, ligamen ini jarang mengalami cedera tunggal, sebab kompleks deltoid superfisial membatasi momentum abduksi talar, dan kompleks deltoid profunda membatasi gerakan rotasi eksternal pada talus di tibia bagian distal.[3,4]

High Ankle Sprain

Cedera pada ligamen sindesmotik disebut juga sebagai high ankle sprain. Ligamen sindesmotik tibiofibula berfungsi untuk stabilisasi tibia bagian distal dan fibula. Mekanisme terjadinya cedera melibatkan trauma berenergi tinggi, sehingga tipe ankle sprain ini jarang ditemukan pada populasi umum, dan biasanya terjadi pada atlet olahraga kompetitif. Posisi pergelangan kaki yang dapat menyebabkan high ankle sprain, antara lain rotasi eksternal dan/atau dorsofleksi.[4,6]

Chronic Ankle Instability

Chronic ankle instability merupakan kondisi saat pasien merasakan kelemahan pada pergelangan kaki, disertai dengan rasa nyeri, kelemahan, dan berkurangnya range of motion (ROM). Kondisi ini terjadi secara episodik dan terus berulang setelah lebih dari 1 tahun sejak ankle sprain yang pertama. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya cedera berulang.

Setelah ankle sprain yang pertama, dapat terjadi robekan mikroskopik pada ligamen pergelangan kaki yang mengakibatkan kondisi overstressing persendian. Hal ini menyebabkan instabilitas mekanik dan fungsional, sehingga pergelangan kaki lebih berisiko mengalami ankle sprain kembali.[7,8]

Instabilitas Fungsional

Instabilitas fungsional bersifat kronis, dan dideteksi berdasarkan keluhan subjektif pasien mengenai kelemahan pada pergelangan kaki atau dikenal dengan istilah ankle giving way. Namun, pada pemeriksaan fisik dan radiologi tidak ditemukan tanda-tanda instabilitas persendian.

Instabilitas fungsional diduga terjadi akibat defisit sensoris, khususnya propioseptif, disertai dengan perubahan kemampuan kontrol sensorimotor. Hal tersebut dapat mengganggu postur tubuh, mengurangi kekuatan eversi pergelangan kaki, dan mengubah kemampuan kontrol akan otot-otot yang terletak proksimal dari pergelangan kaki yang cedera. Kombinasi kelainan anatomis di atas mengakibatkan terjadinya gejala lateral ankle sprain yang persisten.[8,9]

Instabilitas Mekanik

Instabilitas mekanik ditandai dengan adanya kelenturan berlebihan yang patologis (pathological laxity) pada sendi pergelangan kaki. Secara spesifik, terjadi peningkatan kemiringan varus (varus tilt) pada saat kaki melakukan inversi.

Pada instabilitas mekanik, dapat ditemukan adanya kelenturan sendi yang patologis, restriksi arthrokinematic, serta perubahan degeneratif dan cairan sinovial pada sendi. Instabilitas mekanik dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik anterior drawer sign atau dengan stress test pada pemeriksaan radiografi.[7,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

3. Young CC. Ankle Sprain. Medscape. 2019 https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview#a1
4. Melanson SW, Shuman VL. Acute Ankle Sprain. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459212/
6. McGovern RP, Martin RL. Managing ankle ligament sprains and tears: current opinion. Open Access J Sports Med. 2016 Mar 2;7:33-42. doi: 10.2147/OAJSM.S72334.
7. Hertel J, Corbett RO. An Updated Model of Chronic Ankle Instability. J Athl Train. 2019 Jun;54(6):572-588. doi: 10.4085/1062-6050-344-18.
8. Mugno AT, Constant D. Recurrent Ankle Sprain. StatPearls Publishing 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560619/

Pendahuluan Ankle Sprain
Etiologi Ankle Sprain

Artikel Terkait

  • Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
    Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
  • Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
    Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
  • Penanganan Ankle Sprain dan Kriteria Kembali Berolahraga
    Penanganan Ankle Sprain dan Kriteria Kembali Berolahraga
  • Sepatu Lari untuk Mencegah Cedera Ekstremitas Bawah
    Sepatu Lari untuk Mencegah Cedera Ekstremitas Bawah
  • Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Topikal Untuk Nyeri Akut Muskuloskeletal
    Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Topikal Untuk Nyeri Akut Muskuloskeletal

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 16 Desember 2023, 09:11
Cara membedakan ankle sprain dan dislokasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Saya ada pasien usia 17 tahun datang dengan bengkak pada ankle dan berjalan pincang.Pasien terjatuh saat di sekolah. Pasien juga ada riwayat...
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2023, 08:27
Normalkah bengkak ankle sprain tidak menghilang setelah 2 minggu?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Kebetulan sy dpat pasien 29 th dengan ankle sprain, awal datang sy sarankan utk kompres, dibebat, di elevasi dan istirahat, jika nyerinya tidak tahan sy...
Anonymous
Dibalas 27 November 2023, 01:25
Anak berjalan pincang setelah jatuh tanpa tanda klinis fraktur/dislokasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo TS,Ijin berdiskusi kasus seorang anak usia 2 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan berjalan sedikit pincang sejak 1 minggu yang lalu. Menurut ortu, anak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.