Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Atresia Ani general_alomedika 2022-10-19T08:33:00+07:00 2022-10-19T08:33:00+07:00
Atresia Ani
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Atresia Ani

Oleh :
dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC
Share To Social Media:

Penatalaksanaan atresia ani secara definitif adalah dengan operasi. Atresia ani tipe rendah biasanya memerlukan anoplasti, sedangkan atresia ani tipe tinggi atau disertai dengan malformasi kongenital lain membutuhkan kolostomi di awal, lalu operasi definitif 4–8 minggu kemudian. Tata laksana awal atresia ani adalah untuk menjaga status hidrasi pasien dan pencegahan sepsis.[1,5]

Tata Laksana Awal

Saat pasien terdiagnosis dengan atresia ani, tata laksana awal harus dilakukan dengan memberikan cairan secara intravena, agar pasien tidak dehidrasi. Pencegahan sepsis juga perlu dilakukan dengan pemberian antibiotik berspektrum luas, misalnya cefotaxime atau erythromycin.

Lakukan pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk dekompresi lambung, serta mencegah terjadinya muntah dan aspirasi. Lakukan aspirasi pada NGT secara berkala, misalnya setiap 4 jam. Bila banyak cairan yang diaspirasi, pastikan kebutuhan cairan tercukupi melalui infus. Bila pada pemeriksaan fisik terdengar adanya bunyi jantung murmur, maka perlu dilakukan ekokardiografi sebelum merencanakan operasi.[1,2]

Pembedahan

Beberapa jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada bayi atresia ani adalah anoplasti, kolostomi, dan posterior sagittal anorectoplasty (PSARP). Pemilihan teknik pembedahan dilakukan berdasarkan jenis malformasi yang terjadi, anomali kongenital yang menyertai, dan ada atau tidaknya kelainan metabolik yang timbul setelah bayi dilahirkan.[1,3]

Anoplasti

Anoplasti merupakan teknik pembedahan untuk membuat lubang anus artifisial. Anoplasti dapat dilakukan pada pasien dengan malformasi anorektal tipe rendah, yaitu bayi laki-laki dengan fistula rektoperineal, dan bayi perempuan dengan fistula rektoperineal atau fistula rektovestibular.[1,3]

Kolostomi

Pembedahan yang berfungsi sebagai dekompresi dan proteksi terhadap operasi selanjutnya. Dilakukan pada bayi yang tidak bisa dilakukan operasi definitif langsung, karena kompleksitas malformasi atau ada komorbid lain.[1,3]

Kolostomi dilakukan pada keadaan sebagai berikut :

  • Atresia terletak >1 cm dari kulit perineal
  • Bayi laki-laki dengan fistula urinaria, misalnya fistula uretra rektobulbar, fistula uretra rektoprastatik, fistula rectobladder neck, serta anus imperforata tanpa fistula, dan atresia rektal
  • Bayi perempuan dengan anus imperforata tanpa fistula, kloaka persisten, fistula vestibular, fistula rektovagina, dan atresia rektal[1,3]

Kolostomi dilakukan dengan insisi pada left lower quadrant. Kolon akan dipisahkan pada titik peralihan antara kolon desendens dan kolon sigmoid, kemudian kedua ujung kolon akan diposisikan pada dinding abdomen. Hal ini dilakukan agar mempermudah akses kolon saat operasi definitif dilakukan.[5,15]

Selama kolostomi, kolon bagian distal harus diirigasi untuk membersihkan mekonium yang tertinggal. Hal ini akan mencegah terjadinya sepsis postoperatif, dan mempermudah jika akan dilakukan kolostografi distal.[5,15]

Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP)

Posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) merupakan baku emas dalam tata laksana atresia ani. Teknik ini biasa dilakukan menggunakan pendekatan perineum. Namun, untuk kelainan letak tinggi yang membutuhkan mobilisasi kantung rektum, mungkin dibutuhkan pendekatan abdominal.

PSARP dapat dilakukan dalam 1 tahap, yaitu tanpa kolostomi, ataupun 3 tahap, yang terdiri atas kolostomi, PSARP, dan penutupan kolostomi. Pada neonatus yang menjalani kolostomi pengalihan sebagai pembedahan awal, operasi definitif dilakukan 4–8 minggu setelahnya.

Rekonstruksi anorektal dilakukan menggunakan stimulasi elektrik untuk menemukan sfingter sebelum dan selama operasi berlangsung. Panjang insisi yang dibuat biasanya minimal 2 cm. PSARP akan memperbaiki sfingter ani, dan memisahkan rektum dari struktur urogenital.

Setelah rektum diposisikan pada tempat yang seharusnya, dilakukan rekonstruksi rektum dengan bantuan stimulasi elektrik. Setelah itu, dilakukan rekonstruksi perineum. Rektum akan difiksasi pada pada bagian tengah kompleks muskulus rektal untuk mencegah prolaps rektal. PSARP diakhiri dengan melakukan anoplasti.[1,5,15]

Tata Laksana Postoperatif

Pada masa postoperatif, pasien biasanya tetap memerlukan kateter Foley atau kateter suprapubis , terutama jika menjalani pembedahan genitourinaria. Dua minggu setelah operasi awal, pasien perlu melakukan dilatasi anal untuk mencegah striktur kulit.

Postoperatif dengan Kolostomi

Perawatan postoperatif kolostomi awal dan PSARP tanpa laparotomi biasanya singkat. Pasien dapat makan setelah efek anestesi hilang dan dirawat di rumah sakit untuk sementara, disertai dengan pemberian antibiotik perioperatif. Jika dilakukan laparotomi, perawatan postoperatif mungkin lebih panjang. Sebab, mungkin dibutuhkan beberapa hari hingga fungsi usus kembali, dan pasien dapat makan normal.[1,15]

Postoperatif Tanpa Kolostomi

Jika pada pasien tidak dilakukan kolostomi, maka pasien tidak boleh diberikan makanan per oral, dan pemberian nutrisi dilakukan secara parenteral. Setelah periode penyesuaian, biasanya 5–10 hari, pasien dapat mulai makan dan nutrisi parenteral dihentikan.[1,15]

Penutupan Kolostomi

Jika dilatasi anal adekuat dan tidak terjadi striktur dalam 6–12 bulan, maka kolostomi dapat ditutup. Setelah kolostomi ditutup, biasa pasien membutuhkan perawatan 2–3 hari, sampai fungsi usus kembali.

Kadang, pasien mengalami maserasi dan ruam popok setelah penutupan kolostomi, sebab kulit akan terpapar feses untuk pertama kalinya. Oleh sebab itu, mungkin diperlukan tata laksana ruam popok. Biasanya, dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk pasien mencapai pola defekasi normal.[1,15]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Singh M, Mehra K. Imperforate Anus. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549784/
2. Wood RJ, Levitt MA. Anorectal Malformations. Clin Colon Rectal Surg. 2018 Mar;31(2):61-70. doi: 10.1055/s-0037-1609020.
3. Gangopadhyay AN, Pandey V. Anorectal malformations. J Indian Assoc Pediatr Surg 2015;20:10-5.
5. Rosen NG. Pediatric Imperforate Anus (Anorectal Malformation). Medscape. 2019 https://emedicine.medscape.com/article/929904-overview#a4
15. Wood RJ. Surgery for Pediatric Anorectal Malformation (Imperforate Anus). 2022 https://emedicine.medscape.com/article/933524-overview#a1

Diagnosis Atresia Ani
Prognosis Atresia Ani

Artikel Terkait

  • Risiko Malformasi Kongenital Pada Ibu Hamil Dengan Asma
    Risiko Malformasi Kongenital Pada Ibu Hamil Dengan Asma
  • Diabetes Gestasional dan Pragestasional Meningkatkan Risiko Kelainan Kongenital
    Diabetes Gestasional dan Pragestasional Meningkatkan Risiko Kelainan Kongenital
  • Mekonium Tidak Keluar Setelah 48 Jam Pertama: Apa yang Harus Dilakukan?
    Mekonium Tidak Keluar Setelah 48 Jam Pertama: Apa yang Harus Dilakukan?
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 10 Agustus 2021, 15:10
Amankah meneruskan pemberian ASI pada bayi baru lahir yang mengalami atresia ani - Anak Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo. Prof. Dr. dr. Rini Sekartini Sp.A(K),terimakasih atas kesempatan bertanya. Izin bertanya Prof.Seorang bayi baru dilahirkan dan ternyata mengalami...
dr.Murni Suryanthi
Dibalas 22 Desember 2019, 17:43
Asupan nutrisi yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi atresia ani
Oleh: dr.Murni Suryanthi
4 Balasan
Alodok, izin konsulSeorang pasien usia 2,5 tahun post op atresia ani 2 kali, saat ini keluar kotoran dari luka op disertai nanah. Suhu saat ini normal dengan...
dr. Aldy Sethiono
Dibalas 14 Maret 2019, 23:28
Kapan usia dilakukan anoplasti?
Oleh: dr. Aldy Sethiono
13 Balasan
Selamat pagi TSSaya ingin bertanya, di daerah saya, sempat ditemukan beberapa kasus atresia ani, kira2 kapan usia yang tepat bagi bayi untuk dilakukan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.