Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Keracunan Arsenik general_alomedika 2025-05-07T14:25:05+07:00 2025-05-07T14:25:05+07:00
Keracunan Arsenik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Keracunan Arsenik

Oleh :
dr. Rifan Eka Putra Nasution
Share To Social Media:

Penatalaksanaan keracunan arsenik dilakukan dengan terapi khelasi. Agen khelasi yang tersedia di Indonesia adalah dimerkaprol. Terapi khelasi dilakukan hingga kadar arsenik dalam urin 24 jam <50 mcg/L. Selain itu, dapat dilakukan eliminasi dan dekontaminasi dengan bilas lambung, serta pemberian karbon aktif. Resusitasi cairan dan pemberian elektrolit juga dapat dilakukan, terutama pada pasien dengan syok hipovolemik karena keracunan akut.[2–4]

Terapi Khelasi

Terapi khelasi diindikasikan pada pasien dengan dugaan kuat keracunan arsenik, bahkan tanpa menunggu hasil pemeriksaan laboratorium kadar arsenik. Penundaan pemberian agen khelasi dapat menurunkan efektivitas terapi. Pemberian terapi khelasi dapat dihentikan jika konsentrasi arsenik dalam urin 24 jam <50 mcg/L.[2–4]

Terapi khelasi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan keracunan arsenik kronik. Namun, terapi khelasi lebih umum digunakan pada pasien dengan keracunan arsenik akut dan paling efektif bila dimulai dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah terpapar.[7–9]

Agen khelasi yang tersedia di Indonesia adalah dimerkaprol (British Anti-Lewisite/BAL), diberikan intramuskular (IM), dengan dosis 3–5 mg/kg setiap 4–6 jam, lalu secara berangsur dikurangi sampai menjadi setiap 12 jam.[2,3]

Agen khelasi lain yang umum digunakan adalah 2,3-dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS) dan 2,3-dimercaptosuccinic acid (succimer). Dosis DMPS 5% adalah 3–5 mg/kg IM setiap 4 jam selama 2 hari, kemudian menjadi 3-5 mg/kg IM setiap 6 hingga 12 jam atau diganti dengan succimer.[3,4]

Dosis succimer adalah 10 mg/kg per oral (PO) setiap 8 jam, selama 5 hari diikuti dengan pemberian 10 mg/kg PO dua kali sehari.[2,3]

Pada keracunan arsine, terapi khelasi tidak efektif. Pertimbangkan hemodialisa untuk pasien dengan gagal ginjal dan oligouria. Alkalisasi urin dapat dilakukan untuk melindungi ginjal dari penumpukkan sel hemolitik.[3,11]

Pertimbangkan untuk melengkapi terapi khelasi dengan mineral penting, seperti magnesium, seng, dan besi, yang dapat diekskresikan juga akibat pengobatan khelasi, untuk menghindari efek samping.[2–4]

Dekontaminasi dan Eliminasi

Pasien yang terpapar arsenik trioksida mungkin memerlukan dekontaminasi darurat di tempat kejadian untuk mencegah keracunan lebih lanjut. Dokter perlu untuk menstabilkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pada semua pasien. Pemberian cairan direkomendasikan untuk pasien dengan tanda-tanda syok hipovolemik atau hipotensi setelah keracunan akut.[2–4]

Paparan arsenik pada kulit dapat diatasi dengan mencuci area yang terpapar memakai air dan sabun.[3]

Pada kasus tertelan arsenik, tidak boleh merangsang muntah. Jika menelan arsenik dalam 1 jam terakhir, dapat dilakukan bilas lambung dan pertimbangkan intubasi sebelum melakukan prosedur. Bilas lambung dilakukan untuk mengeluarkan isi lambung melalui selang nasogastrik atau orogastrik.[2–4]

Pada pasien yang mampu menelan, dapat diberikan karbon aktif 1 g/kg untuk menyerap arsenik di saluran pencernaan. Pertimbangkan irigasi seluruh usus (lavage) dengan larutan elektrolit polyethylene glycol, jika bahan radiopak di saluran pencernaan terdeteksi pada foto polos abdomen.[2–4]

Terapi khelasi dapat digunakan pada pasien dengan dugaan kuat keracunan arsenik. Penundaan pemberian terapi khelasi dapat menurunkan efektivitasnya.[2,4]

Transfusi pertukaran plasma dapat diindikasikan tujuan untuk menghilangkan arsenik dari darah dan mencegah gagal ginjal yang berkelanjutan. Dokter juga perlu mengelola koma, kejang, dan aritmia yang terjadi sesuai protokol standar.[2–4]

Pemberian Cairan dan Elektrolit

Pemberian cairan direkomendasikan untuk pasien dengan tanda-tanda syok hipovolemik atau hipotensi setelah keracunan akut. Pada anak dengan gangguan perfusi, berikan NaCl 0,9% 20 mL/kg bolus IV selama 10-20 menit, diikuti dengan penilaian ulang untuk penggantian cairan lebih lanjut.[2]

Pada orang dewasa dengan tekanan sistolik kurang dari 80 mmHg, berikan bolus awal NaCl 0,9% atau larutan ringer laktat 1.000 mL/jam IV, diikuti dengan penilaian ulang dan bolus tambahan sesuai kebutuhan.[2]

Pemberian Vitamin, Mineral, dan Antioksidan pada Keracunan Arsenik Kronik

Tidak ada pengobatan spesifik yang terbukti untuk toksisitas arsenik kronik. Vitamin, mineral, dan antioksidan serta diet gizi seimbang dapat membantu metabolisme dan ekskresi arsenik. Diet tinggi protein serta konsumsi vitamin A, E, dan C baik dari makanan sumber ataupun suplemen, bersama dengan suplemen antioksidan dan asam folat dapat membantu mempercepat pemulihan. Selain itu, pada penatalaksanaan keracunan arsenik kronik penting untuk mencari sumber dan menghilangkan paparan arsenik.[7–9]

Follow Up

Pada kasus keracunan akut, pasien tanpa gejala dengan paparan minimal, seperti karena arsenik anorganik dosis rendah, mungkin tidak memerlukan follow up jangka panjang.[2]

Pasien dengan paparan arsenik minimal, hasil pemeriksaan normal dan tidak menunjukkan gejala keracunan dapat dipulangkan setelah observasi 6–8 jam. Dokter perlu menginformasikan pasien untuk segera ke unit gawat darurat (UGD) jika muncul gejala nyeri abdomen, diare, muntah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, atau wheezing.[2–4]

Jadwalkan evaluasi tindak lanjut pada pasien yang selamat dari paparan arsenik berat untuk mengevaluasi beberapa hal, antara lain fungsi neurologis, sistem kardiovaskular, ginjal, paru-paru, hematologi, dan fungsi hepar. Pada lesi kornea, lakukan pemeriksaan ulang dalam 24 jam.[2]

Keracunan kronik yang terjadi pada anak-anak membutuhkan pemantauan jangka panjang. Paparan di awal kehidupan mungkin tidak bermanifestasi selama beberapa tahun pertama dan baru terlihat pada usia dewasa.[8]

Referensi

2. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). Arsenic (As) and Inorganic Arsenic Compounds. CDC. 2014.
3. Kuivenhoven M, Mason K. Arsenic Toxicity. StatPearls 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541125/.
4. Goldman RH. Arsenic exposure and poisoning. UpToDate 2021. https://www.uptodate.com/contents/arsenic-exposure-and-poisoning.
7. Rahaman MS, Rahman MM, Mise N, Sikder MT, Ichihara G, Uddin MK, et al. Environmental arsenic exposure and its contribution to human diseases, toxicity mechanism and management. Environ Pollut 2021;289:117940.
8. Naujokas MF, Anderson B, Ahsan H, Aposhian HV, Graziano JH, Thompson C, et al. The broad scope of health effects from chronic arsenic exposure: update on a worldwide public health problem. Environ Health Perspect 2013;121:295–302.
9. Baker BA, Cassano VA, Murray C. Arsenic Exposure, Assessment, Toxicity, Diagnosis, and Management: Guidance for Occupational and Environmental Physicians. J Occup Environ Med 2018;60:e634–9.
11. Blumenberg A, Wiener SW. Arsenic toxicity. Medscape. 2019.
https://emedicine.medscape.com/article/812953-overview#a6

Diagnosis Keracunan Arsenik
Prognosis Keracunan Arsenik

Artikel Terkait

  • Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
    Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
Diskusi Terbaru
dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
Dibalas 1 jam yang lalu
Ayo Cukupkan SKP Anda Sekarang!
Oleh: dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
1 Balasan
Kepada sejawat dokter pengguna Alomedika,Sudahkah Anda mencukupkan SKP (Satuan Kredit Profesi) untuk perpanjang SIP?Yuk, maksimalkan kesempatan ini...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 7 jam yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Point Bonanza Bidang Trauma (21-27 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter! Sudah minggu ketiga, tapi masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Rugi banget! Jangan kelewatan lagi, dan segera ikuti...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 8 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Peran Kalsium untuk Mencegah Komplikasi Kehamilan - Selasa, 3 Juni 2025, pukul 09.30-11.00 WIB
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Daftar segera "Peran Kalsium untuk Mencegah Komplikasi Kehamilan" - webinar Alomedika ber-SKP Kemkes melalui link ini:...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.